Pre-Conference 3 FITK Bahas Karakteristik Ormas Islam Indonesia

Pre-Conference 3 FITK Bahas Karakteristik Ormas Islam Indonesia

Gedung FITK, BERITA UIN Online-- Dalam rangka rangkaian kegiatan International Conference on Education Muslim Society (ICEMS) 5th, FITK kembali menggelar Pre-Conference ICEMS III pada hari Rabu, (14/8/2019) di teater Mahmud Yunus Gedung FITK lt 3.

Acara dibuka Wakil Dekan Bidang Akademik FITK Muhammad Zuhdi MEd Phd, dihadiri sejumlah dosen FITK, mahasiswa S1, S2 dan kalangan umum.

Hadir pada kesempatan kali ini Kevin Fogg PhD dari Oxford University United Kingdom sebagai narasumber yang memaparkan hasil penelitian bertajuk “Education as a Cornerstone of Mass Islamic Movements in Indonesia: History, Comparisons, and Consequences.”

Kevin dalam paparannya menyampaikan mengenai karakteristik organisasi Islam di Indonesia, diantaranya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Menurutnya, karakteristik organanisasi Islam di Indonesia itu luas, komprehensif, dan mempengaruhi kehidupan sosial dan juga pendidikan.

Organisasi ini sudah memiliki struktur yang modern, kemudian tidak dapat dipengaruhi oleh pemerintah,” ujar Kevin dari hasil riset yang dilakukan di tiga kota, yaitu Medan, Palu, dan Lombok.

Organsisasi Islam yang ada di Indonesia, sambung Kevin, sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Di Medan ada Jamiatul Wasliyah, di Lombok ada Nahdatul Ulama, dan di Poso ada al-Khairaat.

Menurut Kevin, perkembangan ketiga organisasi tersebut dimulai dengan tahap ekspansi, contohnya membangun fondasi berbasis pendidikan, dari nonformal, informal kemudian menjadi sekolah formal. Perkembangannya bahkan lebih pesat menjadi pelopor inovasi pendidikan Islam.

Tahap kedua, lanjutnya, adalah konsolidasi dan standararisasi, melakukan konsolidasi jaringan, dan membuat standar terhadap hasil pendidikan bahkan mengembangkan sekolah khusus menjadi ulama.

Ditegaskannya, konsekuensi dari pendidikan sebagai dasar pengembangan organisasi adalah penekanan yang kuat terhadap identitas sarjana atau lulusan. Anggota diberi pendidikan secara dini tentang perbedaan (misalnya NU belajar Keaswajaan, Muhammadiyah belajar Kemuhamadiyahan) tipe pergerakan massa yang lebih agresif.

Dalam sesi tanya jawab, Baydhowi yang menjadi peserta bertanya tentang hubungan antara ketiga organisasi tersebut. Kevin menjelaskan bahwa hubungan antara ketiganya tergambar dalam struktur, yaitu al-Khairaat merujuk kepada NU sedangkan Jamiatul Wasliyah merujuk kepada Muhammadiyah.

Sementara kaitan organisasi Islam tersebut dengan politik dan pemerintahan sebagaimana yang ditanyakan Dwi Nanto PhD peserta dari dosen FITK, Kevin menjawab, “Ada kaitannya dengan pemerintah dan politik, namun tidak signifikan,” pungkas Kevin. (lrf/mf)