Pemikiran Al Ghazali Hantar Abdul Aziz Jadi Doktor

Pemikiran Al Ghazali Hantar Abdul Aziz Jadi Doktor

[caption id="attachment_17264" align="alignleft" width="225"] Abdul Azis, dalam sidang Doktoral SPs UIN Jakarta, Senin (10/04).[/caption]

Auditorium SPs, Berita UIN Online—Abdul Azis berhasil meraih gelar Doktoralnya, setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Epistemologi Islam: Analisis Kritis Pemikiran Al Ghazali. Judul tersebut telah dipertanggungjawabkan di hadapan penguji dalam sidang terbuka promosi doktor, Senin (10/04), bertempat di Auditorium SPs UIN Jakarta.

Pada siding yang berlangsung dua jam tersebut, menghantarkan Abdul Aziz sebagai doktor pemikiran Islam dari Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta yang ke-1038.

Dalam disertasinya, Dosen IAIN Raden Intan Lampung ini, meyimpulkan bahwa epistemologi Al Ghazali bersifat sintetik-integralistik. Dimana, pemikiran Al Ghazali  mengombinasikan empirisme dengan rasionalisme serta intuisionisme.

“Artinya, panca indera, akal, dan intuisi dapat menggapai dan menghasilkan ilmu pengetahuan pada proporsinya masing-masing,” jelas suami dari Dwi Erny Supartini tersebut.

Dijelaskannya, bahwa Al Ghazali mencapai puncak keilmuannya seperti yang digambarkan oleh magnum opusnya Ihya Ulumuddin, dengan membentuk landasan epistemologi Irfani. Pengaruh Al Ghazali kepada keilmuan yang berbasis epistemologi Irfani memperkuat ilmu tasawuf menjadi ilmu yang objektif dengan pendekatan logis dan rasional.

“Penelitian ini menguatkan pendapat yang dikemukakan De Boer, Yusuf Qardhawi, Mahmud Qasim, Zainal Abidin Ahmad, Sulaiman Dunya, Majid Fakhry, dan Osman Bakar yang berpendapat bahwa serangan Al Ghazali terhadap filsafat bukan faktor yang memengaruhi kemunduran filsafat dan pemikiran rasional,” ujar pria kelahiran 39 tahun lalu itu.

Di sisi lain, disertasi ini membantah hipotesa yang diajukan oleh Anthonius Karim, Sutan Takdir Alisjahbana dan J.W.M Bakker yang menganggap Al Ghazali sebagai penyebab kemunduran filsafat Islam. (lrf/wildan)