Sinergikan Mutu Pendidikan Tinggi Islam, International Conference of Islamic-QA Kembali Digelar

Sinergikan Mutu Pendidikan Tinggi Islam, International Conference of Islamic-QA Kembali Digelar

[caption id="attachment_15016" align="alignright" width="300"]ICQAIHE Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada mempresentasikan Key Performance Indicator (KPI) UIN Jakarta di hadapan para rektor dan peserta International Conference on Quality Assurance of Islamic Higher Education (ICQAIHE) pada Minggu, (18/12/2016) di Klub Bunga and Resort, Batu Malang.[/caption]

Malang, BERITA UIN Online-- Dalam rangka standardisasi mutu dan formula Perguruan Tinggi Islam (PTI) yang berkualitas di negara-negara Muslim, International Conference on Quality Assurance of Islamic Higher Education (ICQIHE) kembali digelar bertempat di Klub Bunga Butik Resort Batu Malang Jawa Timur selama empat hari, Minggu-Selasa (17-20/12/2016).

Konferensi yang diinisiasi Kementerian Agama (Kemenag) RI, Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), UIN Jakarta, UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Malang) dan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) merupakan kali ketiga diadakan setelah dua tahun sebelumnya (2014 dan 2015) digelar di Jakarta dengan tuan rumah UIN Jakarta. Kali ini UIN Malang didapuk menjadi tuan rumah.

Berkesempatan membuka acara Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag RI Prof Dr Kamarudin Amin mewakili Menteri Agama (Menag) yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, Kamaruddin mengapresiasi acara ICQIHE yang mengangkat tema the Quality Assurance of Islamic Higher Education Enhancement Through Key Performance Indicator.

“Tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi PTI di Indonesia saat ini,” ujar Kamaruddin pada acara pembukaan, Minggu pagi (18/12/2016).

Pernyataan Kamaruddin tersebut dikuatkan dengan empat alasan. Pertama, PTI di Indonesia mendapatkan dukungan kuat dari negara-negara Islam, karena berada di lingkungan sosiologis yang majemuk. Kontribusi PTI sangat fundamental dalam membetuk negara Indonesia yang demokratis.

Kedua, lanjut Kamar, PTI menjadi berkah bagi Indonesia yang majemuk. Kajian keislaman moderat inklusif menjadi perekat pandangan keberagaman dan unsur perekat kebangsaan.

Keempat, Indonesia menjadi kiblat referensi PTI dunia yang memiliki ciri khusus kajian keislaman, bukan sekedar ilmu agama yang konservatif saja (Quran, Hadis, Fiqh, Tasawuf dan Kalam), tapi mahasiswa mendapatkan pengetahuna umum, misalnya ilmu didaktika, astrologi, matematika, sosiologi, komunikasi kedokteran dan lainnya.

“Integrasi ilmu agama lebih kuat lagi dikembangkan di UIN. Penerapan ini mejadi distingtif dengan PT di Indonesia dan negara lain,” imbuh Kamaruddin.

Gelaran internasional ini dihadiri 125 perwakilan PTI di Indonesia dan perwakilan dari enam negara Muslim lainnya,yaitu Turki, Saudi, Malaysia, Brunei Daarussalam, Sudan dan Uganda.

Rektor UIN Malang Prof Dr Mudjia Raharjo menyatakan, ada kegagalan dalam pendidikan Islam di Indoneisa. Ini dibuktikan dengan adanya tranformasi PTI untuk terus mencari formula yang berkualitas.

“PTI di Indonesia masih banyak yang belum berkualitas, hanya tiga PTI yang memiliki akreditasi A, yaitu UIN Jakarta, UIN Malang, dan UIN Yogyakarta,” Ujar Mudjia.

Sehingga, lanjutnya, perlu dirumuskan lagi bagaimana meningkatkan kualitas PTI dengan pembenahan sistem akreditasi yang disesuaikan dengan penilaian syariah.

Sementara itu, Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada yang menjadi pembicara pada kesempatan tersebut mengajak para perwakilan PTI memanfaatkan kesempatan ini sebagai wadah untuk sharing informasi antar PTI untuk menyamakan mutu dan formula PTI yang berkualitas.

Seperti prestasi yang telah diraih UIN Jakarta, Dede menyampaikan, empat prodi di UIN Jakarta telah tersertifikasi ASEAN University Network Quality Assurance (AUN QA), yaitu prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK), Prodi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humainora (FAH), Prodi Dirasat Islamiah, dan Fakultas Dirasat Islamiah (FDI).

“Ini merupakan prestasi yang mebanggakan bagi UIN Jakarta dan juga dapat menjadi role model bagi PTI lainnya di Indonesia,” ujar Dede dalam paparannya dengan tema UIN Jakarta Best Practice with Special Reference to KPI's ISESCO.

Dalam acara ini, dihasilkan Memorandum of Understanding (MoU) seluruh UIN di Indonesia dan PTI untuk mensinergikan strategi yang disesuaikan dengan teknologi di lingkungan universitas masing-masing.

Turut hadir dalam acara ini tokoh-tokoh pendidikan nasional, diantaranya Ketua Eksekutif BAN PT Prof T Basaruddin, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Prof Dr Intan Ahmad, Dirjen Penjaminan Mutu Dirjen Belmawa Prof Dr Aris Junaidi, Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam UIN Jakarta Prof Dr Azyumardi Azra dan sejumlah tokoh pendidikan lainnya. (mf)