Rektor: Takwa dan 5 Indikator Kematangan Emosi

Rektor: Takwa dan 5 Indikator Kematangan Emosi

DSC_0261 Masjid al-Jamiah, BERITA UIN Online-- Mampu menerima kenyataan, menghargai orang lain, menerima tanggung jawab, bersabar/patience, dan memiliki jiwa humor/sense of humor adalah lima indikator kedewasaan dan kematangan emosi seseorang.

Demikian teori lima indikator kematangan emosi Psikolog Perkembangan asal Swiss Jean Piaget (1896-1980) yang dijadikan Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada MA sebagai materi Kultum (Kuliah Tujuh Menit) ba’da Zhuhur UIN Jakarta perdana dalam kegiatan Ramadhan in Campus 1436 H/2015 di Masjid al-Jamiah Student Center, Kamis (18/6/2015).

Menurut Dede, banyak orang yang tidak bisa menerima kekalahan yang dialaminya saat bersaing, sehingga ia terus mencari kesalahan berbagai pihak dan tidak mau mengakui kekalahannya.

“Ini termasuk ciri bahwa emosi orang tersebut belum matang dan dewasa,” ujar Dede yang juga berkesempatan menjadi imam shalat Zhuhur.

Indikasi kedua, lanjut Dede, setiap orang memiliki keahlian masing-masing dan tidak ada orang yang unggul di semua bidang. Seseorang yang unggul di satu bidang, belum tentu unggul di bidang lain.

"Satu bidang dia unggul, bidang lain dia lemah, maka dia harus mau mengakui keunggulan orang lain," papar Dede.

Dede mengambil contoh, mahasiswa yang unggul pada satu mata kuliah, dan lemah pada mata kuliah lain, maka dia harus berani mengakui keunggulan mahasiswa lain sambil terus fokus di bidangnya.

"Maka di sini akan muncul fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan," terang Dede di hadapan para jamaah yang terdiri dari para Wakil Rektor, para Dekan Fakultas, para dosen dan pegawai, serta ratusan mahasiswa UIN Jakarta.

Dede melanjutkan, termasuk indikasi kematangan dan kedewasaan emosi adalah memiliki jiwa humoris (sense of humor) dan mudah tersenyum.

"Latih untuk perbanyak senyum dengan 400 kali tersenyum dalam sehari dan orang yang jarang tersenyum itu cepat tua," canda Dede.

Terkait puasa Ramadhan, Dede mengajak para jamaah untuk belajar pada alam. "Buah-buahan jika matang di musim hujan rasanya tidak manis, bahkan sering kali busuk. Beda dengan buah yang matang saat musim panas, umumnya rasanya manis," terang Dede yang mengaku berasal dari keluarga petani.

Jika puasa Ramadhan dijalankan dengan benar, sambungnya, akan mendorong proses pematangan dan pendewasaan emosi orang yang berpuasa. Itulah yang disebut takwa.

Takwa menurutnya tidak hanya sebatas ritual (ibadah mahdhoh), tapi harus berpengaruh kepada urusan sosial dan peningkatan diri dengan terus melakukan latihan-latihan peningkatan kualitas.

"Saya tidak ingin intelektualitas tinggi namun rendah secara emosional. Dengan puasa Ramadhan, ditambah melakukan qiyam al-lail (bangun malam) sambil tafakkur (ihtisab/introspeksi), maka kedua-duanya (intelektual dan emosional) akan menjadi sama-sama hebat," kata Dede sambil mengutip hadis Nabi SAW "man shooma nahaaruhu wa qooma layaaluhu ghufiro" (siapa yang puasa siangnya dan mendirikan solat di malam harinya, maka diampuni dosa-dosanya).

"Jadi pengertian takwa adalah bagaimana kita semakin hebat kendalikan emosi kita dengan lima indikator kematangan emosi tersebut," tutup Dede.

Dalam Surat Edaran Rektor disebutkan, Ramadhan in Campus ini diisi dengan kegiatan shalat Zhuhur berjamaah, Kultum, dan Tadarus/Kajian al-Qur’an, mulai 18 Juni sampai 9 Juli 2015 dari Senin-Kamis.

Tercatat dalam jadwal, yang berkesempatan menyampaikan materi kultum selain Rektor adalah para dekan dan wakil dekan fakultas, yaitu Dr Muhbib A Wahab MA (22/6), Prof Dr Sukron Kamil MAg (23/6), Dr Bustamin SE MM (24/6), Dr Yayan Sofyan SH MAg (25/6), Dr Arief Subhan MA (29/6), Dr Hamka Hasan Lc MA (30/6), Prof Dr Abdul Mujib MAg (1/7), Dr Desmadi Saharuddin Lc MA (2/7), Dr Agus Salim SAg MSi (6/7), Dr Arif Sumantri SKM MKes (7/7), Prof Dr HM Bambang Pranowo (8/7), dan Prof Dr Didin Saepudin MA (9/7). (mf)