Rektor UIN Jakarta: Islam dan Sains Harus Beriringan

Rektor UIN Jakarta: Islam dan Sains Harus Beriringan

[caption id="attachment_9143" align="alignleft" width="300"]Islam tidak pernah melakukan dikotomi ilmu karena dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama-sama berasal dari Allah. Bahkan, Islam menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk bersungguh-sungguh mempelajari setiap ilmu pengetahuan. Islam tidak pernah melakukan dikotomi ilmu karena dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama-sama berasal dari Allah. Bahkan, Islam menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk bersungguh-sungguh mempelajari setiap ilmu pengetahuan.[/caption]

Ciamis, BERITA UIN Online– Islam tidak pernah melakukan dikotomi ilmu karena dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama-sama berasal dari Allah. Bahkan, Islam menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk bersungguh-sungguh mempelajari setiap ilmu pengetahuan. Al-Qur’an sebagai rujukan utama memberi banyak isyarat tentang ilmu pengetahuan yang harus digali umat manusia.

Demikian disampaikan Rektor UIN Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA dalam Seminar dan Peluncuran bukunya, Islam dan Sains: Upaya Pengintegrasian Islam dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia, di Pondok Pesantren Darussalam, Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (05/03). Turut hadir pada acara tersebut Rektor Institut Agama Islam Darussalam sekaligus pengasuh Pesantren Darussalam Dr. H. Fadhlil Munawwar Manshur, M.S, Wakil Rektor Bidang Kerjasama Prof. Dr. Murodi, MA, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan H. Subarja M.Pd, Kepala Bagian Akademik Ir. Yarsi Berlianti M.Si. Kegiatan juga dihadiri para dosen dan santri Pondok Pesantren Darussalam.

Dalam paparannya, rektor mengatakan buku yang ditulisnya merupakan refleksi atas berbagai upaya yang ditempuh dalam rangka mempertemukan dua hal yang sejatinya satu, Islam dan Sains. Buku tersebut  ditulis dalam sudut pandang pengalaman integrasi yang dilakukan perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia mulai mencoba inklusif, yaitu dengan menerapkan metode integrasi dan interkoneksi dalam pembelajarannya. “Dan, ini yang harus sama-sama kita perhatikan“. tandasnya.

Meninjau begitu urgennya kapasitas agama dalam kehidupan manusia, maka sepatutnya agama dikembangkan sebagai dasar nilai pengembangan ilmu. Karena perkembangan ilmu tanpa dibarengi kemajuan nilai keagamaan bakal memunculkan kesenjangan. Ini terlihat ketika nilai-nilai agama ditinggalkan, maka ilmu akan secara arogan mengeksploitasi alam sehingga terjadi berbagai kerusakan ekosistem.

“Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini adalah upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola pikir pengkutuban antara agama sebagai sumber kebenaran yang independen dan ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula,” tambahnya.

Ditambahkan rektor, produk nyata integrasi Islam dan Sains adalah professional-santri yaitu sarjana dengan keahlian keilmuan sekaligus ketaatan dalam menjalankan ajaran Islam. “Figur inilah yang ingin dikembangkan oleh UIN maupun perguruan tinggi keislaman tanah air,” jelasnya. (SF)