Tiga Agenda Rektor Baru

Tiga Agenda Rektor Baru

Prof Dr Amany Lubis Lc MA dilantik Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin menjadi Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Januari 2019, periode 2019-2023. Dia menjadi perempuan pertama yang menjabat rektor UIN Jakarta. Amany terpilih dari 11 profesor yang lulus berkas Penjaringan Bakal Calon Rektor UIN Jakarta.

Amany bukan orang baru bagi sivitas akademik UIN Jakarta. Pendidikan S2 dan S3-nya ditempuh di UIN Jakarta. S1, SMA, dan SMP-nya di Mesir. Di kampus UIN ini, ia pernah menduduki jabatan Wakil Dekan II Fakultas Dirasat Islamiyah, dan Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana Bidang Pengembangan Kelembagaan.

Diantara program kerja Amany adalah penguatan bahasa asing, peningkatan kompetensi riset mahasiswa dan dosen, dan studi lanjut lulusan S1 dan S2. Bahasa asing yang harus dikuasai mahasiswa UIN Jakarta bukan hanya Arab dan Inggris, melainkan Prancis, Turki, Mandarin, dan Rusia. Amany juga menginginkan jurnal ilmiah mahasiswa berkembang, 75 persen lulusan S1 melanjutkan ke S2, dan 50 persen lulusan S2 melanjutkan ke S3. Meski opini ini ditujukan untuk UIN Jakarta, tetapi isinya merupakan gambaran umum (kelemahan) yang terjadi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), negeri apalagi swasta.

Pertama, kemampuan bahasa asing diperlukan untuk memahami sumber-sumber asing –jurnal  dan buku, melanjutkan kuliah dengan beasiswa– dalam  dan luar negeri, dan melamar pekerjaan. Saat ini sumber bacaan berbahasa asing sangat melimpah —cetak dan daring, tetapi pembaca dan pengutipnya sangat minim. Mahasiswa magister pun jarang menggunakan sumber-sumber asing dalam karya ilmiah mereka— meskipun sudah diwajibkan lembaga dan dosen.

Setiap tahun, kuota beasiswa tidak terpenuhi karena kemampuan bahasa asing pelamar di bawah standar, khususnya studi ke luar negeri. Penerimaan guru, wartawan, dan profesi lainnya selalu mensyaratkan kemampuan bahasa asing aktif, lisan dan tulisan. Misal, sekolah-sekolah elit di Jakarta membutuhkan guru agama yang bisa menyampaikan materi dalam bahasa Inggris selain bahasa Indonesia.

Bahasa asing diajarkan 4 sks bagi program studi non-bahasa Arab dan Inggris. Hal ini saja tidak cukup. Setiap mata kuliah harus menggunakan referensi berbahasa asing sehingga mahasiswa terbiasa membuka kamus, membaca, dan memahami konten berbahasa asing tersebut. Dalam seminggu, ditetapkan tiga hari percakapan di area kampus menggunakan bahasa asing. Setiap buku pedoman akademik ditulis dalam dua bahasa asing atau lebih. Intinya, bahasa asing menjadi bagian budaya kampus. Tanpa praktik dan pembiasaan, bahasa asing akan sulit dikuasai civitas kampus.

Kedua, kompetensi riset dan menulis. Target peningkatan publikasi ilmiah di level nasional dan internasional bagus, tetapi tidak harus dibebankan kepada semua dosen dan mahasiswa. Realistis saja, tidak semua mahasiswa akan menjadi penulis, peneliti, dan wartawan. Mereka yang potensial dalam bidang menulis dan riset dibesarkan dan difasilitasi semaksimal mungkin.

Sisanya digarap juga supaya menjadi tenaga profesional dalam bidangnya masing-masing. Kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi, dan kolaborasi, merupakan keterampilan abad 21 yang harus dikuasai oleh lulusan UIN Jakarta. Fokus pada riset dan menulis tetapi melupakan keterampilan-keterampilan tersebut akan melemahkan lulusan Perguruan Tinggi (PT) dalam dunia kerja dan kehidupan.

Skripsi, tesis, dan disertasi yang berkualitas dijadikan buku dan artikel Jurnal. Bisa diterbitkan oleh UIN Jakarta atau Penerbit Profesional. Mahasiswa dan dosen pembimbingnya diapresiasi atau diberi kompensasi yang memadai atau layak, setiap tahun. Selama ini, kualitas tugas akhir mahasiswa rendah karena kompetensi mahasiswa rendah di satu sisi, dan kualitas bimbingan dosen yang tidak serius pada sisi yang lain. Perlu terobosan, bagaimana merangsang dosen agar kerja keras membimbing tugas akhir mahasiswa.

Pengelola Jurnal disetarakan dengan Ketua Program Studi (Kaprodi), sehingga ia mendapatkan tunjangan Jabatan dan remunerasi. Meski terbit per-semester, kerja redaksi jurnal setiap hari. Sosialisasi, menerima naskah, menyortir naskah, mengirim naskah ke mitra bestari, rapat, adalah sebagian kerja mereka. Setiap terbitan jurnal tidak hadir dari hasil kerja satu atau dua bulan tetapi enam bulan—bahkan kadang lebih.

Jurnal bukan hasil kerja individu. Dibutuhkan kemampuan komunikasi yang handal. Tidak mudah mendapatkan naskah yang bermutu. Tugas pengelola jurnal tidak lebih ringan dari seorang Kaprodi, Wadek, bahkan Dekan. Ada adagium di lingkaran pengelola jurnal, “Hanya orang gila yang mau mengelola jurnal”. Jika kampus sudah memberikan kompensasi yang wajar kepada pengelola, tidak perlu lagi para penulis artikel diminta bayaran. Misalnya, 1.5 juta hingga tiga juta rupiah.

Ketiga, studi S2 atau S3 memerlukan banyak syarat, diantaranya kemampuan finansial, kompetensi akademik, dan kemampuan bahasa asing. Orang yang memiliki uang bisa kuliah di dalam negeri meskipun kemampuan akademik dan bahasanya lemah atau sedang-sedang saja. Sebaliknya, orang yang punya keunggulan bahasa asing dan akademik, punya peluang mendapatkan beasiswa dalam dan luar negeri. Jika program penguatan bahasa asing di atas berhasil, maka program ketiga ini bisa sukses. Meskipun jumlahnya tidak akan sesuai dengan harapan di atas.

Kesuksesan setiap pemimpin diukur dari keberhasilannya mewujudkan visi dan misinya. Amany tidak sendirian, di belakangnya harus ada tim yang solid dan kompeten untuk mewujudkan cita-citanya. UIN Jakarta memiliki cukup SDM yang kompeten lulusan dalam dan luar negeri. Tugas rektor baru adalah meyakinkan timnya kelak untuk bersedia kerja keras, cerdas, dan fokus.

Menjadikan UIN Jakarta sebagai kampus yang diakui secara nasional dan internasional tidak akan semudah membalikan telapak tangan. Siapa pun rektornya. Karena itu dibutuhkan pemimpin yang mau dan cepat belajar dari siapa pun. Tidak anti kritik karena sejatinya ia adalah pintu menuju perbaikan pengelolaan kampus. Kerja besar ini akan ringan jika dilakukan bersama-sama dengan tim kompeten yang bekerja bukan demi pribadi tetapi untuk lembaga, bangsa, dan agama. Selamat bekerja Prof Dr Amany Lubis MA dan tim. Semoga Tuhan memberkahi.

Dr Jejen Musfah MA, Kepala Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber: PB PGRI, 19 Januari 2019.(lrf/mf)