Rektor: Mesir dan Al-Azhar Banyak Bantu Indonesia

Rektor: Mesir dan Al-Azhar Banyak Bantu Indonesia

Bekasi, BERITA UIN Online – Rektor UIN Jakarta Amany Lubis menyatakan Universitas Al-Azhar Mesir dinilai telah banyak membantu Indonesia dalam pengembangan ilmu keislaman dan bahasa Arab. Bahkan bantuan juga banyak diberikan kepada UIN Jakarta, seperti pelatihan imam dan khatib, pelatihan bahasa Arab, dan pendirian Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI).

Hal itu diutarakan Amany Lubis seusai menghadiri acara peresmian pembukaan Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (PUSIBA) oleh Deputi Grand Syaikh Al-Azhar, Prof Shalih Abbas, di kampus Universitas Islam Asy-syafi’iyyah (UIA), Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Senin (29/7/2019). Di UIA delegasi dari Al-Al-Azhar disambut oleh Dailami Firdaus (cucu ulama besar asal Betawi, KH Abdullah Syafi'i, pendiri Perguruan Asy-Syafiiyah dan putra Hj. Tutty Alawiyah) dan seluruh sivitas akademika UIA.

“Jadi, kita sangat berterima kasih kepada Mesir dan Al-Azhar,” katanya.

Menurut Rektor, bantuan Mesir dan Al-Azhar merupakan bukti nyata kuatnya hubungan bilateral negeri seribu piramid tersebut dengan Indonesia. Mesir juga merupakan negara pertama di dunia yang mengakui kedaulatan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

“Bantuan Mesir dan Al-Azhar saat ini memang masih fokus di bidang pendidikan Islam dan bahasa Arab. Namun, hal itu sangat berarti mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia,” ujar wanita kelahiran Kairo, Mesir, dan pernah belajar di universitas Islam tertua di dunia tersebut.

Pendirian FDI UIN Jakarta tahun 1999, kata Rektor, juga tak lepas dari peran Al-Azhar dalam upaya ikut mengembangkan ilmu keislaman dan bahasa Arab di Indonesia. Lebih dari itu, Mesir juga kini membantu pembinaan sebuah majalah Wasatiyah berbahasa Arab dan Indonesia yang dikelola oleh mahasiswa di Kairo untuk mendekatkan pemahaman tentang moderasi beragama di Mesir dan Indonesia.

Bantuan lain sejak tahun 2000 adalah didirikannya madrasah Islam Al-Azhar Asy-Syarif di Jakarta dengan status madrasah negeri dan kini PUSIBA di Universitas Islam Asy-Syafi’iyyah. Selain itu tak sedikit pula bantuan dalam bentuk beasiswa untuk mahasiswa dan pelajar Indonesia yang sekolah di Mesir. Al-Azhar juga aktif mengutus alumninya berkiprah di Indonesia dan seluruh pelosok dunia untuk membaur bersama masyarakat setempat guna memahami dan menerapkan Islam moderat dan berbahasa Arab.

PUSIBA sendiri didirikan dengan tujuan guna meningkatkan pengetahuan Islam dan penguatan bahasa Arab serta dakwah Islam bagi calon penerima beasiswa dan yang akan melanjutkan studi ke Al-Azhar, baik pada jenjang pendidikan menengah, S1, S2, dan S3. Enam tenaga pengajar di antaranya didatangkan langsung dari Mesir.

Hadir dalam peresmian tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Umum Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia TGB Zainul Wajdi, Wakil Rektor Universitas Al-Azhar Syaikh Abu Zaid al-Amiri, serta sejumlah alumni Al-Azhar.

Dalam acara tersebut, selain Rektor Amany Lubis juga tampak Rektor UIN Jakarta periode 1992-1998 yang juga Ketua Kehormatan OIAA Prof M. Quraisy Shihab, Dekan FDI Syairozi Dimyati, Ketua Lajnat Tashhih al-Qur’an Mukhlish Hanafi, dan dosen Sekolah Pascasarjana Huzaemah Tahido Yanggo.

Deputi Grand Syaikh Al-Azhar, Shalih Abbas, dalam kesempatan itu sempat menyinggung mengenai moderasi beragama yang tengah digulirkan Kementerian Agama RI. Menurut dia, moderasi beragama menuntut perbaikan dalam pelaksanaan ajaran agama, sedangkan yang ekstrem, mereka hanya mencari-cari kesalahan dan kesesatan orang lain.

Shalih Abbas, seraya mengutip Firman Allah pada surah al-Baqarah ayat 143, mengatakan bahwa ummatan wasathan (umat jalan tengah) adalah mereka yang memberikan kesaksian kepada umat manusia bahwa hanya ajaran Islam yang terbaik.

Wasathiyah diwujudkan dalam ibadah, muamalat, dan syariat, dan tentu tidak boleh berlebihan dalam melakukan sesuatu,” katanya. Ia juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW, Man raghiba ‘an sunnati, falaisa minni (barang siapa yang membenci/tidak mengikuti sunnahku, maka tidak termasuk golonganku). (ns)