Prodi Tadris Biologi Gelar Studium General Peduli Lingkungan Bersama Prof Shinji Nobira

Prodi Tadris Biologi Gelar Studium General Peduli Lingkungan Bersama Prof Shinji Nobira

Gedung FITK, BERITA UIN Online-- Dalam rangka peduli terhadap pendidikan lingkungan dan moral, Prodi Tadris Biologi menggelar Studium General (SG) bersama Prof Shinji Nobira dari Lembaga Indonesia Education Promotion Foundation (IEPF) pada Selasa, (24/09/2019) di teater lantai 3 gedung FITK.

SG bersama lembaga non pemerintahan yang berasal dari Kota Toyama, Jepang itu dibuka Dekan FITK Dr Sururin MAg. Dalam sambutannya, Sururin menyampaikan bahwa lingkungan bisa rusak karena ketidakramahan ulah manusia, seperti yang sudah dirasakan warga Riau, Jambi dan sekitarnya dengan adanya polusi asap mengepul kebakaran hutan.

“Rasa peduli dan cinta terhadap lingkungan dapat diimplementasikan dengan akhlak, sehingga pendidikan moral sangat penting diajarkan sejak dini di semua tingkatan pendidikan,” ujar Sururin.

Turut hadir, Wakil Dekan Bidang Akademik Muhammad Zuhdi MEd PhD, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaaan, Alumni dan Kerjasama Dr Khalimi MAg, Kaprodi Tadris Biologi Yanti Herlianti MPd, dan narasumber IEPF Shinji Nobira sebagai narasumber.

Shinji dalam pengalaman studi dan hasil penelitian yang dilakukannya bertajuk “Pendidikan Lingkungan dan Pendidikan Moral”, memaparkan karakteristik penelitian pendidikan lingkungan dan moral kepada mahasiswa Prodi Tadris Biologi.

“Saat ini sudah terlihat banyak kerusakan lingkungan, terutama di negara berkembang,” ujar Shinji.

Sudah terjadi pergeseran pemikiran dari masyarakat, sambungnya, yang tidak berpusat terhadap alam dan masa depan, tapi pada manusia.

“Seperti contoh yang ada dalam leluhur kita bahwa kita di sini itu meminjam terhadap anak cucu kita yang nantinya harus dikembalikan terhadap mereka dalam keadaan baik,” ujar Direktur IEPF itu.

Dilanjutkannya, ada lima hal penting yang harus diketahui oleh mahasiswa terkait darurat lingkungan dan moral, Pertama, kerusakan lingkungan merupakan masalah dunia; Kedua, Suatu hal nyata sehingga harus ada tindakan; Ketiga, untuk mengamati dampak kerusakan itu susah, sehingga tidak mudah untuk mengamatinya; Keempat, di dunia ini masyarakat adalah korban sekaligus pelaku; dan Kelima, generasi selanjutnya sudah tidak mau mengetahui dan cenderung acuh tak acuh, sehingga tidak ada yang mereka perbuat.

Memperhatikan hal tersebut, Shinji mengajak mahasiswa untuk tidak hidup hanya berpusat pada diri sendiri dan sekarang, melainkan untuk berpusat pada alam dan masa depan.

“Cobalah hidup untuk menatap masa depan dan siapkan diri secara maksimal untuk menjaga dan mulai menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan dan alam” ajaknya.

Ditambahkannya, untuk menumbuhkan rasa cinta tersebut, maka perlu diajarkan pentingnya pendidikan lingkungan dan moral kepada anak sejak dini, khususnya di lingkungan SD dan SMP yang masih punya peluang untuk diarahkan dan diciptakan rasa kepeduliannya terhadap lingkungan.

“Sehingga diharapkan setiap masyarakat akan memiliki lima hal utama yang bisa menjadi output dari pendidikan lingkungan dan moral, yaitu kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan partisipasi,” pungkasnya.

Dalam kunjungan tersebut, usai SG, IEPF menandatangani perjanjian kerjasama dengan FITK UIN Jakarta IEPF dalam bidang pengembangan riset kepedulian lingkungan hidup dan moral. (lrf/mf/afy)