Rumah yang Menyatukan: Jejak Komunitas Primordial di UIN Jakarta

Rumah yang Menyatukan: Jejak Komunitas Primordial di UIN Jakarta

Berita UIN Online - Menjadi titik temu bagi para pencari ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuktikan dirinya sebagai universitas Islam yang membuka ruang seluas-luasnya bagi pendidikan moral dan keagamaan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Di kampus ini, perbedaan suku, adat, dan bahkan agama bukanlah batas, melainkan jembatan yang menyatukan. Melalui perkumpulan mahasiswa daerah, para mahasiswa UIN Jakarta menemukan kembali “rumah” tempat mereka bertumbuh, kembali, dan merasa dipeluk oleh suasana kekeluargaan di tengah perjalanan akademik.

Komunitas Primordial Persatuan Mahasiswa Indramayu (Permai-Ayu) DKI Jakarta lahir dari kesadaran kolektif mahasiswa Indramayu yang saat itu menempuh studi di Jakarta. Indramayu dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan alam yang melimpah, namun Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada masih harus ditingkatkan.

Keresahan itu mengadakan sebuah gagasan untuk membentuk wadah perjuangan bersama bagi mahasiswa Indramayu di perantauan, khususnya di Ibukota. Terbentuk pada 7 Februari 2001 di Pondok Pesantren Darussalam Sukalila, Jatibarang, Indramayu, dengan Ketua Umum pertama Imam Tamaim, Permai-Ayu aktif hingga saat ini di UIN Jakarta.

Permai-Ayu dikenal dengan semboyan “Dari Hati, Dalam Jiwa” yang menggambarkan keikhlasan dan ketulusan dalam setiap langkah perjuangan sebagai wadah pengembangan peminatan dan menjadi salah satu wadah untuk memperkenalkan budaya Indramayu kepada masyarakat. Hal ini diimplementasikan dengan berbagai kegiatan rutin yakni, Silang-Ayu (kaderisasi organisasi), Permai-ayu Goes to School, Mahasiswa Bakti Daerah, Milad Permai-Ayu, dan kegiatan Kolaborasi lainnya antar organisasi ataupun kampus.

Ketua Permai-Ayu saat ini, Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Muhammad Sam’un Mundzir mengatakan adanya program kerja Permai-Ayu ditujukan untuk mengedepankan nilai moral.

“Agar tetap relevan, setiap program disusun berdasarkan Garis Besar Haluan Program Kerja (GBHPK) yang mengedepankan nilai religius, intelektual, nasionalis, dan kerakyatan, serta selalu dievaluasi secara berkala agar sejalan dengan kebutuhan mahasiswa dan masyarakat Indramayu,” jelasnya.

Tidak hanya sekedar menjadi wadah pengembangan peminatan pribadi anggota, Permai-Ayu juga menjaga dan mengenalkan budaya kepada masyarakat luas, melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan seni, festival budaya, hingga pelestarian kuliner khas Indramayu dalam acara lintas kampus dan kolaborasi dengan komunitas daerah lain.

“Bagi kami, pelestarian budaya bukan sekadar pertunjukan, tetapi juga bentuk penguatan identitas dan karakter mahasiswa Indramayu di perantauan,” jelasnya.

Berbeda dengan Komunitas Primordial mahasiswa asal Bandung dan sekitarnya yang menempuh pendidikan tinggi di UIN Jakarta, Imah Baraya memiliki perkumpulan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat yakni, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang, serta beberapa daerah sekitar seperti Subang dan Purwakarta.

Uniknya, komunitas ini memiliki slogan “Kahiji, Ngahiji, Ngajadi Ngabdi ka Lemah Cai. Imah Baraya, Imah Bagja Urang Sarerea” yang menggambarkan karakter khas sebagai komunitas yang menjunjung tinggi persatuan, kebersamaan dan pengabdian.

Salah satu sosok perintis dalam membangun komunitas ini ialah mahasiswa asal Lembang, Rizki Armanda yang dipercaya menjadi ketua umum pertama komunitas ini. Ketua umum Imah Baraya saat ini, alumni Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta, Dede Teguh mengatakan adanya komunitas ini tidak sekedar menjadi wadah berekspresi namun, sebagai rumah dan tempat kembali dengan bertumbuh, berproses, dan berkontribusi bersama untuk menciptakan suatu hal yang membanggakan.

“Semangat ngahiji (bersatu) dan ngabdi ka lemah cai menjadi identitas yang membedakan Imah Baraya dari organisasi daerah lainnya,” jelasnya.

Sebagai komunitas primordial yang ada di UIN Jakarta, Permai-Ayu dan Imah Baraya menjadi salah beberapa pilihan mahasiswa untuk menemukan wadah berekspresi, berkembang, memperluas jaringan, dan menjalin tali silaturahmi. Komunitas primordial hadir ditengah mahasiswa UIN Jakarta sebagai contoh bahwa UIN Jakarta dapat menjadi satu titik kumpul mahasiswa dari berbagai program studi, fakultas, organisasi, bahkan lintas kampus.

Komunitas Primordial ada dan didukung kehadirannya oleh seluruh sivitas akademika UIN Jakarta terkhusus mahasiswa rantau. Lainnya, terdapat Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat, Keluarga Mahasiswa Jambi (KMJ), Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT), Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh (IMAPA) yang aktif hingga saat ini di UIN Jakarta dan sekitarnya.

(Nosa Idea L., Meisa Aqilah N.H./ Fauziah M./ Zaenal M./ Nabila Azzahra S.)

Tag :