Prof Harun Nasution Diusulkan Menjadi Nama Auditorium Utama

Prof Harun Nasution Diusulkan Menjadi Nama Auditorium Utama

 

Gedung FKIK, UIN Online – Mantan Rektor IAIN (kini UIN) Jakarta (alm) Prof Dr Harun Nasution diusulkan namanya untuk diabadikan di Auditorium Utama. Tokoh lain yang akan diabadikan adalah dua mantan menteri agama, yakni (alm) KH Wahid Hasyim dan (alm) Prof Dr HM Rasyidi.

Usulan pengabadian ketiga tokoh agama itu disampaikan Rektor Prof Dr Komaruddin Hidayat dalam rapat Senat Universitas yang digelar di Ruang Rapat Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di Kampus II, Kamis (8/4). Rapat Senat Universitas antara lain membahas paparan kinerja pimpinan universitas selama empat tahun dan rencana pemilihan rektor periode 2010-2014 yang akan digelar pada Agustus mendatang.

“Kami meminta izin agar ketiga tokoh tersebut diabadikan namanya di Kampus UIN Jakarta. Ini sekaligus sebagai bentuk penghormatan UIN Jakarta terhadap jasa-jasa mereka yang telah mengabdi dan ikut mengembangkan IAIN Jakarta pada masanya,” katanya.

Menurut Rektor, Prof Dr Harun Nasution adalah tokoh agama yang cukup berpengaruh di lingkungan IAIN Jakarta. Ia pernah menjabat Rektor dan Direktur Program Pascasarjana (kini Sekolah Pascasarjana). Sementara dua nama lain, sama-sama pernah menjabat Menteri Agama dan banyak berjasa bagi pengembangan Kampus IAIN Jakarta.

Prof Dr Harun Nasution rencananya diusulkan untuk diabadikan menjadi nama Auditorium Utama. Adapun KH Wahid Hasyim dan Prof Dr HM Rasyidi akan diabadikan sebagai nama gerbang masuk dan keluar Kampus UIN Jakarta. “Pengabadian nama ketiga tokoh agama tersebut selain untuk menghormati jasa-jasa mereka, juga sebagai al-muhafadhatu ‘ala qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah (memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik),” tandas Rektor.

Sementara itu, Pembantu Rektor Bidang Akademik Dr Jamhari menyatakan,  penghormatan terhadap Prof Dr Harun Nasution juga dilakukan terhadap karya monumentalnya berjudul Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Buku tersebut sempat menjadi rujukan wajib bagi mahasiswa IAIN Jakarta di semua jurusan dan fakultas (Tarbiyah, Adab, Syariah, Ushuluddin) pada mata kuliah pemikiran Islam.

“Buku tersebut masih urgen untuk dipakai kembali sebagai bahan perkuliahan. Hanya saja isinya perlu ditinjau atau disempurnakan, mana yang baik dan mana yang kurang baik,” ujarnya.

Buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya berisi tentang pemikiran ilmu tasawuf, ilmu kalam, sejarah Islam, dan filsafat Islam serta diterbitkan pertama kali oleh Universitas Indonesia Press tahun 1985. (ns)