Sharing Budaya, Mahasiswa Asing Ikuti Cultural Day

Sharing Budaya, Mahasiswa Asing Ikuti Cultural Day

[caption id="attachment_14707" align="alignright" width="300"]Mahasiswa Asing Mahasiswa asing mengikuti permainan Joget Balon pada acara Cultural Day yang digelar PLKI, Rabu (30/11/2016) di Vila Kementerian Pertahanan Cisarua Bogor.[/caption]

Cisarua, Berita UIN Online-- Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI) UIN Jakarta menggelar Cultural Day pada 29 Nopember hingga 1 Desember 2016 di Wisma Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Cisarua, Bogor.

Acara yang bertajuk pengenalan latar belakang budaya Indonesia dengan budaya mahasiswa asing ini diikuti 30 peserta berkebangsaan Gambia, Brazil, Kanada, Afganistan, Mesir, Afrika Selatan, Malaysia, Timor Leste, dan Thailand.

Ketua PLKI Rachmat Baihaky MA mengatakan, acara ini digelar untuk menyatukan kedekatan di antara mahasiswa asing yang memiliki latar belakang berbeda dan untuk melepas penat setelah mahasiswa asing menempuh Ujian Tengah Semester (UTS) ganjil tahun ini.

Menjelang pagi di hari kedua, para peserta berbaur dalam Poco-Poco, yaitu gerakan senam yang sudah sangat meleganda di kalangan mayarakat Indonesia. Mereka terlihat sangat antusias dalam mengikuti gerakan Poco-Poco yang pandu panitia, dilanjutkan dengan perminan-permainan, seperti Joget Balon dan Siapa Paling Panjang.

Selain itu, acara ini juga diselingi dengan Sharing Session mahasiswa asing dalam belajar. Mereka mengeluhkan sulitnya memahami penjelasan kuliah dengan bahasa Indonesia. Jainaba Trawally misalnya. Mahasiswi Program Studi Teknik Informasi Fakultas Sains dan Teknologi itu mengungkapkan pembelajaran bahasa Indonesia hanya dipersiapkan kurang lebih sembilan bulan saja.

“Hampir semua dosen berbicara dengan cepat dalam bahasa Indonesia dan saya kurang mengerti,” ujar Jainaba.

Menaggapi hal tersebut, Rachmat Baihaky mengatakan, mahasiswa asing dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia, sebagaimana mahasiswa Indonesia yang belajar di negara-negara lain yang harus menguasai bahasa negara tersebut.

“Kita sudah berikan mereka pembekalan bahasa Indonesia sekira sembilan bulan. Mungkin karena mereka baru, jadi perlu waktu untuk beradaptasi,” ujar Baihaky.

Hal ini diberlakukan, lanjutnya, dengan bahasa Indonesia yang mereka kuasai, mereka nanti diharapkan dapat menjadi duta Indonesia di negaranya masing-masing untuk memperkenalkan UIN Jakarta dan budaya Indonesia.

“Paling tidak, dengan bahasai Indonesia yang mereka kuasai, mereka bisa menjadi pegawai di KBRI negara mereka atau menjadi pemandu tamu kenegaraan dari Indonesia,” tegas Baihaky.

Di penghujung acara, mahasiswa asing dari berbagai negara ini diberikan kesempatan untuk menunjukkan budaya di negaranya masing-masing dalam sesi Cultural Performance.

Mahasiswa Gambia misalnya, mereka menyuguhkan bagaimana prosesi menikah yang ada di negaranya. Mereka memulai dengan ritual di rumah pengantin wanita dengan nasihat yang diberikan oleh Tetua. Dilanjutkan dengan diarak menuju rumah penggantin pria. Tidak lupa, ditambah dengan tarian tradisional khas Gambia, yaitu menghentak-hentakkan kaki ke lantai dengan iringan musik tradisional Gambia.

Berbeda halnya dengan penampilan mahasiswa Malaysia yang menampilkan permainan masa kecil di Malaysia, yakni Pukul Berapa Dato Harimau.

Cultural Performance ini diakhiri dengan renungan, doa bersama dan bersalam-salaman.

“Semoga dengan acara ini dapat mengobati kejenuhan mereka dan dapat memperkuat kembali niat kuliah di UIN Jakarta serta memperkuat toleransi yang dibangun antar mereka,” harap Dzikri Nurhabibi, salah satu panitia pelaksana. (mf/sururoh)