Ramadhan Itu Hebat

Ramadhan Itu Hebat

Dari rangkaian ayat tentang puasa (QS al-Baqarah [2]: 183-187, ada sejumlah isyarat dan informasi yang menarik.

Pertama, redaksi kewajiban puasa itu bukan perintah langsung, seperti “aqimu as-shalah wa aatu az-zakah” (laksanakan shalat dan tunaikan zakat), melainkan berupa kalimat berita, “Telah diwajibkan puasa kepadamu.” (QS al-Baqarah [2]: 183).

Ini mengandun isyarat bahwa manusia sejatinya bisa merasakan manfaat puasa, sehingga tidak hanya menjadi kewajiban syar’i, tetapi juga kebutuhan hidup.

Kedua, kewajiban puasa dikaitkan dengan informasi bahwa umat terdahulu sebelum umat Muhammad SAW diwajibkan berpuasa. Ini mengisyaratkan pentingnya puasa sebagai ibadah yang telah menyejarah dan mentradisi.

Hal tersebut tidak hanya di kalangan umat Islam, tetapi juga umat dan bangsa lain. Jadi, puasa itu bukan hanya ibadah umat Islam, melainkan merupakan ibadah lintas agama, suku bangsa, budaya, lintas generasi, dan masa.

Sedemikian pentingnya puasa, sehingga yang dipanggil dan disebut untuk berpuasa itu adalah orang-orang beriman. Mereka tanpa diperintah secara langsung pasti memiliki kesadaran moral dan spiritual untuk berpuasa, sehingga tidak menjadi beban.

Berpuasa bagi orang-orang beriman merupakan panggilan ketaatan yang dilakukan penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Berpuasa itu hebat dan bahagia. Ketiga, tujuan puasa adalah mudah-mudahan menjadi orang-orang bertakwa.

Jadi, ibadah dan pendidikan Ramadhan itu harus diorientasikan kepada pembentukan integritas moral dan spiritual sebagai orang bertakwa. Takwa itu sendiri juga merupakan orientasi dan tujuan akhir yang perlu diraih melalui aneka ibadah.

“Wahai manusia beribadahlah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 21).

Keempat, dalam ayat 184 surat al-Baqarah, kata khair disebutkan sebanyak tiga kali. Para ahli tafsir berpendapat puasa itu selain bertujuan meraih takwa juga mewujudkan spirit khairiyyah (kebaikan), yakni personal, sosial, maupun universal.

Orang berpuasa karena iman dan mengharap ridha Allah SWT pasti hanya mau melakukan kebaikan. Bayangkan, makanan dan minuman yang halal saja bisa dijauhi pada siang hari, apalagi kemaksiatan dan kejahatan.

Artinya, orang yang berpuasa itu mesti bersikap, berpikiran, berkata, berbuat, dan bergaya hidup baik. Kelima, di akhir ayat 184 terebut ada redaksi yang sangat menarik, “Engkau berpuasa itu lebih baik jika engkau mengetahui.”

Artinya, puasa itu akan lebih bermakna dan lebih fungsional apabila didasari iman danilmu. Dengan kata lain, puasa itu harus berbasis imam dan ilmu agar puasa Ramadhan itu menjadi nikmat, hebat, dan kaya manfaat.

Beberapa hasil penelitian tentang puasa menunjukkan puasa Ramadhan secara ilmiah sarat kemukjizatan luar biasa dahsyat.

 Kemukjizatan itu bisa dilihat dari pespektif medis (kesehatan fisik), kesehatan mental-spiritual, serta perspektif psikologis maupun sosial.

Karena itu, penting diketahui hasil-hasil riset tentang kemukjizatan puasa Ramadhan agar kita makin meyakini dan menikmati puasa Ramadhan sebagai kebutuhan fisik dan psikis. Puasa itu menguatkan imunitas tubuh dari serangan berbagai penyakit.

Imunitas tubuh menguat seiring proses detoksifikasi sisa-sisa makanan, racun, dan sampah dalam tubuh kita yang disedot dan dimanfaatkan oleh tubuh kita saat lapar.

Puasa mengurangi obesitas dan risiko penyakit yang ditimbulkannya. Diet terbaik adalah melalui puasa rutin, seperti puasa Ramadhan. Secara medis, puasa Ramadhan dapat mencegah terbentuknya batu ginjal atau kencing batu.

Pasalnya, saat puasa cairan dalam tubuh dimaksimalkan pengolahan dan pemanfaatannya oleh tubuh kita, di samping karena ginjal kita bekerja lebih rileks akibat menurunnya asupan makanan dan minuman dalam perut.

Puasa menjaga diri kita dari penumpukkan makanan berlebih yang tidak diperlukan tubuh kita, yang berakibat pada timbulnya kolesterol jahat dan racun berbahaya dalam tubuh. Puasa juga dapat meningkatkan fungsi jantung 12 persen.

Pasalnya, saat puasa jantung kita memperoleh haknya untuk sedikit mengurangi aktivitasnya. Di luar Ramadhan, rata-rata jantung berdetak 72 kali/menit, sedangkan saat puasa rata-rata berdetak 60 kali/menit.

Saat berpuasa, sel-sel dalam tubuh kita mengalami rejuvenasi (peremajaan) dan peningkatan kemampuan fungsional hingga 10 kali lipat, sehingga daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit juga meningkat. Ketika berpuasa, organ-organ pencernaan juga berkurang beban kerjanya, sehingga “rehat dari kerja mencerna” antara 9-11 jam/hari dapat memberi kesempatan untuk memperbaiki dan meremajakan organ-organ pencernaan itu sendiri.

Puasa mengaktifkan mekanisme dan metabolisme proses pencernaan dan penyerapan makanan untuk mendayagunakan glukosa, lemak, dan protein dalam sel-sel tubuh kita, sehingga semuanya berfungsi secara normal dan optimal.

Dalam artikel “Mukjizat at-Tadawi bi as-Shiyam” (Mukjizat Terapi dengan Puasa) dijelaskan bahwa puasa Ramadhan selama sehari dapat membersihkan sisa-sisa makanan selama 10 hari. Karena itu, puasa selama sebulan ditambah enam hari puasa bulan Syawal akan dapat membersihkan sisa-sisa dan racun dalam tubuh selama satu setahun. Jadi, puasa Ramadhan plus enam hari pada bulan Syawal itu sangat menyehatkan.

Puasa Ramadhan juga terbukti dapat menjadi terapi ketergantungan atau kecanduan rokok, miras, dan narkoba dengan syarat saat berbuka tidak merokok lagi. Banyak orang yang berpuasa berhasil menahan rasa lapar dan haus pada siang hari, tetapi gagal dalam membendung nafsu minum dan makan pada malam hari.

Banyak perokok yang sukses tidak merokok di siang hari, tetapi begitu azan Maghrib berkumandang kopi dan rokok dinomorsatukan, sehingga puasa tidak bisa menjadi terapi penghentian kecanduan rokok, miras, narkoba, dan kebiasaan buruk lainnya.

Jadi, ibadah Ramadhan itu memang nikmat dan hebat untuk pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis kita secara proporsional, terutama jika dijalani dengan niat suci, tulus, ikhlas, dan dilandasi iman dan ilmu yang memadai untuk meraih takwa sejati.

Semoga puasa Ramadhan tahun 1440 H ini lebih nikmat, hebat, dan kaya manfaat bagi kemaslahatan bangsa dan umat.

Dr Muhbib Abd Wahab MA, Kepala Prodi Magister Pendidikan Bahasa Arab FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Naila Maziya Labiba, Mahasiswa Tingkat AKhit Fakutas Kesehatan UPN Jakarta. Sumber: Koran Sindo, Senin, 6 Mei 2019. (lrf/mf)