Peringati Hardiknas dengan Semangat Baru, UIN Jakarta Ikut Serta dalam Pembelajaran Berkesadaran, Bermakna, Menggembirakan Melalui Deep Learning

Peringati Hardiknas dengan Semangat Baru, UIN Jakarta Ikut Serta dalam Pembelajaran Berkesadaran, Bermakna, Menggembirakan Melalui Deep Learning

Jakarta, Berita UIN Online – Hari Pendidikan Nasional setiap 2 Mei menjadi pengingat penting atas amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam semangat ini, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menegaskan peran strategisnya dalam memperkuat pendidikan nasional melalui pengembangan pendekatan pembelajaran mendalam. 

Sebagai bagian dari transformasi pendidikan Indonesia, UIN Jakarta aktif mengembangkan dan mengimplementasikan Pembelajaran Mendalam (PM), sebuah pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olahhati, olahrasa, dan olahraga secara holistik dan terpadu. Pendekatan ini menempatkan peserta didik sebagai subjek utama yang terlibat proses belajar dan aktif dalam meregulasi diri. Konsep memuliakan menumbuhkan rasa saling menghargai antara guru dan siswa, antarsiswa, dan antara siswa dengan ilmu yang dipelajari. 

Tiga prinsip utama menjadi fondasi suasana pembelajaran dalam PM: berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Belajar bukan sekadar aktivitas formal di kelas, melainkan sinkronisasi antara pikiran, perasaan, dan tindakan, sebagaimana diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui sistem among yang berbasis nilai asah, asih, dan asuh. PM mengoptimalkan kerangka pembelajaran sebagai panduan sistematis untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung pembelajaran, yaitu praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, kemitraan pembelajaran, dan pemanfaatan digital.

Sejalan dengan semangat tersebut, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mengusung semangat transformasi pendidikan dengan slogan, “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Pesan ini mengandung makna bahwa pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah semata. Seluruh pihak yang memiliki keterkaitan dengan peserta didik – orang tua, masyarakat, hingga media – yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam menciptakan pendidikan bermutu.

Pendidikan yang efektif membutuhkan sinergi dari apa yang disebut sebagai Catur Pusat Pendidikan – keluarga, sekolah, masyarakat, dan media. Keluarga sebagai lingkungan terdekat sekaligus tempat anak menghabiskan sebagian besar waktunya, harus berperan aktif dalam menciptakan atmosfer belajar yang kondusif. Sekolah, sebagai lembaga formal, berfungsi sebagai tempat siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan nilai-nilai sosial. Masyarakat perlu mendukung pembelajaran melalui lingkungan yang sehat dan kolaboratif. Sementara itu, media khususnya di era digital telah menjadi ruang utama di mana siswa mengakses informasi dan berinteraksi, sehingga perlu diarahkan agar menjadi sarana edukatif, bukan sebaliknya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran mendalam semangat inkuiri kolaboratif menjadi inti dari proses belajar. Siswa terlibat dalam menciptakan strategi belajar dan asesmen untuk mencapai tujuan. Nur Luthfi Rizqa Herianingtyas, M.Pd., Dosen FITK UIN Jakarta sekaligus anggota Tim Pengembang Pembelajaran Mendalam (TPPM) Kemendikdasmen menekankan bahwa terdapat tiga pengalaman belajar yang dilakukan siswa secara bertahap untuk mencapai level pembelajaran mendalam, yaitu memahami (siswa mengkonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks), mengaplikasi (siswa mengaplikasi pengetahuan dalam kehidupan secara kontekstual dalam relational knowledge dan extended abstract, sehingga siswa mampu menghubungkan ide, mengambil keputusan, memecahkan masalah dengan berpikir kritis dan berpikir kreatif), serta tahap merefleksi (siswa mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yang telah mereka lakukan, tahap refleksi melibatkan regulasi diri dan reflective thinking sebagai kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri).

Dalam hal ini, peran guru bukan sekadar sebagai penyampai materi atau pembelajaran transmisif namun tetap sebagai activator—pemantik proses belajar siswa agar terlibat aktif mengkontruksi pemahaman mendalam, sebagai pembangun budaya, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung peserta didik belajar, memberikan ruang kepada peserta didik untuk menciptakan strategi belajarnya sendiri, serta sebagai kolaborator, yang bersikap aktif memberikan respon terhadap setiap proses belajar peserta didik .

Growth mindset menjadi kunci penting bagi guru dalam mengoptimalkan pendekatan ini. “Guru yang mau belajar, tumbuh, dan terbuka terhadap perubahan akan mampu menjadi penggerak utama dalam pembelajaran yang memuliakan. Perubahan sekecil apa pun adalah langkah menuju kemajuan,” jelasnya.

Dengan semangat Hari Pendidikan Nasional, UIN Jakarta terus bergerak  menjadi pelopor pendidikan yang bermutu membangun masa depan yang berdaya saing global.

(M. Hanif Al-Fatih/Zaenal M./Widhi Damar A./Foto: Muhammad Yahya)

Tag :