Ramadhan di Kanada (1): Jangan Tertusuk Duri Dulu, Baru Sibuk Mencabutnya

Ramadhan di Kanada (1): Jangan Tertusuk Duri Dulu, Baru Sibuk Mencabutnya

[caption id="attachment_18439" align="alignleft" width="136"] Missauga, Toronto-Kanada[/caption]

Kanada, BERITA UIN Online—Sebagai negara maju, Kanada layak dijadikan barometer bagi negara-negara berkembang untuk lebih maju. Hal ini terlihat dari ketertiban, kebersihan, dan disiplin warganya dalam bekerja. Belum lagi bicara terkait  infrastruktur, jasa kesehatan, dan biaya pendidikan yang gratis hingga menengah atas.

Bila sejenak berkeliling kota Toronto, kota terbesar di Kanada, akan ditemukan ajaran Islam yang teramalkan di sini. Ajaran yang justru ada di tengah-tengah mayoritas non muslim.

Misalnya, di jalan raya, tidak ditemukan pengemudi mobil berebut jalan dan adu klakson. Pengemudi pun, tertib menggunakan ruas jalan yang telah disediakan. Selain terkena sanksi, namun kesadaran para pengguna jalanlah yang mendorong ketertiban tersebut.

Tidak hanya pengemudi, penumpang pun wajib menggunakan sabuk pengaman (seat belt). Bila di antara keduanya kedapatan tidak menggunakan sabuk pengaman, maka yang dikenai sanksi rekan yang ada di dalam kendaraan tersebut. Kesadaran dan patuh berlalu lintas telihat pula saat berada di pertigaan atau tikungan, pengendara senantiasa mengurangi kecepatannya, meskipun di jalan tersebut tidak terdapat rambu lalu lintas atau pun pejalan kaki yang menyebrang.

Karakteristik seperti inilah yang mampu terimplementasi dengan kehidupan warganya sehingga mereka bisa tertib, aman, dan saling menghormati antar sesama. Ketertiban di jalan raya seperti yang dijelaskan di atas, menyebabkan angka kecelakaan di kota ini sangatlah rendah.

Berangkat dari realitas tersebut, nampaknya ajaran Islam telah teraflikasi dalam kehidupan warganya. Begitu indah dan langsung dirasakan manfaatnya. Bukankah mencegah kerusakan itu lebih utama dan harus diprioritaskan dari hanya mengambil manfaat saja.

hal terkecil yang dapat kita lakukan yaitu dengan gotong royong. Budaya gotong-royong membersihkan sampah dari jalan, selokan, atau menghilangkan duri dijalanan (imathat al-adza 'ani al-thariq) atau kebaikan lainnya. Bila kerusakan mampu dicegah maka manfaat pun akan datang dengan mudah.

Namun di sayangkan bagi kita sebagai umat Muslim, negara terluas di Amerika bagian utara dengan lambang daun maple ini, menjadi salah satu negara yang melegalkan LGBT, karena alasan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari kamar mandi umum, yang ditambah satu kamar mandi khusus untuk LGBT. Dalam hal ini, Islam tetap pada prinsipnya yang melarang hal demikian.

[caption id="attachment_18440" align="alignright" width="300"] Ali Hudaibi bersama salah satu keluarga Muslim Indonesia yang berada di Kanada[/caption]

Demikian kami dapat berbagi kisah yang semoga menginspirasi dan menjali stimulus bagi kita semua sebagai umat Islam, untuk melakukan dan mengamalkan ajaran Islam yang menjunjung tinggi kebersihan, ketertiban, dan saling menghargai hak orang lain. Bersambung…(lrf)