Pemanasan Global Akibat Ulah Manusia

Pemanasan Global Akibat Ulah Manusia

Reporter : Luthfi Destianto
 
FST, UINJKT Online ­- Sejumlah ilmuwan menyatakan, pemanasan global terjadi karena faktor alam. Namun sebagian besar lagi menyatakan, hal itu terjadi karena ulah manusia. Alquran menjawab perdebatan faktor penyebab pemanasan global melalui Surat Asy-Syura ayat 27 yang menyebutkan, penyebab kerusakan bumi adalah ulah manusia itu sendiri yang melampaui batas (berlebih-lebihan).
 
"Para ilmuwan tersebut baru berdebat di abad ke-21. Padahal, sudah datang berita perusakan alam dalam Al-Qur'an sekitar 14 abad yang lalu. Dengan kejadian seperti ini, seharusnya manusia lebih arif dalam memperlakukan alam," ujar Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Jejen Musfah MSi dalam sesi kedua Seminar Nasional Global Warming bertema : Percepatan Difusi Sains dan Teknologi dalam Menghadapi Masalah Pemanasan Global di Indonesia yang digelar Program Studi (Prodi) Biologi di Aula Student Centre, Sabtu, (20/12)

Berbagai macam solusi, lanjut Jejen, telah ditawarkan untuk mengurangi dampak pemanasan global seperti menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara, mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC, dan sebagainya. Alquran lebih jauh membahas solusi permasalahan tersebut dari sikap preventif yaitu dengan selalu melestarikan alam sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT dan tidak berbuat boros dalam memanfaatkan alam.

"Melestarikan alam itu itu ibadah. Buat saya, ibadah bukan hanya mempercayai rukun iman yang enam atau rukun islam yang lima. Hakekat ibadah juga diartikan sebagai tingkah laku kita menjaga hubungan yang harmonis dengan alam semesta, " ujarnya.
 
Sementara itu, peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Ary Herlambang pada kesempatan yang sama mengamini pandangan Jejen. Menurutnya, salah satu upaya menjaga keharmonisan dengan alam ialah dengan melakukan pengolahan limbah. Pengolahan limbah sampah yang baik dan benar dapat mendatangkan nilai ekonomi.

"Misalnya dengan memanfaatkan sampah domestik. BPPT telah memanfaatkan sampah domestik yang tidak berguna menjadi reaktor pengolahan limbah yang mengubah limbah menjadi barang yang dibutuhkan masyarakat," ujarnya.

Reaktor pengolahan limbah tersebut. lanjut Ary, dapat memilah sampah menjadi sampah organik dan non-organik. Untuk sampah organik, ampasnya ditaruh di lahan yang luas dan terus dicacah yang lama kelamaan akan menjadi pupuk kompos.

Ary menambahkan, untuk yang non-organik, diolah dalam pabrik melalui proses fisika dan kimiawi yang hasil olahannya menjadi gas metan. "Gas metan ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik. Reaktor ini sudah kami dirikan di Bali," imbuhnya. (Nif/Ed)