Teknologi Komunikasi Berikan Dampak Kuat pada Perkembangan Media

Teknologi Komunikasi Berikan Dampak Kuat pada Perkembangan Media

Reporter:  Apristia Krisna Dewi

Gedung Fidikom, BERITA UIN Online - Akibat pengaruh globalisasi di zaman yang memasuki era teknologi informasi ini, hampir seluruh kegiatan manusia tak lepas dari media massa dan produk teknologi komunikasi. Hal itu dibuktikan dengan berbagai aktivitas manusia yang selalu menikmati media massa tiap menit, baik media massa cetak maupun elektronik, serta selalu menggenggam telepon seluler dan komputer jinjing di tangannya.

“Karena media tersebut tak hanya sekedar kebutuhan, tetapi juga memberikan dampak yang kuat bagi masyarakat di dunia saat ini. Khususnya di Jepang dan Indonesia,”  kata Associate Professor at Iwate Prefectural University, Ken Miichi  Ph.D dalam “Public Lecture and Rountable Discussion, The Impact of New media and Communication Technology on Islam in Indonesia” di Ruang Teater Prof Aqib Suminto Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom), UIN Jakarta, Rabu (23/2). Turut Hadir Dekan Fidikom Dr Arief Subhan dan sejumlah dosen komunikasi  Fidikom.

Ken menjelaskan, saat ini media  baru tak hanya sekadar media massa yang muncul di media cetak maupun elektronik. Media baru yang dimaksud adalah media di dunia maya atau online seperti situs jejaring sosial Facebook dan Twitter yang saat ini sangat populer di masyarakat.

“Ada sekitar 20 juta penduduk di Jepang yang menggunakan Facebook, 15 juta menggunakan Twitter, dan 70 juta menggunakan Mixi. Di Jepang, Mixi lebih banyak penggunanya dibandingkan dengan Facebook ataupun Twitter,”  ungkap Ken yang juga pakar teknologi informasi dan komunikasi dan dari Centre for Southeast Asia Studies (CSAS), Kyoto University, Jepang ini.

Ia menjelaskan, berkembangnya pengguna situs jejaring sosial tersebut disebabkan karena dampak yang ditimbulkannya. Media tersebut, menurut dia, tak hanya sekedar sebagai wadah untuk berkomunikasi sesama kerabat dan mencari teman. Tetapi juga sebagai wadah demokrasi untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan pendapat. Oleh karena itu, tak jarang situs jejaring sosial banyak yang melahirkan pemikiran dan gerakan-gerakan baru meskipun melalui dunia maya.

“Yang terpenting bagi kita sebagai Muslim adalah bagaimana menerima media tersebut dari dampak positifnya dan menangkal dampak negatif,” tuturnya.

Sementara itu, Prof Kosugi Yasushi dari  Asia and Africa Area Studies (ASAFAS), Kyoto University, mengatakan, untuk menghadapi pengaruh globalisasi tersebut yang sasaran umumnya adalah pemuda, khususnya pemuda Muslim harus mempersiapkan  diri  dengan cara memperdalam pengetahuan agama Islam dengan baik.

“Cara tersebut setidaknya melalui tiga tahap yakni, pendekatan, pembangunan serta pengembangan,” kata Kosugi yang juga seorang dosen Muslim di Kyoto University ini.

Ia menjelaskan cara tersebut yakni, pertama, melalui pendekatan dalam mempelajari kajian Islam dengan baik.Kedua, membangun sistem teknologi yang berbasis disiplin budaya humanistis dan sosiologis. Dan ketiga, lanjut Kosugi, yaitu dengan mengembangkan semangat pemuda Muslim untuk belajar Islam khususnya di Jepang.

“Karena selama ini pemuda Muslim khususnya Indonesia, lebih tertarik belajar untuk mendalami studi  Islam di Timur Tengah. Padahal, Jepang dengan kemajuan pengetahuan dan teknologinya, terutama di Universitas Kyoto, juga berpotensi untuk mempelajari studi Islam meskipun di negara tersebut Muslim masih tergolong minoritas,” tuturnya tanpa bermaksud mempromosikan universitas tersebut.