Rektor: Islam Sangat Memuliakan Manusia

Rektor: Islam Sangat Memuliakan Manusia

Jakarta, BERITA UIN Online – Rektor UIN Jakarta Amany Lubis menyatakan, agama Islam memiliki prinsip untuk saling menghormati orang lain. Ajaran Islam juga sangat memuliakan manusia sebagai sesama keturunan Nabi Adam as.

Hal itu diungkapkan Rektor Amany Lubis dalam menanggapi pidato pengukuhan Guru Besar Yasona Hamonangan Laoly (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI) bertajuk "Dampak Cyber Bullying dalam Kampanye Pemilu terhadap Masa Depan Demokrasi di Era 5.0" di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2019).

Rektor Amany Lubis dalam upacara pengukuhan guru besar Yasona Laoly itu ikut serta dalam prosesi bersama 20 rektor sebagai tamu kehormatan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Selain Rektor Amany Lubis, guru besar bidang Sejarah Sosial Islam UIN Jakarta Azyumardi Azra juga ikut hadir dan mengikuti prosesi.

Menurut Rektor, prinsip saling menghormati dan menutupi aib orang lain sangat penting. Hal itu merupakan ajaran Islam sebagaimana disebut dalam al-Qur’an surat al-Isra ayat 70, yakni wa laqad karramna bani Adam (dan Kami telah memuliakan anak Adam).

Ayat tersebut, kata Rektor, merupakan ispirasi untuk saling memuliakan manusia, tanpa melihat etnik, ras, suku, golongan, dan agama. Dalam surat al-Hujuraat ayat 12 juga ditegaskan, wala yaghtab ba'dhukum ba'dha (janganlah kita saling mencela antara satu sama yang lain), apa pun situasi dan caranya. Namun, sebutnya, dalam dunia maya telah mengakibatkan inspirasi dan instruksi Islam ini dilanggar.

“Untuk itu, marilah kita semua menjaga persatuan bangsa dan perdamaian dunia dengan memuliakan manusia,” tandas Rektor.

Yasona Laoly dalam pidato pengukuhan guru besarnya mengatakan, kekerasan simbolik sama bahayanya dengan kekerasan fisik. Cyber bullying dan cyber victimization merupakan gejala politik dalam peristiwa politik atau terhadap tokoh tertentu. Telah terjadi perubahan cepat dari revolusi 4.0 yang berkutat pada mesin kepada era revolusi 5.0.

Di era ini, katanya, faktor manusia lebih diutamakan daripada mesin. Untuk itu, faktor sosial dan demokrasi harus dapat diadaptasi dengan dunia yang mulai masuk ke era 5.0.

Fenomena political bully, menurut Yasona, telah mendorong pesta demokrasi ke dalam kubangan cyber bullying dan cyber victimization, di mana setiap kontestan mengerahkan segenap kekuatan untuk menjadikan pihak lawan menjadi korban. Di era ini pula manusia akan kembali dimanusiakan.

“Negara maju, seperti Jepang, telah mengarahkan demokrasi sebagai modal sosial yang dapat menjadi energi positif dalam memajukan, memakmurkan, serta menyejahterakan bangsa dan negara,” kata guru besar bidang Ilmu Kriminologi itu.

Prosesi pengukuhan guru besar Yasona Laoly dilakukan dengan tradisi militer Pedang Pora. Tradisi seperti ini biasa dilakukan dalam upacara adat pernikahan bagi para perwira militer sebagai tanda melepas masa lajangnya. Dalam adat pengukuhan guru besar itu prosesi diiringi rangkaian pedang berbentuk gapura yang dibentuk dari hunusan pedang para perwira polisi. (ns)