Ramadhan di Kanada (3): Beberapa Pengalaman Menarik

Ramadhan di Kanada (3): Beberapa Pengalaman Menarik

[caption id="attachment_11510" align="alignright" width="300"]Ali Hudaibi Ali Hudaibi (kanan) menyampaikan ceramah dengan bahasa Arab yang diterjemahkan Dr Hamid Slimi (kiri) ke bahasa Inggris[/caption]

Mississauga, Kanada, Berita UIN Online-- Beberapa hari berada di Kanada, tepatnya di Sayeda Khadija Centre (SKC) Mississauga, dua imam utusan UIN Jakarta Dasrizal Marah Nainin SSI MIS dan Ali Mohammad Al Hudhaibi SSi Lc MA mendapat kehormatan menghadiri acara besar tahunan tentang Fiqh (Annual FIQH Conference).

Selain itu, Ali Mohammad Al Hudhaibi melalui akun Facebook-nya, Selasa (14/6/16), menuliskan pengalaman-pengalaman menarik selama beberapa hari menjadi imam di sana, dari mulai buka puasa bersama warga Indonesia, ditodong berceramah, sampai tradisi bersalaman ala Indonesia. Berikut penuturannya:

“Dua hari kemarin, tepatnya 12-13 Juni di Canadian Centre for Deen Studies terdapat acara besar tahunan tentang Fiqh (Annual FIQH Conference) yang dihadiri para pembicara yang ahli di bidangnya. Materi yang dibicarakan di antaranya; Fiqh Salat, Fiqh Zakat, Fiqh Puasa, Fiqh Haji, Fiqh Jenazah, Fiqh Nikah, dan Fiqh Rumah Tangga.

Acara yang dihadiri kurang lebih 400 orang itu diawali dengan pembacaan al-Quran oleh Qori kita H Dasrizal M Nainin MIS. Kami sendiri diberi kehormatan untuk membuka acara plus doa sebelum dimulai acara.

Kami melihat mata para audiens yang begitu antusias mendengarkan materi. Dengan tekun memegang pulpen dan kertas menulis hal-hal penting yang disampaikan. Mereka butuh ilmu, yah bahkan sangat butuh, dimana mereka hidup di negeri yang mayoritas non-muslim ini. Dalam hati kami berkata, “Seandainya kami bisa "menyuapi" mereka dengan setetes ilmu dari-Mu ya Rabb, kami sangat bahagia dan bersyukur.”

Buka Bersama Dengan Warga Indonesia

Satu hari sebelumnya, di SKC kami diundang buka bersama saudara-saudara kami dari Indonesia. Ada satu poin yang kami tanyakan; “Apakah di Kanada ini sudah ada masjid yang dibangun oleh warga Indonesia?” Mereka menjawab, “Belum, tapi sudah ada rencana.”

Mudah-mudahan rencana itu segera terwujud, sehingga warga Islam Indonesia di Kanada dapat memiliki jariah dan peninggalan berharga. Bahkan, bila perlu membangun suatu lembaga semacam pesantren atau pusat studi Islam yang mengkhususkan diri mendalami agama, mencetak para dai, imam, dan ulama.

Ditodong Ceramah

Tugas kami selain mengimami tarawih dan maktubat, kami terkadang ditodong untuk memberi ceramah kecil-kecilan barang 10-15 menit. Biasanya setelah Subuh. Kami sendiri menyadari keterbatasan bahasa kami. Untungnya Imam kita tidak mempersoalkan masalah itu. Beliau orang Maroko dan bicara dengan bahasa Arab. Akhirnya kami pun ceramah dengan bahasa Arab dan beliau menerjemahkannya. Meski kecil-kecilan semoga ada bekasnya.

Tradisi Mengucap Salam dan Bersalaman

Orang Islam Kanada senang sekali mengucap salam dan bersalaman. Dalam satu hari bisa ratusan kali kami disalami jamaah dan memberi salam kepada mereka. Kenal ataupun tidak kenal. Dengan mimik yang tulus sembari menanyakan, “How are you?” MasyaAllah indah, praktik Islam yang jarang kami temukan di kampung sendiri. Di sini kami tidak menemukan kesan dendam, gojlokan, saling menjatuhkan, sangat dewasa, welcome dan saling menghormati.

Imam kita (Dr Hamid Slimi –red.) sedikit banyak mendapat pengalaman dari kebiasaan warga muslim Indonesia, karena sudah beberapa kali ke Indonesia, khususnya terkait salaman setelah shalat. Kata beliau, ada yang unik dari salaman khas Indonesia setelah shalat, yaitu dengan berbaris memanjang, rapih, sembari menyenandungkan shalawat Nabi Muhammad SAW. “Saya sangat menyukainya,” ungkap beliau. Dan akhirnya salaman khas Indonesia itu pun kembali dipraktikkan di Masjid SKC Kanada, khususnya setelah shalat shubuh. Insyaallah dengan begitu jamaah akan mendapat dua pahala, pertama pahala salaman, kedua pahala membaca shalawat, sambut kami dengan senang. (mf)