PIDATO MENTERI AGAMA RI PADA DIES NATALIS KE 63 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

PIDATO MENTERI AGAMA RI PADA DIES NATALIS KE 63 UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Oleh: Menteri Agama RI Fachrul Razi

Ciputa, Rabu, 20 Mei 2020

“Mengembangkan PTKI Unggul Dengan Semangat Filantropi”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

1. Yang saya hormati, Ketua Senat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A.

2. Yang saya hormati, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Amany Lubis, M.A.

3. Para Guru Besar dan segenap sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berbahagia.

Puji dan syukurkita panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya kita diberikan kesempatan untuk ikut memperingati kelahiran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ini, dengan suasana yang berbeda, namun tetap terasa khidmat.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, selaku suri tauladan kita yang mengajarkan tentang pentingnya pendidikan, nilai-nilai kemanusiaan, dan semangat kedermawanan. Beliau bukan hanya menganjurkan, tetapi memberikan contoh dan lebih dulu melaksanakan apa yang beliau ajarkan.

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Merupakan sebuah kehormatan bagi saya untuk ikut memperingati kelahiran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam terbesar di Tanah Air, yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang ke-63. Kita ketahui bersama, cikal bakal dari perguruan tinggi ini adalah Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang dilahirkan tahun 1957, lalu berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) pada tahun 1960, kemudian berkembang lebih luas menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah pada tahun 2002.

Sejarah mencatat bahwakiprah dan sumbangsih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untukbangsa dan negara tidak perlu diragukan lagi. Demikian juga kontribusi Perguruan Tinggi inipadakehidupan beragama di tanah air, bahkan di dunia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menunjukkan kemampuannya untuk menjadi pelopor pembaruan pemikiran Islam di tanah air, sekaligus juga salah satu institusi penting yang menunjang keharmonisan kehidupan umat beragama di Indonesia.

Nilai-nilai kemanusiaan yang melintasi batasbatas teritorial dan agama telah membuat UIN Jakarta menjadi salah satu perguruan tinggi keagamaan Islam yang reputasinya diakui dunia. Tokoh-tokoh yang dilahirkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan berbagai aktivitas berskala nasional maupun internasional yang diselenggarakan kampus ini menjadi bukti bahwa umat Islam Indonesia adalah umat yang ramah, umat yang berprestasi, dan umat yang memiliki perhatian besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, kemanusiaan dan keindonesiaan.

Saudara-saudara sekalian,

Tema Dies Natalis tahun ini, sebagaimana disampaikan oleh Rektor, adalah “Membangun Keunggulan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dengan Semangat Filantropi.” Menurut hemat saya, tema ini bukan hanya relevan dengan perkembangan situasi saat ini, di mana nilai-nilai dan semangat filantropi sangat dibutuhkan untuk mengurangi dampak negatif dari wabah covid-19, tetapi juga mengingatkan kita akan jadidiri pendidikan Islam di tanah air, yang dibangun dan dikembangkan dengan semangat filantropi.

Kita sadari bersama, bahwa seluruh penduduk dunia saat ini sedang mengalami keresahan dengan mewabahnyacovid-19. Salah satu dampak besar dari 4 wabah ini adalah kesulitan ekonomi yang menimpa masyarakat Indonesia, tidak terkecuali mahasiswa dan sivitas akademika. Namun demikian, di tengahtengah kesulitan ekonomi yang melanda sebagian besar warga kampus, saya melihat jiwa heroisme yang dilandasi oleh semangat filantropi. Dosen, karyawan dan orang-orang yang peduli kampus bahu membahu meringankan beban mahasiswa serta orang-orang sekitar kampus yang terdampak, dengan memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan masing-masing.Termasuk,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga tercatat ikut memberikan kontribusi pengumpulan dana pada gugus tugas Covid-19 Kementerian Agama.

Filantropi atau semangat berderma adalah bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam dan masyarakat Muslim. Kita mengenal dalam Islam ada ajaran tentang zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah. Semua itu adalah ajaran untuk mengeluarkan sebagian dari kepemilikan seorang Muslim untuk kepentingan orang atau pihak lain atas nama agama. Ada yang sifatnya wajib, seperti zakat fitrah dan zakat harta. Ada pula yang bersifat sunah, seperti sedekah atau wakaf. Semangat untuk berkorban dan berbagi inilah yang menjadi fondasi kegiatankegiatan sosial umat Islam.

Dunia pendidikan Indonesia mencatat bahwa sejarah panjang pendidikan Islamdibangun di atas semangat filantropi Islam. Lembaga-lembaga pendidikan Islam berdiri dan terus berkembang karena semangat kedermawanan yang dicontohkan oleh para pendahulu kita. Mereka memberikan beragam kontribusi kepada para Ulama untuk mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan. Ada yang memberikan wakaf, zakat, infak dan sedekah kepada orang-orang yang mereka percayai untuk didayagunakan di bidang pendidikan dan sosial. Inilah sejatinya semangat filantropi yang telah mewujud di dunia pendidikan di tanah air. Hasilnya adalah lembaga-lembaga pendidikan Islam terus hadir, berkembang dan memberikan kontribusinyata terhadap pembangunan sumber daya manusia Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,

Dewasa ini, pendidikan tinggi kita menghadapi tantangan yang amat besar untuk bisa berbicara di tingkat global. Tantangan serius yang dihadapi pendidikan tinggi kita adalah ketertinggalan di bidang penelitian, publikasi, dan kemanfaatan kepada masyarakat (community engagement). Perguruan Tinggi Keagamaan Islam masih harus berupaya keras dan serius untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Pemerintah terus berupaya memfasilitasi dunia pendidikan tinggi untuk dapat mengembangkan potensi terbaiknya melalui berbagai kebijakan dan dukungan pendanaan. Namun tentu saja, dukungan yang diberikan pemerintah memiliki keterbatasan dan tidak mungkin memenuhi seluruh kebutuhan penelitian, publikasi dan pengembangan perguruan tinggi.

Menyadari hal ini, saya mendorong perguruanperguruan tinggi Islam untuk mengembangkan semangat filantropi dan semangat entrepreneurship di lingkungan masing-masing. Kedua semangat ini sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, semangat filantropi merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan Islam Indonesia. Karenanya, menumbuhkembangkan semangat tersebut di perguruan tinggi bukanlah sesuatu yanganehdilakukan.

Saya memperoleh informasi bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasukpionir dalam mengembangkan semangat filantropi di kampus PTKIN. Kampus ini memiliki lembaga dan orangorang yang peduli terhadap keberlangsungan filantropi di perguruan tinggi. Karena itu, saya sangat mengapresiasi Pimpinan Universitas dan para dosen yang telah berinisiatif menyebarkan semangat filantropi di lingkungan kampus. Saya berharap semangat filantropidi kampus ini tidak berhenti pada pemberian bantuan dan sumbangan jangka pendek dan bersifat konsumtif, tetapi juga dapat dikembangkan menjadi salah satu instrumen pengembangan kampus secara luas.Bahkan lebih dari itu, saya berharap apa yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat menjadi model bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam lain dalam mengembangkan semangat filantropi.

Kita ketahui bersama, bahwa berbagai perguruan tinggi besar dunia, seperti Harvard University dan Al-Azhar University, didukung oleh semangat filantropi yangtinggi.Mereka memiliki apa yang disebut sebagai endowment fund yang digunakan untuk menunjang kegiatan akademik, seperti:beasiswa, penelitian, danfellowship. Dengan demikian, lembaga-lembaga tersebut mampu mengembangkan diri dan tidak semata-mata mengandalkan dukungan dana dari Pemerintah.

Saudara-saudara sekalian,

Saya yakin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan pengalaman, kontribusi alumni, dan jejaringyang dimilikinya mampu mengembangkan semangat filantropis tersebut menjadi sebuah kekuatan yang lebihbesarlagi. Mengubah potensi filantropis menjadi salah satu sumber energi pengembangan akademik dan fasilitas kampus. Sehingga kita berharap, kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat menjadi salah satu Perguruan Tinggi unggul di tingkat dunia dengan dukungan semangat filantropi dan entrepreneurship yang tinggi.

Mudah-mudahan wabah covid-19 ini segera berakhir, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat melanjutkan pengembangan potensi filantropisnya secara lebih luas dan optimal.

Akhir kata, perkenankanlah saya mengucapkan: “Selamat Dies Natalis ke-63 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga cita-cita menjadi universitas kelas dunia menjadi kenyataan dan diridlai oleh Allah SWT.Amin ya Rabbal „alamin.

Wassalamu’ailaikum warahmatullahi wabarakatuh. (sam/zm)