Refleksi Maulid 1443 H Namaku Muhammad

Refleksi Maulid 1443 H Namaku Muhammad

“Oleh: Syamsul Yakin

Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penulis Buku “Dimensi-Dimensi Kitab Kuning”

Dalam al-Qur’an nama Muhammad terulang sebanyak empat kali. Yakni, “Muhammad hanya seorang rasul …” (QS. Ali Imran/3: 144). Begitu juga firman Allah, “Muhammad itu bukan bapak seseorang di antara kamu …” (QS. al-Ahzab/3: 40). Lalu dalam surat yang lain, “Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad …” (QS. Muhmmad/47: 2), dan “Muhammad itu adalah utusan Allah …” (QS. al-Fath/48: 29).

Terkait dengan nama Muhammad, ada anjuran dari Nabi SAW agar seseorang menamai anak dengan nama Muhammad atau Ahmad. Ahmad adalah nama lain dari Muhammad, seperti tertulis dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Isa bin Maryam berkata: ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" (QS. al-Shaff/61: 6).

Menurut Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam karyanya Fathu al-Shamad al-Alimi, sepantasnya seseorang memilih nama untuk anaknya dengan salah satu dari nama Nabi Muhammad SAW. Dalilnya, berdasar hadits qudsi dari Abu Nu’aim yang dikutip Syaikh Nawawi dalam karyanya. Allah berfirman, “Demi keperkasaan-Ku, Aku tidak akan menyiksa seseorang di neraka orang yang diberi nama dengan namamu”. Syaikh Nawawi mengungkapkan yang dimaksud nama itu adalah Ahmad atau Muhammad.

Dalam hadits lainnya, seperti dikutip Syaikh Nawawi, Nabi SAW berpesan, “Barang siapa yang mempunyai bayi yang baru dilahirkan, kemudian ia menamai bayi itu dengan Muhammad, dengan alasan cinta kepadaku dan memohon keberkahan dengan namaku, tentu ia dan bayinya itu kelak akan berada di surga. Lebih jauh mengenai hadits ini bisa ditelusuri dalam karya Jalaluddin al-Suyuthi, yakni Jami’ al-Shaghir fi Ahadits al-Nadzir wa al-Basyir. Karya ini sangat dikenal oleh para peneliti hadits. Begitu pula satu hadits lagi dari Ali bin Abi Thalib, seperti dikutip oleh Syaikh Nawawi dan tertulis juga dalam karya Jalaluddin al-Suyuthi, Nabi SAW mewanti-wanti, “Tidaklah suatu hidangan yang disajikan, lalu orang yangbernama Muhammad atau Ahmad hadir di tempat itu, melainkan tempat itu pasti akan disucikan oleh Allah dua kali dalam setiap hari”. Spektrum hadits in tampak sudah jauh lebih luas dari hadits pertama di atas. Hadits tersebut memberi kabar gembira buat orang-orang di sekitar orang-orang yang bernama Muhammad atau Ahmad.(sam/mf)