UIN Jakarta Harus Jadi Barometer PTKIN di Indonesia

UIN Jakarta Harus Jadi Barometer PTKIN di Indonesia

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – UIN Jakarta diharapkan tetap menjadi barometer perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) di Indonesia. Selain memiliki infrastruktur yang baik, UIN Jakarta juga memiliki sumber daya manusia memadai.

Hal itu dikatakan Direktur Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Hadiat dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan Tinggi Islam” yang digelar UIN Jakarta di Ruang Sidang Utama Gedung Rektorat, Kamis (9/1/2020). FGD dihadiri para wakil rektor, para dekan, para kepala biro, dan para kepala lembaga.

“Saya melihat UIN Jakarta memiliki potensi yang lebih dari PTKIN lain. Karena itu UIN Jakarta harus menjadi barometer bagi PTKIN dalam mengembangkan mutu pendidikannya,” katanya.

Hadiat mengatakan, dalam mengembangkan perguruan tinggi Islam setidaknya ada dua program yang harus dijadikan acuan, yaitu hard program dan soft program. Hard program adalah peningkatan dan pengembangan pergurutan tinggi Islam yang terkait dengan infrastruktur atau sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana ini di antaranya berupa pembangunan ruang kuliah dan ruang dosen, aula, perpustakaan, laboratorium, dan teknologi informasi.

Sedangkan pengembangan perguruan tinggi di bidang soft program di antaranya berupa peningkatan mutu dan proses pembelajaran yang dibarengi dengan ketersediaan sumber daya manusia (pendidikan dan tenaga kependidikan) memadai.

“Jika kualitas sumber daya manusianya memadai niscaya akan menghasilkan lulusan PTKIN yang unggul dan berdaya saing,” ujarnya.

Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama Arskal Salim mengatakan, guna meningkatkan mutu PTKIN, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam terus mendorong PTKIN untuk maju dan sejajar dengan PTN lain. Selain pengembangan di bidang infrastruktur, sumber daya manusia seperti tenaga pengajar juga tak kalah untuk diperhatikan.

Menurut Arskal, selama ini Diktis memiliki program peningkatan mutu dosen. Program itu di antaranya berupa beasiswa 5000 doktor dan Program Magister Lanjut Doktor (PMLD).

“PMLD baru dimulai tahun 2019 yang diproyeksikan di dua PTKIN, yaitu UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta,” katanya.

Program ini, menurut Arskal, sebagai salah satu upaya untuk mempercepat studi hingga ke jenjang doktor. “Jika sudah magister, dosen terkadang malas studi lanjut ke jenjang doktor. Karena itu kita coba bantu fasilitasi melalui beasiswa PMLD,” katanya.

Sementara itu, Rektor UIN Jakarta Amany Lubis dalam paparannya menyatakan, pengembangan dan mutu UIN Jakarta akan terus ditingkatkan seiring dengan ekspetasi masyarakat yang tinggi. Hal itu misalnya dapat dilihat dari terus naiknya tren peminat masuk UIN Jakarta di semua jalur seleksi.

Tahun 2019 tren peminat UIN Jakarta melalui jalur SNMPTN mencapai 12.697 orang, jalur SBMPTN 19.919 orang, jalur SPAN PTKIN 116.060, jalur UM PTKIN 28.547 orang, dan jalur SPMB Mandiri 31.349 orang.

“Jalur masuk lain melalui skema Beasiswa Santri Berprestasi sebanyak 10 orang untuk Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Kedokteran, serta jalur beasiswa Badan Layanan Umum sebanyak 200 orang untuk Fakultas Ushuludin, Fakultas Syariah dan Hukum, Falultas Dirasat Islamiyah, dan Fakultas Adab dan Humaniora,” katanya.

Rektor menegaskan kenaikan tren peminat masuk UIN Jakarta itu akan terus dibarengi dengan upaya mutu pendidikannya. Hal itu bertujuan agar mahasiswa UIN Jakarta memiliki daya saing dan kompetensi lulusan dalam dunia global.

“Kita juga ingin mewujudkan perguruan tinggi yang sehat berlandaskan pada penerapan good university governance,” tandas Rektor. (ns)