Selamat Jalan Prof. Azra: Pahlawan dengan Pena

Selamat Jalan Prof. Azra: Pahlawan dengan Pena

Oleh: Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah berpulang ke rahmatullah Bapak Prof. H. Azyumardi Azra, M.Phil., M.A., Ph.D., CBE., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ke-10 untuk dua periode sejak 1998-2006. Kabar duka atas wafatnya almarhum saya terima pada hari Ahad, 18 September 2022. Kabar pertama saya terima dari Ibu Yuli Mumpuni –Duta Besar RI untuk Spanyol 2014-2017— pada pukul 11.57 WIB atau 37 menit dari wafatnya almarhum Prof Azra, begitu saya biasa memanggilnya, di RS Serdang, Selangor, Malaysia. Dua menit kemudian Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaysia, Bapak Hermono, juga mengabari saya tentang wafatnya Almarhum sekaligus menyampaikan rencana pemulangan jenazah almarhum ke Indonesia pada malam hari Ahad itu juga. Pada pukul 13.39 WIB, saya kembali mengontak Pak Dubes untuk berkoordinasi atas pemulangan jenazah almarhum.

Menurut Dubes saat itu, beliau sedang di RS Serdang dan menuliskan, “Karena beliau terkena covid, jadi penangan jenazah ada protokol tersendiri. Kami upayakan yang terbaik, Prof. Istri almarhum dan putranya sudah di KL sejak kemarin.” Pada pukul 14.51 WIB, Pak Dubes menulis lagi, “Ternyata dalam surat keterangan kematian dari RS yang baru kami terima, penyebab kematian adalah serangan jantung. Dalam surat kematian yang dikeluarkan oleh rumah sakit, penyebab kematian adalah Acute Inferior Myocardial Infarction.” Lalu saya balas dengan doa agar pengurusan dan pemulangan jenazah almarhum berlangsung lancar, seraya menambahkan, “Mohon Pak Dubes bisa bantu kami juga. Saya mau koordinasi agar almarhum Prof Azra bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan karena beliau menerima Penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 2005.”

Pada pukul 16.36 WIB saya mengirim pesan via WA kepada Yang Mulia Jusuf Kalla, mantan Wapres RI, memohon bantuan melancarkan kepulangan jenazah almarhum dan pemakamannya di Taman Pahlawan Kalibata. Tiga menit setelah saya kirim pesan kepada Bapak Jusuf Kalla di hari Ahad itu, beliau merespons positif dan menuliskan, “Ibu Rektor, Assalamualaikum, sudah saya minta protokol Wapres atur dan Sekmil sdh setuju atur kapan keluarga setuju. Pesawat juga saya siapkan untuk jemput, Wassalam.” Subhanallah lega rasanya. Saya tahu semua rekan, pejabat, tokoh, dan sahabat Almarhum juga mengontak berbagai pihak untuk memudahkan jenazah dipulangkan ke Jakarta dan dimakamkan di Taman Pahlawan.

Qadarullah, jenazah almarhum Prof Azra belum bisa keluar RS Serdang di hari Ahad, namun baru bisa diberangkatkan ke Jakarta pada hari Senin, 19 September 2022 malam hari. Kami berdoa untuk kelancarannya. Saya kuatkan niat menyambut jenazah di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng dan juga yang utama bertakziah langsung kepada Ibu Dr. Hj. Ipah Farihah, istri almarhum Prof Azra. Bersama Bapak Yusuf Kalla, Ibu Mufidah, Dubes RI, perwakilan Kemlu Direktur Diplomasi Publik, Wakil Ketua Dewan Pers, dan beberapa pimpinan UIN Jakarta, kami sambut jenazah almarhum di Cargo Jenazah Bandara. Kemudian kami semua menuju rumah duka di Ciputat. Proses kepulangan jenazah Almarhum memang begitu panjang, namun para anggota keluarga sudah begitu ikhlas atas wafatnya suami, ayah, dan angku tercinta. Wajah almarhum juga terlihat tersenyum di balik kafannya, bahagia menghadap Ilahi Rabbi.

Tentu banyak pihak yang membantu proses perawatan almarhum selama dirawat di rumah sakit Malaysia hingga pemukalangan dan pengurusan jenazahnya di Indonesia. Terima kasih saya ucapkan kepada semua yang ambil bagian dalam membantu urusan ini. Man la yasykurun-nas, la yasykurullah. Lewat tengah malam Dubes RI untuk Malaysia Bapak Hermono menulis pesan, ”Sudah sampai di Jakarta dengan lancar dan aman.” Saya pun menjawab, “Terima kasih banyak atas bantuan Pak Dubes. Moga Allah membalas dengan pahala berlimpah.” Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum Jaringan Alumni Timur Tengah (JATTI), Ustaz Febrian Amanda yang sedang berkunjung ke Malaysia, yang telah membantu saya khusus untuk bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia untuk membantu kelancaran pemulangan jenazah ke Jakarta.

Pada hari Selasa pukul 09.00 WIB, jenazah almarhum Prof Azra dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan di Blok Z dengan Inspektur Upacara Menko PMK, Prof. Dr. Muhajir Effendi. Sebelumnya di pagi hari pukul 06.30 WIB, jenazah Almarhum disemayamkan di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta untuk disalatkan dan diserahterimakan kepada negara oleh keluarga Prof Azra. Banyak petinggi dan tokoh yang hadir, begitu pula sivitas akademika UIN Jakarta.

[caption id="attachment_236359" align="aligncenter" width="1024"] Almarhum Prof Azyumardi Azra M.Phil., M.A., Ph.D., CBE merupakan pahlawan yang mengorbankan tenaga, pemikiran, waktu, dan bahkan nyawanya.[/caption]

The Mind is not A Vessel to be Filled but A Fire to be Kindled, Plutarch (45-120 M.)

Sesuai dengan semangat almarhum Prof Azra, buah pikirannya tidak pernah padam. Selalu ada saja yang dibahas dan diulas. Tidak jarang pemikiran baru yang dimunculkan dari penanya. Sejak di bangku kuliah, beliau sudah bekerja sebagai wartawan Pandji Masjarakat sebelum kemudian melanjutkan pendidikan resmi hingga gelar doktor diraihnya pada tahun 1990 dari Universitas Columbia, AS. Kembali ke UIN Jakarta tahun 1993, di sela-sela mengajar, Almarhum mendirikan jurnal ilmiah dengan nama Studia Islamika  yang monumental hingga kini.

Idenya tidak pernah habis. Almarhum mahir belajar dari situasi sosial-politik, sehingga pandangannya selalu bermanfaat. Banyak yang pro dan kontra terhadap sikap dan pandangannya, namun hal ini sudah biasa di dunia akademik. Pokok bahasan seperti eksistensi KPK, BPIP, MUI, dan BRIN menjadi sasaran pemikirannya. Dalam hal pengelolaan PTKN dan menjadi Rektor UIN Jakarta dua periode, Almarhum layak dinobatkan menjadi Bapak Pembaharu Pendidikan Tinggi Islam Indonesia pada Desember 2021 oleh Rektor UIN Jakarta sekarang, Prof Amany Lubis.

Hal lain yang membuat saya pribadi salut kepada Almarhum adalah kesediaannya untuk memenuhi setiap undangan sebagai pembicara. Termasuk semua acara di UIN Jakarta dihadirinya, terkadang beliau mampir ke ruang Rektor atau juga langsung ke tempat acara. Pada April 2022 di bulan Ramadan misalnya, Almarhum mengisi Program kajian Ramadan yang diselenggarakan Social Trust Fund UIN Jakarta tentang beragam fenomena keislaman di era modern.  Pada program itu, Prof Azra memberi wawasan tentang modernisasi yang melanda masyarakat dunia termasuk Indonesia bahkan umat Islam. Menurutnya, generasi muda harus mampu menghadapi tantangan Islam dan kemodernan dalam berbagai bidang dan dimulai dari sejarah, ekonomi, fikih, pendidikan, dakwah, dan filantropi. Program bermanfaat ini ditujukan untuk profesional, pegiat filantropi dan masyarakat umum, dan infak kegiatan ini diperuntukkan sebagai bantuan pendidikan bagi mahasiswa duafa.

Penanya tidak kunjung habis tintanya. Begitu lancar gagasannya diwujudkan dalam power points yang lugas. Almarhum Prof Azra adalah pahlawan yang mengorbankan tenaga, pemikiran, waktu, dan bahkan nyawanya. Ternyata belakangan diketahui dokter bahwa jantungnya mestinya tidak kuat untuk mengimbanginya beraktivitas. Namun, jiwa juang untuk kepentingan bangsa, negara, dan agama lebih memanggilnya ketimbang berdiam di rumah. Terus goresan penanya, ketukan tuts, dan suara khasnya ibarat menghidupkan api semangat dalam membangun dan menggagas. Sebagai pendidik Almarhum teladan dalam kedisiplinan, namun memberikan ruang yang sangat luas bagi penuntut ilmu untuk berkreasi dan berinovasi. Sayyidina Ali bin Abi Thalib, karramallahu wajhah, berkata bahwa rahimallah imri’in ahya haqqan wa amata bathilan wa dahadhal-jur wa aqamal-‘adl. Maknanya adalah Allah akan merahmati seseorang yang menghidupkan kebenaran, mematikan kebatilan, melawan kezhaliman, dan mendirikan keadilan. Api di dalam diri sosok Prof Azra tidak pernah padam. Amal jariah ilmu, waktu, dan kesalehan sosial akan menemani roh suci ke surga-Nya kelak. Allah yarhamhu.

[caption id="attachment_236637" align="aligncenter" width="565"] Prof. Azyumardi Azra, M.Phil., M.A., Ph.D., CBE. saat menerima penghargaan Commander of The Order of the British Empire (CBE) dari Kerajaan Inggris. Puluhan penghargaan dari dan luar negeri, termasuk Commander of The Order of the British Empire (CBE), tidak menjadikannya tinggi hati, tetap tawaduk dan sederhana. (Dok. Pribadi)[/caption]

Do not Allow Your Heart to Take Pleasure with the Praises of People nor be Saddened by Their Condemnation, Al-Ghazali (1058-1111 M.)

Jangan biarkan hati Anda mendapatkan kesenangan dengan pujian dari orang lain atau Anda akan sedih dengan kecaman mereka. Demikian nasehat Imam al-Ghazali yang kiranya dipegang teguh oleh Almarhum Prof Azra. Sekurang tiga penghargaan besar diperolehnya, mulai dari Penghargaan Bintang Mahaputra tahun 2005, gelar Commander of the Order of British Empire (CBE) dari Ratu Elizabeth II pada tahun 2010, dan penghargaan dari Kaisar Jepang, Akihito, bernama the Order of the Rising Sun: Gold and Silver Star. Puluhan penghargaan lain dari berbagai Lembaga di dalam negeri dan luar negeri tidak menjadikannya tinggi hati, bahkan terlihat sangat tawaduk dan sederhana.

Almarhum bangga dengan bangsa Indonesia yang mendapat rangking dunia pertama dalam hal kedermawanan. Hal ini dibuktikannya dari dalam masyarakat Indonesia dan juga oleh dirinya yang hidup simpel. Prof Azra dikenal juga sebagai pendorong filantropi di Indonesia. Beliau terlibat dalam pembahasan UU Wakaf, UU Zakat, Pendirian Badan Wakaf Indonesia, dan Yayasan Dompet Dhuafa. Almarhum menulis juga buku berjudul Berderma untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam yang diterbitkan oleh Mizan (2003). Inilah bukti pembelaannya terhadap keadilan sosial. Sepuluh tahun kemudian di UIN Jakarta berdiri Social Trust Fund (STF) yang berdiri karena salah satunya inisiatif dari Prof Azra dkk. Dengan lembaga ini, UIN Jakarta dapat menggalang dana dan berderma untuk kebaikan sivitas akademika dan juga masyarakat sekitar.

Islam di Indonesia menurut Prof Azra distingtif dan memiliki ciri khas yang menjadi umatnya moderat, toleran, dan inklusif. Wasathiyatul Islam diartikan justly-balanced or middle path Islam. Di sinilah terlihat beliau adalah tokoh pembangun peradaban dan kemanusiaan.

Prof. Azra Pembela Perempuan

Walaupun banyak organisasi perempuan di Indonesia selalu meminta pandangan legitimasi tentang hak perempuan, Almarhum Prof Azra percaya bahwa kondisi perempuan di Indonesia berbeda, dan juga keberadaan ulama perempuan yang sudah lama diakui. Untuk itu, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) menobatkan Prof Azra sebagai Dewan Penasihat. Berbeda dengan segregasi, domestifikasi dan diskriminasi yang dialami kaum perempuan di kebanyakan negara Muslim lain  sehingga hampir tidak memberikan tempat bagi kemunculan ulama perempuan, menurut almarhum kala itu, sebaliknya ulama perempuan di Indonesia menduduki posisi dan peran penting dalam pertumbuhan masyarakat Muslim Indonesia. Hal ini tidak lain karena Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam wasathiyah yang inklusif, akomodatif, dan toleran yang memberi banyak ruang bagi kebebasan dan kemandirian perempuan. Perempuan Muslimah Indonesia sejak masa awal penyebaran Islam di Indonesia sampai hari ini selalu hadir dalam berbagai sektor kehidupan publik sejak dari agama, sosial-budaya, pendidikan, ekonomi sampai politik.

Menurut Prof Azra dalam makalah yang diterbitkan di Jurnal Wisuda pada Agustus tahun 2021, “Muslimah dikecilkan perannya di tengah masyarakat dalam rangka penguatan ortodoksi. Relatif ’melemahnya’ posisi sosial perempuan Muslim di banyak tempat di Indonesia, hemat saya, mulai terjadi ketika ‘ortodoksi’ Islam menemukan momentum, khususnya sejak abad 19 M. Saya tidak menemukan karya-karya ulama pada abad 17 M dan 18 M yang menempatkan perempuan pada posisi tidak menguntungkan vis-à-vis laki-laki. Bahkan ulama besar sekaliber Abd al-Rauf al-Singkili pada abad 17 M menerima kekuasaan para Sultanah di Kesultanan Aceh.” Dalam perkembangan kontemporer yang Prof Azra sebut beyond imagination itu, pendidikan bagi anak perempuan di pesantren dapat berkembang ke arah yang betul betul memberikan perempuan posisinya di dalam keluarga dan di tengah masyarakat.

Saya teringat ungkapan hikmah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Man ‘allamani harfan, shirtu lahu ‘abdan. Betapa banyak ilmu yang detil diberikan Almarhum Prof Azra kepada kita semua. Sikapnya yang selalu inklusif dan mengayomi menjadikan semua berterima kasih dan mendoakan yang terbaik selalu untuk Prof Azra, baik semasa hidupnya dan setelah wafatnya. Saya pribadi berterima kasih atas jasa Almarhum Prof Azra yang telah tulus menguji disertasi saya sejak 2001 dan membelikan buku-buku dari AS untuk refensi penulisan disertasi saya tentang masalah politik Dinasti Mamluk di Mesir. Beliau juga mengangkat saya menjadi Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum di Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) tahun 2003-2009, menjadi Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana yang dipimpinnya selama 2011-2013, serta dukungan moril yang berharga bagi saya selama 4 tahun menjabat menjadi Rektor UIN Jakarta.

Selamat jalan Prof Azra. Allah yarhamuka wa yuhsin ilaik.

Ciputat, 26 September 2022