Oki Setiana Dewi: Pendidikan Karakter Harus Dimulai Sejak Usia Dini

Oki Setiana Dewi: Pendidikan Karakter Harus Dimulai Sejak Usia Dini

Ruang Teater FITK, BERITA UIN Online – Pendidikan anak merupakan stimulasi dalam upaya melejitkan potensi semua potensi anak, baik fisik maupun mental. Sementara anak memiliki karakteristik unik dalam belajar, yaitu melalui seluruh indera. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada anak sebaiknya harus dimulai sejak fase usia dini.

Hal itu diutarakan praktisi dakwah dan pendidikan Oki Setiana Dewi pada kuliah umum bertajuk “Pendidikan Karakter Berbasis Parenting pada Jenjang Pendidikan Dasar” di Ruang Teater Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Rabu (7/2/2018). Kuliah umum yang digelar Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FITK dan dibuka Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr Fauzan itu dihadiri ratusan mahasiswa. Tampak pula Wakil Dekan Bidang Akademik Dr Muhammad Zuhdi, Ketua Prodi PGMI Dr Khalimi, Sekretaris Prodi PGMI Asep Ediana Latip MPd, serta sejumlah staf pengajar Prodi PGMI.

Menurut Oki, karakter merupakan wadah dari berbagai karakteristik psikologis dalam membimbing anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan variasi lingkungan yang dihadapi. Karakter tersebut akan “memimpin” diri untuk mengerjakan sesuatu yang benar dan tidak benar.

Pendidikan karakter sebagai upaya penanaman nilai dan sikap itu memerlukan pola pembelajaran fungsional dan keteladanan. Keteladanan awal anak, katanya, sudah diperoleh dari lingkungan pendidikan dalam keluarga.

“Pendidikan karakter ini akhirnya menuntut pelaksanaan secara sinergis antara orangtua, lembaga pendidikan, dan masyarakat,” ujar mahasiswi Program Doktor di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta itu.

Kunci positif parenting

Mengutip Takdir Ilahi dalam buku Quantum Parenting, Oki lebih lanjut menjelaskan, konsep parenting merupakan sebuah proses memanfaatkan keterampilan mengasuh anak yang dilandasi oleh berbagai peraturan mulia. Pola asuh tersebut menjadi bagian dari proses pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang serta ketulusan cinta mendalam orangtua.

Untuk itu, menurut dia, setidaknya ada empat prinsip yang harus diperhatikan oleh orangtua dalam mengasuh anak-anak mereka. Keempat prinsip itu adalah memelihara fitrah anak (al-muhafadhah), mengembangkan potensi anak (at-tanmiyah), mengarahkan yang jelas (at-taujih), dan dilakukan secara bertahap (at-tadarruj).

Oki juga mengatakan bahwa positif parenting tak lain merupakan dasar-dasar pengasuhan anak yang berkembang dalam psikologi positif. Tujuan utamanya untuk membantu orangtua agar dapat menjadikan anak-anak mereka berdaya, nyaman, kuat, serta mampu meraih kepuasan hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan tanpa mengenal usia.

Menurut Oki, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua dalam pemenuhan kebutuhan hidup anak yang kunci menjadi kunci positif parenting. Di antaranya, pertama, pemenuhan nutrisi sehingga berpengaruh besar terhadap perkembangan, konsentrasi, dan kemampuan mental lainnya; Kedua, kehidupan yang seimbang, yaitu anak memiliki kesempatan bermain, belajar, mengeksplorasikan lingkungan dan memiliki waktu berkualitas bersama kedua orangtuanya; Ketiga, mengembangkan rasa aman untuk melindungi dampak negatif anak dari lingkungannya; Keempat, memelihara komunikasi terbuka kepada anak, teman-teman, pihak sekolah, dan lingkungan sekitar anak; dan, kelima, menjadi orangtua yang aktif, sehingga anak-anak merasa didengarkan, memiliki ikatan kuat, dan memahami potensi keterbatasannya.

“Semua itu harus diawali dari sikap dan karakter orangtua yang positif, baik terhadap kehidupan, dunia, dan keluarga,” ujar pemeran tokoh Anna dalam film Ketika Cinta Bertasbih itu. (ns)