“Saya Harus Banyak Belajar Lagi”

“Saya Harus Banyak Belajar Lagi”


Akrab dan murah senyum, itulah kesan yang muncul tatkala berkenalan dengan pria berperawakan tinggi besar ini. Ia lahir di Tapanuli, Sematera Utara, 57 tahun silam. “Saya dulu pernah menimba ilmu di program Magister dan Doktor UIN Jakarta,” katanya.

Akhir Agustus lalu, Dr Sumuran Harahap MAg MM MH MSi resmi dilantik sebagai Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UIN Jakarta oleh Menteri Agama RI Suryadharma Ali di Kantor Kementerian Agama, Jakarta. Ia dilantik untuk mengisi jabatan tersebut setelah pejabat sebelumnya, Drs H Abd Shomad MA, menempati posisi jabatan baru sebagai Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (BAUK). Jabatan ini sebelumnya dipegang Drs Hamid Sholihin yang kemudian menjadi Kepala Biro Perencanaan, Keuangan, dan Sistem Informasi (BPKSI). Sebelum Hamid Sholihin, Kepala BPKSI dijabat Drs H Abdul Malik MM. Ia pensiun dan kini sebagai fungsional dosen di Fakultas Syariah dan Hukum.

Di lingkungan kampus UIN Jakarta, Sumuran Harahap memang termasuk pejabat baru. Sebab, ia cukup lama berkarier di Kementerian Agama sebelum kemudian menjadi Kepala BAAK. Jabatan terakhir yang dipegang adalah Direktur Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama.

Kariernya di Kementerian Agama dimulai sebagai Kepala Bagian Perencanaan dan Perundangan pada Sekretariat Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji (1996-1997). Berurut-turut setelah itu ia menjabat Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala Sub Direktorat Bina Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) pada direktorat yang sama, yaitu Direktorat Pembinaan Haji Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Sumuran Harahap menempuh pendidikan S-1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1978). Setelah itu ia melanjutkan ke S-2 Magister Agama (MAg) dan S-3 (Doktor) di UIN Jakarta masing-masing lulus tahun 1998 dan 2001. Tak puas dengan ilmu yang diperoleh, ia belajar ilmu manajemen (MM) di STIE IPWI Jakarta (1999). Kemudian ia juga belajar ilmu hukum (MH) di Universitas Jayabaya Jakarta (2003), dan memperoleh MSi dari STIA Yappan Jakarta (2007).

“Mohon maaf, saya bukan bermaksud obral gelar. Saya hanya mencari ilmu semata dan gelar itu sudah menjadi aturan dunia akademik,” ucapnya merendah.

Sebagai Kepala BAAK, Sumuran mengaku masih perlu banyak adaptasi dan belajar. Tak hanya lingkungan dan suasana, tapi juga terhadap tugas-tugas baru yang diembannya di dunia akademik. “Sebetulnya saya tak puas dengan bidang yang tidak saya kuasai. Saya selama ini banyak menekuni bidang wakaf, dan saat jabatan sebagai Direktur Pemberdayaan Wakaf di Ditjen Bimas Islam itu ditinggalkan, saya sedang menyusun strategi dan rencana-rencana besar pemberdayaan perwakafan di Indonesia ke depan,” paparnya. Namun, lanjut dia, gagasan itu terpaksa tertunda lantaran dirinya keburu dimutasi sebagai Kepala BAAK di UIN Jakarta.

“Saya tak habis pikir, mengapa di era reformasi birokrasi sekarang masih ada yang berpola pikir menempatkan seseorang bukan pada bidang keahliannya. Ini kan namanya kemunduran,” katanya seraya mengutip hadis Rasulullah SAW, bahwa “barang siapa menyerahkan suatu urusan yang bukan kepada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”.

Meski begitu, ia menyadari bahwa sebagai abdi negara, dirinya harus siap ditugaskan di mana saja. Namun, lagi-lagi, dia menyayangkan jika penempatannya justru pada jabatan yang semestinya lebih pantas diisi dari kalangan dalam kampus sendiri atau pejabat karier.

“Tapi apa boleh buat, saya terpaksa harus banyak belajar lagi. Ini dunia baru saya yang tak pernah terbayangkan sebelumnya,” tuturnya. (nanang syaikhu)