Munasabah al-Qur’an, Kesatuan yang Integralistik-Holistik

Munasabah al-Qur’an, Kesatuan yang Integralistik-Holistik

Reporter: Lindah

Gedung Pascasarjana, UIN Online - Al-Qur’an merupakan petunjuk dan mukjizat yang memiliki kesatuan, yakni kesatuan pada sumber, kesatuan poros surah dan kesatuan tema yang dengan ini memengaruhi cara pandang mamahami al-Qur’an. Dengan petunjuk-petunjuk tersebut, al-Qur’an menjadi pedoman hidup untuk keselamatan manusia dari kehidupan dunia.

“Oleh karena itu, dalam tradisi keilmuan al-Qur’an terdapat istilah memahami koherensi atau munasabah. Munasabah itu sendiri adalah upaya memberikan kemudahan umat dalam mengkaji al-Qur’an,” ujar Kusnadi saat mempertahankan disertasinya pada sidang promosi doktor dengan judul disertasi Al-Wahdah Al-Qur’aniyyah dalam Tafsir al-Asasi: Studi atas Munasabah al-Qur’an Menurut Sa’id Hawwa di Sekolah Pascasarjana (SPs), Jum’at (9/7).

Menurut Kusnadi, sejumlah mufasir mengungkapkan pandangan yang sama bahwa susunan ayat dan surah dalam al-Qur’an merupakan kesatuan, Menurut al-Qattan, mengetahui munasabah selain bertujuan untuk memahami makna dan menafsirkan ayat, juga membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat dengan baik dan cermat.

Ia juga menerangkan, kesatuan surah dalam al-Qur’an merupakan kesatuan yang integral-holistik. Kesatuan munasabah al-Qur’an berdasarkan pada poros tema (mihwar) yang terdapat di setiap surah yang semuanya terintegrasi pada poros tema. Hal ini mendukung pendapat Hamid Al-Din Al-Farahi dalam Majmu’ah fi Tafsir Farahi yang menyatakan bahwa setiap surah dalam al-Qur’an mempunyai tema sentral (‘amud) yang ke semua surah terintegrasi seputar tema sentral ini dengan tujuan masing-masing surah berbeda.

“Kesatuan tema dalam surah didasarkan pada keyakinan bahwa setiap surah al-Qur’an ada keserasian lafaz dan makna yang kuat serta kesatuan tema. Dengan alasan ini, Sa’id Hawwa menekankan pentingya memahami kesatuan tema dalam surah untuk memahami al-Qur’an,” ujar Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah, Palembang, ini.

Kesimpulan ini memperkuat pandangan Islahi yang menyebutkan adanya tiga bentuk koherensi dalam al-Qur’an, yaitu koherensi dalam satu surah, koherensi pasangan surah, dan koherensi kelompok surah serta sekaligus menolak pendapat Izz al-Din Abd al-Salam yang menyatakan tidak ada munasabah dan kesesuaian antara tema-tema dalam surah al-Qur’an.

Kusnadi menegaskan bahwa kesatuan fungsi al-Qur’an diturunkan yaitu sebagai petunjuk bagi manusia (hudan li al-nas), sebagai penjelasan yang rinci dan komprehensif dengan kesatuan yang integral-holistik . “Dengan konsep inilah yang dapat mengeluarkan umat manusia dari kesengsaraan hidup di dunia menuju kebahagiaan hidup di akhirat,” katanya.

Pada sidang promosi doktor yang dipimpin Direktur SPs Prof Dr Azyumardi Azra itu, Kusnadi memperoleh nilai yudisium 3,36 atau amat baik.