Rektor UIN Jakarta: Relasi Harmonis Umat Beragama Modal Dasar Moderasi Beragama Indonesia

Rektor UIN Jakarta: Relasi Harmonis Umat Beragama Modal Dasar Moderasi Beragama Indonesia

Auditorium Utama, BERITA UIN Online— Masyarakat Muslim Indonesia memiliki modal sangat berharga dalam menumbuhkan moderasi keberagamaan. Relasi antar umat beragama di tanah air yang relatif lebih harmonis dibanding relasi yang sama masyarakat agama-agama di berbagai belahan dunia menjadi modal dimaksud. Sedang ekstremisme mengatasnamakan agama diyakini lahir sebagai buah kesenjangan sosial-ekonomi dan frustasi politik.

Demikian disampaikan Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Lubis di Auditorium Utama Harun Nasution, pekan ini. Menurutnya, pembacaan sejarah panjang masyarakat Nusantara dan pengalamannya langsung yang didapatkan saat melakukan kunjungan dan riset akademik ke berbagai negara menegaskan harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia masih jauh lebih baik dibanding negara lain.

"Hubungan antar umat beragama di Indonesia ini menjadi contoh yang terbaik di dunia. Saya yakin betul. Karena saya sendiri sudah banyak keliling negara. Indonesia menjadi rujukan, bukan hanya para tokohnya, tapi juga praktek kerukunan harmonis umat beragamanya menjadi contoh negara-negara lain, diakui PBB dan negara-negara sahabat," katanya.

Keharmonisan, sambung Rektor, bisa dilihat dengan terlindunginya kehidupan masyarakat agama-agama kendati mayoritas warga Indonesia merupakan salah satu populasi Muslim terbanyak di dunia. Masyarakat Muslim dan Non-Muslim hidup saling menghormati dan mendukung dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bahkan mereka juga bisa menjalankan kewajiban agama masing-masing dengan baik.

Menyinggung peran perguruan tinggi keagamaan Islam sendiri, sambung Rektor, UIN Jakarta merupakan perguruan tinggi keislaman negeri yang bersikap inklusif. Selain menjadi kajian akademis, UIN Jakarta juga menerapkan sikap inklusif dengan membuka diri atas kehadiran mahasiswa berbagai latar belakang keagamaan untuk menempuh pendidikan dan riset di sini.

"Sebagai kampus negeri, UIN Jakarta juga menerima mahasiswa mahasiswi non muslim. Mereka bisa nyaman di sini, menuntut ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehingga bisa menyelesaikan tesis dan disertasi sesuai minat mereka dengan baik tanpa merasa kita (UIN Jakarta, red.) ini ekslusif," paparnya lagi.

Diakui Rektor, kehidupan harmonis masyarakat agama di Indonesia sendiri tidak selalu berlangsung mulus. Sejumlah aksi terorisme mengatasnamakan agama acapkali muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat agama. "Itu tidak kita pungkiri. Tapi perlu diperhatikan bahwa agama bukan satu-satunya penyebab, tapi juga didorong oleh kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, dan situasi politik yang mendorong kelompok-kelompok sosial tertentu bangkit dalam gerakan intoleransi," paparnya lagi.

Rektor sendiri optimistik, masyarakat Muslim Indonesia lebih memilih hidup harmonis berdampingan dengan yang lain. Menurutnya, karakteristik masyarakat tanah air adalah kemampuan mereka menerima dan menghormati perbedaan. "Saya yakin, dan berdasar kenyataan sejarah, masyarakat Indonesia pasti bisa meredam (konflik, red.) karena semuanya terbiasa hidup damai, aman, harmonis," paparnya lagi.

Di tepi lain, Pengajar Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin Dr. Media Zainul Bahri mengakui, kerukunan umat beragama di Indonesia merupakan modal bagus dalam mendorong moderasi beragama di tanah air. Secara umum, jelasnya, relasi antar umat beragama di Indonesia sudah berjalan dengan sangat baik.

"Secara umum sudah sangat baik. Enam agama besar dan agama-agama lokal juga bisa hidup secara damai dan berdampingan," tandasnya.

Media yang juga Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ushuluddin ini menambahkan, hal yang harus terus dilakukan untuk menjaga modal tersebut adalah terus mendorong dialog agama di level elit maupun akar rumput. Dialog di level pertama bisa dilakukan dengan melibatkan para tokoh agama untuk terus berdialog dan mencari pemecahan berbagai problematika hidup masyarakat umat agama-agama.

Di level akar rumput, pemerintah, akademisi, maupun elit agama-agama mendorong umat agama-agama untuk mengedepankan sikap penghormatan atas keragaman. Tidak hanya itu, masyarakat di level ini juga didorong untuk terus bahu membahu membangun kualitas kehidupan sosial ekonomi mereka. "Ini yang lebih tajam dan efektif dalam menciptakan kerukunan umat beragama," tambahnya. (zae/adit)