Pornografi di Medan Perang

Pornografi di Medan Perang

Beredarnya film dan gambar porno di medan perang, itu cerita klasik. Akan tetapi, cerita ini menjadi menarik ketika diungkapkan kembali oleh Mahmud Farazandeh, Dubes Iran di Jakarta, dalam kunjungannya ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pekan ini.

Untuk ke sekian kalinya, Dubes Iran berkunjung ke UIN Jakarta dan selalu saja berbagi cerita unik-unik. Saya tanyakan padanya, mengapa tentara Iran sangat militan dalam berperang dan mengapa pemerintah Iran sangat anti-Amerika Serikat? Jawaban Farazandeh membuat saya terhenyak. Tentara Iran dan penganut Syiah pada umumnya, kalau terjun ke medan perang mesti membawa Alquran. Kalau malam hari mereka salat tahajud, salat sunat malam hari, dan selalu membaca Alquran. Bahkan pagi hari sebelum ke medan perang,mereka tidak lupa salat dan membaca Alquran terlebih dahulu sebelum menghadapi musuh.

Bagi kami, tak ada kata kalah dalam berperang. Kalau tidak menang di dunia, kami pasti akan menang di akhirat sebagai syuhada,tegasnya. Farazandeh melanjutkan,semangat kesyahidan (martyrdom) ini pasti tidak dimiliki tentara Barat. Mereka kalau malam hari membaca majalah atau menonton film porno. Mereka membayangkan gaji besar dan dana pensiun tinggi setelah selesai perang. Mereka berperang demi uang. Maka itu, mental mereka lembek dibandingkan prajurit Iran.

Kekuatan kami bukan karena memiliki nuklir, melainkan karena kami punya iman dan keberanian untuk melawan Barat yang menjadikan dunia Islam sebagai mainan. Kekayaan alamnya dijarah. Lalu kalau terjadi konflik senjata, mereka menawarkan jasa bantuan sambil menghabiskan stok senjata yang sudah lama ditimbun. Namun setelah perang selesai, mereka minta ganti rugi, berapa senjata yang sudah digunakan. Dari sekian tamu diplomat yang berkunjung ke UIN, sikap diplomat Iran memang konsisten dan jelas. Mereka bersikap konfrontatif terhadap AS, yang mereka nilai menggunakan standar ganda terhadap dunia Islam.

Tak ada bantuan yang gratis, bahkan mengambilnya lebih banyak dari apa yang mereka berikan.Tanpa iman yang kuat dan ilmu pengetahuan yang seimbang, dunia Arab jangan harap bisa mengalahkan Barat, tandasnya. Dengan jumlah penduduk di bawah Indonesia,dunia Arab dipimpin lebih dari 20 kepala negara Kesamaan agama, bahasa, dan daratan ternyata tidak menjamin mereka bisa bergabung dalam satu pemerintahan. Mungkin saja faktor ini ikut menjadi penyebab betapa sulitnya mereka mengalahkan negara Israel yang kecil.

Adalah Iran dan Turki yang disegani Israel, karena kedua negara ini memiliki militer dan persenjataan yang kuat. Dari pergaulan bersama diplomat asing, perhatian mereka cukup besar terhadap pengalaman Indonesia sebagai masyarakat muslim, namun memiliki antusiasme dan tekad mengembangkan demokrasi. Indonesia bagaikan sebuah laboratorium politik baru dalam wacana negara modern yang mendahului negara-negara di Timur Tengah, kecuali pengalaman Turki yang mirip Indonesia.Turki adalah bangsa dan negara non-Arab dengan penduduk mayoritas muslim, yang sejak awal menerapkan demokrasi sekuler, namun dibayang-bayangi oleh militer.

Mirip Indonesia, baru belakangan ini saja posisi militer tergeser oleh kekuatan sipil. Perhatian diplomat asing untuk memahami hubungan dinamika politik dan agama di Indonesia cukup tinggi.Mereka menawarkan kerja sama seminar dan riset. Mereka sering mengundang makan malam bersama para aktivis LSM dan intelektual kampus untuk tukar pandangan seputar dinamika politik Indonesia. Ada lagi yang mengundang saya untuk bincang-bincang tentang Islam dan politik, namun di lapangan golf agar lebih santai dan sekalian olahraga.

Tentang golf ini, saya baru tahu jika Dubes Jepang bermain golf, dia berarti mengajukan cuti kantor setengah hari, sorenya baru masuk kantor. Kembali ke judul tulisan,hubungan perang dan pornografi tampaknya bukan berita baru. Mereka yang berada di medan perang, pasti mentalnya stres lantaran banyak faktor. Jauh dari keluarga, jiwanya terancam, istirahat tidak teratur, kondisi medan berat, bayang-bayang kematian begitu dekat,dan sebagainya.

Oleh karena itu, di mana terjadi pertempuran, muncul kebutuhan prajurit untuk melepaskan dan melampiaskan beban mentalnya, salah satunya menonton film porno dan minum sampai mabuk. Bahkan, dulu pernah populer istilah Vietnam Rose, penyakit kelamin yang muncul ketika terjadi peperangan antara Amerika dan Vietnam. Dulu ketika Jepang menjajah Indonesia, juga terjadi hal serupa. Banyak wanita muda cantik dijadikan objek pelampiasan berahi para prajurit.

Â