Pahami Keadilan Hakiki Perempuan, PSGA Ajak Pakar Gender Tafsirkan Perspektif Keadilan Perempuan

Pahami Keadilan Hakiki Perempuan, PSGA Ajak Pakar Gender Tafsirkan Perspektif Keadilan Perempuan

Aula Student Center, BERITA UIN Online- Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar seminar dan buka bersama. Seminar tersebut bertajuk “Tafsir Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan” di Aula Student Center, Rabu 27/3/2024

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Ahmad Tholabi, S.Ag., S.H, M.H, M.A, Kepala PSGA, Dr. Hj. Wiwi Sajaroh, M.Ag, Dekan FISIP, Prof Dzuriyatun Thoyibah, Msi, M.A, Founder Kajian Gender Islam, Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm, Dosen Universitas Nahdatul Ulama Indonesia, Binti Khoiriyah, M.Pd, sejumlah wakil dekan, dan sejumlah mahasiswa.

Wiwi dalam sambutannya mengatakan dalam sambutannya bahwa pada tahun 2024 PSGA akan mengadakan program akademi gender. Akademi gender tersebut akan dilakukan oleh semua fakultas di UIN Jakarta. Untuk program akademi gender sendiri, Fakultas Ilmu Kesehatan merupakan fakultas pertama yang akan mengadakan akademi gender, lalu disusul dengan fakuktas lain.

“Pak warek (Ahmad Tholabie) mohon untuk mendukung PSGA dalam program akademi gender yang akan kami fokuskan. Jadi saat ini PSGA sedang banyak membuat SK,” ucapnya

Sementara Tholabi mengapaikan bahwa sejatinya manusia antara perempuan dan laki-laki secara paripurna dalam al-Qur’an tetapi makna kesamaan antara laki-laki dengan perempuan mulai bergeser karena adanya tafsir.

“Di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menunjukan kesamaan. Islam sangat menjunjung tinggi persamaan antara laki-laki dan perempuan misal dalam surat al-Hujurat ayat 13,” ucapnya

“Jika dilihat dari kemanusiaan perempuan dan laki-laki dalam Islam menempatkan posisi yang sama dalam pelaksanaan kewajiban beribadah. Selain itu perempuan dan laki-laki juga memikul beban keimanan yang sama. saya sangat mendukung program yang dilakukan PSGA ini dalam memberikan perspektif gender,” tegasnya

Dalam membahas mengenai tafsir perspektif keadilan hakiki perempuan, pakar gender Nur Rofiah mengungkapkan bahwa istilah laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan tetapi istilah itu tidak seutuhnya benar. Kenyataanya banyak perempuan Indonesia yang menjadi kepala keluarga. Makanya banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan kepala keluarga.

“Membahas keadilan hakiki perempuan ini, ada suatu forum yang menyatukan perempuan di belahan dunia yang menceritakan pengalamannya,” ucapnya

“Dalam forum itu poin penting yang dipermasalahkan mengenai, kenapa semakin islami seseorang, masyarakat, negara itu semakin sulit untuk memenuhi hak perempuan,” tambahnya

“Sistem yang salah dalam permasalahan tersebut adalah sistem pengetahuan keislamannya,” tegasnya

Rofiah menjelasan sistem pengetahuan keislaman yang bermasalah, sistem pengetahuan ini menyangkut dengan peradaban dunia dan peradaban manusia. Berabad-abad perempuan dilihat tidak dianggap sebagai manusia. Penguburan anak yang baru lahir, dan keyakinan masyarakat tentang perempuan sebagai penjaring warisan, kejadian ini bukan hanya di Jazirah Arab saja, tetapi di belahan dunia.

“Berabad-abad jika manusia itu hanya laki-laki dalam bahasa Inggris kata man bukan hanya berarti laki-laki tetapi juga berarti manusia. Jangan-jangan berabad-abad di masyarakat pengguna bahasa Inggris manusia itu adalah laki-laki saja,” terangnya

“Dan bukan hanya di Inggris saja. Dalam bahasa Arab juga kata rajulun bukan hanya berarti laki-laki, tetapi juga bisa berarti manusia. Jangan-jangan bangsa Arab juga berasumsi kalau manusia itu adalah laki-laki,” tegasnya kembali

Menurutnya kalau cara pandang perempuan itu bukan manusia maka sistem pengetahuannya akan sama. Karena cara perspektifnya dibentuk dari cara pandang dunia. Menafsirkan perspektif keadilan hakiki perempuan adalah dengan cara menundukan perempuan dan laki-laki itu sebagai manusia yang utuh.

“Kalau mindset nya laki-laki dan perempuan itu bukan hanya makhluk fisik, tetapi laki-laki dan perempuan juga mahkluk intelektual karena punya akhlak, makhluk spiritual karena punya hati nurani, mungkin ini akan lebih adil bagi perempuan” ujarnya 

(Linda Yuliani/Nanang Esha/Noeni Indah)