Obama Diharapkan Membawa Makna Penting bagi Indonesia

Obama Diharapkan Membawa Makna Penting bagi Indonesia

Dalam rangka kunjungan diplomatiknya ke beberapa negara di Asia, Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama diagendakan mengunjungi Indonesia. Kunjungan perdananya ini semenjak dilantik menjadi Presiden AS menuai berbagai polemik. Ada pihak yang mendukung, ada pula yang mengecam. Pihak yang mendukung menganggap kedatangan Obama ini sebagai peluang emas untuk berdialog tentang Islam dan Barat di samping dalam bentuk kerja sama. Sedangkan di pihak penentang, menuding Obama sebagai penyulut masalah baru karena menganggap Obama masih pro-Israel yang menganut sistem kapitalis sehingga dikhawatirkan merugikan bagi bangsa Indonesia. Sebenarnya, apa arti penting serta manfaat di balik  kunjungan sang Presiden AS berkulit hitam pertama tersebut? Berikut wawancara Apristia Krisna Dewi dengan Ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta yang juga Anggota Dewan Eksekutif Indonesia’s Council of World Affairs (ICWA) Nazarudin Nasution SH MA di rung kerjanya, Senin (8/11).

Apa makna kunjungan Obama bagi Indonesia?

Hubungan antara Amerika Serikat dan Indonesia sudah berjalan lebih dari 50 tahun. Hubungan kedua negara tersebut memang memiliki makna penting antara lain yang pertama, yaitu bahwa Indonesia merupakan strategis makna oleh AS. Kita adalah strategis makna. Maksudnya sama dengan negara lainnya seperti Thailand dan Filipina yang strategis dijadikan diskusi ketika Obama datang. Dalam arti strategis makna kita merupakan alat yang strategis untuk membahas isu-isu terutama terkait dengan terorisme. Dengan kesempatan strategis makna tersebut, kita ingin diupayakan oleh AS untuk bersama-sama menanggulangi terorisme. AS telah menganggap bahwa negara Indonesia merupakan negara yang sarat dengan kegiatan radikal seperti terorisme dengan pengalaman kelam tragedi bom Bali dan sebagainya. Kegiatan terorisme harus ditanggulangi bersama-sama. Oleh karena itu, kedatangan Obama memiliki makna penting yang strategis.

Kedua, kedatangan Obama penting untuk menanggulangi masalah-masalah berkaitan dengan ekonomi. AS diharapkan Indonesia dapat memberikan bantuan dalam bentuk meningkatkan investasi dan perdagangan antara Indonesia dan AS. Kedua hal itu kita melihat ada kesempatan untuk membantu dalam upaya memulihkan situasi ekonomi Indonesia yang sedang terpuruk.

Dan ketiga, dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Indonesia ingin mendapat banyak manfaat dari peningkatan SDM melalui pelayanan pendidikan yang layak dan strategi komprehensif. Strategi komprehensif di sini maksudnya adalah Indonesia dengan AS sama-sama memiliki arti penting dari kunjungan Obama.

 

Peluang-peluang apa saja yang dapat diperoleh dari kunjungan tersebut?

Kalau kita bicara peluang yaitu saling mengerti tentang adanya suatu  miss persepsi. Miss persepsi ini muncul selama Islam diidentikkan dengan hal-hal yang bersifat radikalisme dan terorisme. Stigma itu populer ketika Presiden AS George W. Bush berkuasa dan kejadian 11/9 sehingga Muslim di AS dimusuhi dan dicurigai. Padahal, banyak sekali komunitas Islam di negeri itu. Tetapi segalanya berubah ketika AS berada di bawah pemerintahan Obama yang tampaknya agak toleran terhadap Islam. Apalagi ketika Obama memberikan pidato di Kairo pada 2009 lalu yang menyatakan bahwa AS tidak lagi berperang dengan Islam, tetapi berperang melawan ekstrimisme dan terorisme. Sejak pidato tersebut, pandangan Obama seolah berubah terhadap Islam. Dengan  miss persepsi tersebut dapat meluruskan pemahaman yang keliru terhadap Islam. Ini merupakan peluang bagus untuk menjembatani “The New Chapter” antara Islam dan Barat.

Adakah kunjungan ini sebagai sinyal mulai membaiknya hubungan Islam-Barat?

Ya, sebetulnya apa yang dilakukan oleh Obama baru sekadar retorika. Itu baru bentuk abstrak dan belum melangkah ke bentuk yang konkret. Retorika belumlah cukup. Hal itu dapat dilihat dengan konflik antara Israel dan Palestina yang belum berakhir. Seharusnya perlu dilakukan langkah lebih konkret salah satunya dengan mengajak Indonesia untuk mengatasi masalah antara Israel dan Palestina. Selama ini yang berperan dalam menangani masalah tersebut adalah Mesir serta negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab. Tidak terlihat peran Indonesia dan negara-negara Barat lain dalam menangani konflik tersebut. Oleh karena itu, terciptanya sinyal membaik antara hubungan Barat dan Islam adalah ditandai dengan adanya sikap konkret yang baik. Selain menumbuhkan toleransi antarumat beragama juga berupaya dalam perdamaian antara Israel dan Palestina. Sikap konkret itulah yang benar-benar diinginkan.

Mengapa kelompok-kelompok Islam tertentu seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), masih menolak kedatangan Obama?

Mungkin menurut pandangan golongan seperti mereka (HTI, Red), AS masih mempunyai sikap ganda. Di satu sisi dalam hubungan negara-negara lain termasuk negara Islam, AS bermaksud ingin menciptakan perdamaian. Tetapi di sisi lain, AS juga berpotensi menyulut konflik. Hal itu terbukti dengan perang Irak dan Afghanistan. Jadi mereka beranggapan, kunjungan Obama akan menambah berbagai persoalan baru. Akibat pandangan ganda itulah yang menyebabkan mereka mengecam kunjungan Obama.

Mengapa stigma negatif,  terhadap Amerika Serikat (AS) yang juga diklaim sebagai “teroris” masih menghantui umat Islam, khususnya di Indonesia?

Pertama, AS masih selalu mencurigai Islam merupakan agama yang tidak memiliki harapan damai. Islam selalu “menciptakan” gara-gara akibat sikap radikalis tersebut. Kedua, stigma negatif Islam tentang radikal dan terorisme juga tak dapat dipungkiri karena AS dipengaruhi oleh kelompok-kelompok semisal Yahudi, baik AS maupun Israel sama-sama memiliki hubungan yang erat dalam bidang ekonomi dan militer.

Tetapi, semuanya berubah sejak Obama berkuasa. Pandangan Obama yang toleran terhadap Islam mungkin disebabkan oleh selama enam tahun Obama menetap di Indonesia. Ia melihat Islam berbeda dengan persepsi kebanyakan rakyat AS selama ini. Obama melihat Islam sebagai agama yang damai dan tidak mengajarkan kekerasan. Mungkin pengalaman Obama itulah yang menjadikan sosok Obama toleran terhadap Islam. Di samping itu, partai yang diusung Obama, yaitu Partai Demokrat, bersifat human right yang mengedepankan nilai manusiawi. Nah, faktor inilah yang dapat dijadikan acuan dalam menghadapi berbagai konflik antara Islam dan Barat sehingga tercipta perdamaian.

 

Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, apakah tidak selayaknya setiap tamu yang datang kita hormati dengan baik?

Negara manapun harus menghormati tamu, siapa pun dan dari mana pun tamu itu. Obama juga merupakan tamu yang harus kita hormati. Layaknya kita menghormati tamu-tamu negara  lainnya. Bagi kelompok-kelompok yang tidak menghormati atau mengecam kunjungan Obama, mungkin mereka menganggap ada agenda-agenda yang mencurigakan, seperti mengenai sikap ganda AS tadi. Karena itu mereka menolak kemitraan antara AS dan Indonesia.

Apakah AS di bawah pemerintahan Obama selama ini memang selalu tidak bersikap kooperatif dengan dunia Islam?

Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, memang sikap itu baru terlihat dari segi retorika. Belum nampak konkretnya. Seharusnya sikap konkret dapat diwujudkan dengan ikut berperan aktif dalam masalah Israel dengan Palestina. Apalagi saat ini Israel sudah di luar kendali karena tidak menaati resolusi PBB.

Bagaimana tokoh-tokoh Islam memandang AS dan Obama selama ini?

Kalau tokoh-tokoh Islam seperti Nadhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menyambut baik kedatangan Obama. Karena mereka percaya bahwa Obama memiliki niat baik terutama peluang untuk berdialog mengenai Islam dengan Barat. Agenda kunjungan Obama di samping acara kenegaraan dan kuliah umum di Universitas Indonesia, juga mengunjungi Masjid Istiqlal. Nah, dalam kesempatan mengunjungi Masjid Istiqlal itulah, mungkin akan terjadi dialog antara para tokoh agama dengan Obama. Tetapi, saya belum tahu persis apakah akan terjadi dialog apa tidak.

Harapan bagi Anda mengenai kedatangan Obama?

Seperti yang saya katakan sebelumnya. Kedatangan Obama diharapkan tak hanya menjembatani perdamaian antara Barat dan Islam dengan retorika saja, tetapi juga tindakan konkret. Tindakan konkret ini tidak dalam arti hubungan antara pemerintah dan pemerintah, tetapi juga rakyat dengan rakyat. Karena dukungan dan kekuatan oleh rakyatlah yang dapat menciptakan hubungan Indonesia dengan AS yang lebih baik. Sedangkan dalam bidang  ekonomi diharapkan dapat mendorong terciptanya suasana baru untuk pemulihan ekonomi di Indonesia.

Â