Pakar Bahasa dan Pendidikan Dunia Hadiri Konferensi I-MELT

Pakar Bahasa dan Pendidikan Dunia Hadiri Konferensi I-MELT

Gedung Rektorat, Berita UIN Online— Sejumlah tokoh pendidikan dan bahasa dari berbagai universitas terkemuka dunia dijadwalkan hadir dan menyampaikan presentasi dalam Konferensi Pengajaran Bahasa Inggris Indonesia-Malaysia atau The 1st Indonesia-Malaysia English Language Teaching (I-MELT) Conference di Jakarta, Kamis-Sabtu (16-18/3/2017). Mereka diharap mengkontribusikan gagasan tentang model pendidikan dan pengajaran bahasa bagi pendidik di Indonesia dan Malaysia.

Demikian disampaikan Ketua Panitia I-MELT, Prof. Dr. Arskal Salim GP MA, kepada Berita UIN Online di Gedung Rektorat, Senin (13/3/2017). Menurutnya, beberapa tokoh misalnya Alan Maley, Carolyn Graham, Jan Blake, Brian Tomlinson, Hitomi Masuhara, Fuad Abdul Hamied, dan Ivor Timmis. “Selain mereka, sejumlah akademisi dari berbagai perguruan tinggi Indonesia dan Malaysia juga dijadwalkan hadir untuk menyampaikan paper dalam sesi seminar call paper,” paparnya.

Sebagai informasi, Maley merupakan praktisi sekaligus akademisi pengajaran bahasa Inggris yang berkarir di sejumlah negara. Ia pernah bekerja untuk British Council di Yugoslavia, Ghana, Italia, Perancis, China, dan India sebelum kemudian diangkat menjadi direktur jenderal pada Bell Educational Trust di Cambridge (1988-1993). Ia kemudian diangkat sebagai senior fellow pada Department of English, National University of Singapore, sebelum kemudian melanjutkan karir sebagai dekan Institute for English Language Education, Assumption University, Bangkok. Selain itu, ia berkarir sebagai penulis dan editor buku-buku pengajaran bahasa Inggris bagi Oxford Resource Books selama lebih dari 20 tahun.

[caption id="attachment_16376" align="alignleft" width="136"] Jan Blake[/caption]

Adapun Graham, ia merupakan pencipta Metode Jazz Chants yang cukup populer digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris. Diketahui metode ini dikembangkan Graham untuk pengajaran bahasa Inggris (ESL) sejak lebih dari 25 tahun di American Language Institut of Ne York University. Dengan pengalamannya sebagai guru bahasa Inggris, Graham menuliskan sejumlah buku utama pengajaran bahasa Inggris yang sangat populer dan diterbitkan Oxford University Press. Diantaranya, The Oxford Picture Dictionary for the Content Areas: Worksheets (2003), Grammarchants: More Jazz Chants (2003), Creating Songs & Chants (2006), dan Longman Young Children's Picture Dictionary (2007).

Diketahui, bekerjasama dengan Universiti Putera Malaysia, UIN Jakarta menggelar Konferensi Pengajaran Bahasa Inggris Indonesia-Malaysia atau The 1st Indonesia-Malaysia English Language Teaching (I-MELT) Conference di Jakarta, Kamis-Sabtu (16-18/3/2017). Konferensi mengundang narasumber, peneliti, dan tenaga pendidik bahasa Inggris dari negara serumpun dan berbagai perguruan tinggi dunia. Diharapkan, konferensi bisa merumuskan model pembelajaran bahasa Inggris terbaik kedua negara.

Menurut Arskal yang juga Ketua LP2M UIN Jakarta ini, I-MELT diharapkan mampu menjadi ajang pertukaran informasi tentang model pembelajaran bahasa Inggris terbaik berdasar pengalaman dosen dan guru bahasa Inggris di Indonesia-Malaysia. “Untuk itu, acara ini mengajak para dosen, peneliti, bahkan guru-guru untuk hadir dan turut berbagi informasi, gagasan, dan pemikiran tentang model pembelajaran bahasa Inggris terbaik,” katanya.

Arskal menuturkan, baik Malaysia dan Indonesia memiliki kultur dan tantangan yang relatif sama dalam bidang pengajaran bahasa Inggris. Baik Indonesia maupun Malaysia, misalnya, memiliki bahasa resmi yang berakar sama, Melayu, sehingga tidak terdapat perbedaan signifikan. Sementara penggunaan bahasa Inggris sendiri bukan mayoritas. Kondisi ini menyebabkan rendahnya kemampuan bahasa Inggris mereka.

Di saat yang sama, lanjut Arskal, baik Malaysia maupun Indonesia menghadapi tantangan berupa regionalisasi dan globalisasi. Dua diantanya seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kerjasama Perdagangan Bebas Asia Tenggara (AFTA). Pemberlakukan kerjasama ekonomi regional-global demikian menuntut penguasaan bahasa Inggris masing-masing masyarakatnya.

Kondisi demikian, Arskal menjelaskan, membawa konsekuensi bagi para dosen-peneliti di perguruan tinggi yang bertugas mencetak guru atau pengajar bahasa Inggris menawarkan desain pembelajaran bahasa Inggris lebih baik. “Ini menuntut para ilmuwan dan praktisi pengajaran bahasa Inggris meresponnya dengan model pembelajaran bahasa Inggris yang serius, terencana, dan sistematik,” tandasnya. (yuni nurkamaliah/zm)