Pengusaha: Pendidikan Andalan Berkompetisi di Era Pasar Bebas

Pengusaha: Pendidikan Andalan Berkompetisi di Era Pasar Bebas

Auditorium Harun Nasution, Berita UIN Online— Mahasiswa dan masyarakat Indonesia perlu terus meningkatkan kapasitas dan kualitas dirinya dengan mengakses tingkat pendidikan lebih baik dalam mengisi era pasar bebas seperti dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan begitu diharapkan masyarakat tanah air tidak menjadi pasar dari produk dan jasa Negara-negara lain.

Demikian disampaikan Chairman & CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo saat menjadi narasumber Seminar Nasional ‘Tantangan Indonesia Mas Depan: MEA, Bonus Demografi, dan Kedaulatan Pangan’ di Auditorium Harun Nasution, Rabu (3/5/2017). “Akses pendidikan yang lebih baik menjadi salah satu andalan penting yang dibutuhkan masyarakat saat dihadapkan dalam kompetisi global,” ujarnya.

Problemnya, kata dia, kesiapan mayoritas masyarakat Indonesia dalam menghadapi era pasar bebas seperti MEA belum seluruhnya merata. “Sehingga akibatnya, jika tidak bersiap secepatnya, kita menjadi negara konsumen bukan produsen. Kesenjangan juga akan semakin melebar,” katanya.

Hary menuturkan saat ini pendidikan masyarakat Indonesia masih tertinggal. Sebagai gambaran lulusan perguruan tinggi Indonesia hanya 11%-12%. Prosentase ini jauh lebih rendah disbanding masyarakat Taiwan dan Korea Selatan dimana masing-masing prosentase lulusan perguruan tingginya masing-masing mencapai 100% dan 86%.

Hary mengatakan pemerataan pendidikan harus dipercepat bagi seluruh masyarakat Indonesia. . Pemerintah dalam hal ini dituntut berikhtiar lebih keras membantu masyarakatnya. Tanpa kehadiran pemerintah kemajuan pendidikan akan berjalan lambat.

“Harapan saya pendidikan di indoensia bisa dipercepat tak hanya bicara pendidikan kita sampai SMK atau SMA tapi sampai perguruan tinggi itu penting sekali untuk meningkatkan daya saing kita lebih cepat,” kata Hary Tanoe.

Hary menurturkan Indonesia sempat menjadi Macan Asia di tahuan 1980-an-1990-an. Namun karena tidak mempersiapkan salah satunya pendidikan, daya saing Indonesia tertinggal dibanding negara lainnya. Akibatnya Indonesia yang tadinya negara berbasis produksi kini menjadi konsumsi.

Selain itu, masyarakat yang ketinggalan harus diproteksi diberikan perlakuan khusus agar kesejahteraannya meningkat. Sehingga yang bawah menjadi menengah, menengah menjadi atas. Semakin banyak masyarakat produktif yang menggerakan perekonomian Indonesia. (farah nh/yuni nurkamaliah/zm)