Publik Harapkan Peran Alumni al-Azhar

Publik Harapkan Peran Alumni al-Azhar

Ciputat, BERITA UIN Online-- Masyarakat di tanah air dan dunia berharap alumni Universitas al-Azhar memainkan peran lebih besar dalam menghadapi ancaman Pandemik Covid 19. Selain menimbulkan ribuan korban jiwa, paparan Pandemik Covid 19 di tanah air dinilai menghadirkan berbagai persoalan pada ragam pemahaman dan praktek kekagamaan masyarakat, termasuk berbagai dampak ikutan sosial lainnya.

Demikian benang merah al-Ihtifal bi-l Yaum al-Alamy li-l Azhar bertajuk Mawaqif Diniyyah wa Insaniyyah li-l Azhar al-Syarif fi Muwajahah Virus Corona al-Mustajiddah’, Sabtu (2/5/2020). Dalam kesempatan itu, sejumlah tokoh nasional seperti Menteri Agama RI periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin dan Wakil Menteri Luar Negeri RI periode 2014-2019 Dr. A.M. Fachir menyampaikan pandangan mereka tentang peran yang bisa dilakukan alumni Universitas al-Azhar di Indonesia.

Lukman misalnya, mengungkapkan perlunya para alumni al-Azhar maju di garis depan dalam menjabarkan pandangan dan peran keislaman dalam menghadapi laju pandemi. Pengamatannya, sebaran pandemi tidak jarang malah menimbulkan pemahaman dan praktek keislaman yang kontraproduktif dengan protokol kesehatan.

Islam yang sejatinya memberikan keringanan bagi ummatnya dalam menjalankan kewajiban keagamaannya di tengah-tengah kondisi darurat justru ditanggapi semangat keagamaan yang tidak selaras. Kewajiban keagamaan tetap dilakukan tanpa mengindahkan alasan-alasan yang meringankan.

“Menyangkut pandemi ini banyak hal. Semangat berislam itu luar biasa, tapi kontraproduktif karena tak didukung keilman agama cukup,” tandasnya.

Untuk itu, putera almarhum KH Saifuddin Zuhri ini mengatakan, perlunya para alumni al-Azhar memberikan penjelasan pentingnya beragama dengan dilandasi pengetahuan. Menyandingkan sisi legal fiqih dan sisi spiritual tasawuf dalam menjalankan kewajiban keagamaan.

“Dua tradisi ini diperlukan sehingga Islam yang wasathiyah senantiasa bisa terjaga dengan adanya keseimbangan antara hukum fiqih dan tasawuf,” tandasnya lagi.

Merujuk informasi otoritas kesehatan nasional dan global, Covid 19 menjadi pandemik global yang dihadapi masyarakat di berbagai negara. Selain pemahaman pentingnya menjaga kesehatan, masyarakat juga perlu dibekali pemahaman keagamaan sebagai modal penting menghadapi ancaman pandemik ini.

Senada dengan Lukman, Fachir juga mengungkapkan harapannya agar para alumni al-Azhar mampu mengaktualisasikan pendekatan Islam dalam menghadapi ancaman pandemik Covid ini. Hal ini sejalan dengan kesadaran para pemimpin agama-agama lain untuk terlibat serta dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dari ancaman pandemik.

Berbagai pesan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam menjaga keselamatan diri dalam menghadapi ancaman pandemik perlu terus digaungkan. Ini diperlukan agar visi Islam rahmatan lil alamin bisa menyentuh berbagai lapisan masyarakat global yang dibayangi ancaman pandemi.

“Sekarang ini, dunia sedang menghadapi musibah Pandemik Covid 19, Al-Azhar keluar dengan sebuah panduan (menghadapinya, red.). Saya membayangkan seluruh dunia membacanya, termasuk Indonesia,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany mewakili alumni perguruan tinggi yang berdiri sejak 1000-an tahun lalu itu mengajak seluruh alumni di tanah air bahu membahu membantu masyarakat dan pemerintah mengakselerasi percepatan penanganan sebaran Virus Covid 19. Menurutnya, sebaran pandemi Covid 19 telah sedemikian massif sehingga dibutuhkan peran semua pihak, terutama para alumni Universitas al-Azhar.

Sementara itu, kegiatan yang digelar guna memperingati hari lahir Universitas al-Azhar ke-1008 tahun ini diisi pembacaan puisi Cairo Musim Panas 1999 oleh Novelis Habiburrahman El Shirazy. Pembacaan ini diharapkan mengingatkan kembali tujuan para alumni saat menimba ilmu ke universitas tersebut.

 

Menara Azhar terus mengumandangkan azan

Beribu-ribu menara di sekelilingnya ikut dalam satu irama

Bersahut-sahutan dalam koor yang sama

Bergemuruh mengiringi denyut kehidupan panas kota

Dua puluh empat jam

Lima kali masanya

 

Manusia menyemut di setiap halte bus kota

Memburu nasib mengejar hidup berjubel dalam bus bus tua yang garang

Kaum tarekat kaum sufi berpesta zikir di sepanjang trotoar

Pria-pria berdasi tampil perlente di kantor-kantor

Komunitas gembel dan pengemis menjamur

Para pengangguran duduk termangu bergeloyotan

Di sudut sudut kota

Para profesor para doktor terus memeras otak debat ilmiah

Merancang masa depan dan menulis buku berjilid-jilid setiap hari

Para sastrawan merancang skenario komedia

Para pemikir kiri pidato di sana sini

Ulama Azhar turun tangan sendiri

 

Suara qari legendaris Syaikh Abdus Samad tak pernah mati

Distel juga dikedai kedai kopi

Bersahut-sahutan dengan nyanyian syahdu Ummi Kultsum

Nada Ponya Amru Diab dan langgam gerejaninya Masjid Rumi

Suara klakson taksi, tangis bayi kepanasan, rintihan ibu-ibu tua terseret bus 939, cericit rem metro, derit rem sedan

Nyanyian pengobral pakaian, teriakan penjual koran,

Sumpah serapah nona-nona beramput pirang tersenggol berdesakan

Derai tawa gadis remaja di jalan-jalan

Gegap gempita suporter Ahly dan Zamalek di lapangan

Untaian ibtihalat yang mengharu biru menembus sukma menggetarkan badan

Suara terbata anak-anak kecil mengeja al-Quran

Terus bergema sepanjang hari

Menciptakan irama kehidupan kota Kairo yang tak pernah sepi

Bau sahara menempel di tembok-tembok kota

Bau sang bangunan-bangunan tua

Bau pesing di lorong-lorong kota

Bau parfum aristokrat yang menyengat

Bau keringat yang pengap

Bau solar dari mesin bus 89

Bau bir pada pesta para diplomat

Aroma tradisional Tosari

Aroma dari restoran-restoran bergengsi

Aroma hidup peluh para penari

Kuli-kuli

Wangi semerbak aroma kesturi para pewaris nabi adalah aroma kota kairo saat kutulis sajak ini

Jam 1 siang saat matahari di ubun-ubun kota

Aspal terpanggang menggelepar kepanasan

Gedung gedung sekarat dalam derita tertahan

Tower kota memanggil angin

Kegerahan

Manusia menumpuk dalam payung-payung perlindungan

Hanya sungai Nil yang masih tenang mengalir

Menebar kesejukan

dan menara Azhar yang tetap sabar mengumandangkan azan panggilan cinta Tuhan

Bila September menjelang 

ribuan wajah baru datang dari seantero dunia

Berbondong-bondong bersatu dalam barisan panjang di depan gerbang Azhar

meneriakan harapan-harapan

Kami datang ke sini demi menghirup nafas kenabian

Demi menimba ilmu Tuhan

dan demi menggali kebenaran-kebenaran

agar kami jadi manusia sungguhan

dan tidak terjebak dalam slogan-slogan kosong kehidupan

agar kelak kami jadi pemimpin peradaban yang diridhai Tuhan

Bila malam datang

Tahrir Attaba mandi roksi

dan beberapa titik kota tetap hingar bingar dalam degup kota metropolitan

Tetapi beribu-ribu menara tetap setia mengumandangkan azan

Menebar kesejukan-kesejukan

Dan para sholihin masih setia berdoa kepada Tuhan

Memohon ampunan-ampunan

 

Musim panas di Kairo tahun ini

masih sama seperti ribuan tahun yang lalu

saat kota pelajar tertua ini didirikan

 

Kairo September 1999

(z. muttaqin)