Muawwanah, Muslimah “Terinspiratif” Versi Sunsilk Hijab Hunt

Muawwanah, Muslimah “Terinspiratif” Versi Sunsilk Hijab Hunt

[caption id="attachment_19119" align="alignleft" width="200"] Muawwanah (Foto:Hermanuddin)[/caption]

NAMA Muawwanah (20), mahasiswi Jurusan Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta semester 8, tiba-tiba menjadi populer di media massa. Pasalnya, ia belum lama ini berhasil dinobatkan sebagai juara Terinspiratif di ajang pencarian bakat para putri muslimah berhijab Indonesia pada Grand Final Sunsilk Hijab Hunt 2017.

Muawwanah, yang mewakili peserta dari Jakarta, berhasil menjadi juara terinspiratif berdasarkan voting online dan SMS dengan bakatnya sebagai penceramah. Atas kemenangannya itu, ia pun berhak mendapatkan uang tunai Rp 10 juta.

“Saya menjadi juara dari penilaian bakat ceramah,” ujar Muna, panggilan akrab Muawwanah, saat berbincang dengan BERITA UIN di ruang redaksi, Rabu (19/7).

Pada malam grand final yang ditayangkan langsung oleh salah satu televisi swasta dari gedung Ecovention Ancol, Jakarta, itu, Muna harus bersaing bersama 10 finalis lain di depan dewa juri yang menilainya, yaitu Desy Ratnasari, Laudya Cynthia Bella, Dian Pelangi, dan Nycta Gina. Selain memilih finalis terinspiratif, juga dipilih peraih mahkota utama pada Sunsilk Hijab Hunt itu yang jatuh pada Lia Karina, atlet Taekwondo asal Yogyakarta. Sedangkan posisi runner up dimenangkan Aisyah, finalis asal Palembang dan Tamara Aisyah asal Bandung. Adapun juara Terfavorite jatuh pada Ayu Putri Sundari asal Yogyakarta dengan bakat menyanyi sambil bermain musik.

Proses menuju finalis, menurut Muna, tak mudah. Saat pertama kali ikut audisi, ada sedikitnya 8.000 pendaftar dari seluruh Indonesia. Bahkan dari pewakilan Jakarta saja, ia harus berhadapan dengan 3.000 pendaftar.

“Alhamdulillah, dari 24 peserta yang menjadi finalis dari Jakarta, saya berhasil lolos. Tapi kemudian saya harus kembali bersaing dengan 50 peserta dari enam kota di Indonesia hingga akhirnya masuk 10 finalis,” ungkap Duta Runner Up UIN Jakarta itu. Keenam kota itu adalah Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, Yogyakarta, dan Surabaya.

Terpilih sebagai finalis Terinspiratif pada Sunsilk Hijab Hunt 2017, Muna yang pernah nyantri di pondok pesantren ini mengaku tak hanya bangga pada dirinya tetapi juga bangga pada UIN Jakarta. Sebab, katanya, selama kuliah di Jurusan Al-Qur’an dan Tafsir, ia semakin bertambah wawasan agamanya. Selain itu, hijabers kelahiran Jakarta, 18 Agustus 1996, ini juga konon sangat menyukai kajian tafsir.

“Kajian tafsir yang saya geluti setidaknya menjadi modal untuk berani tampil sebagai penceramah, termasuk keikutsertaannya dalam kompetisi Sunsilk Hijab Hunt,” ujar wanita yang bercita-cita punya yayasan pendidikan Islam dan usaha butik pakaian muslimah ini.

Muna menceritakan, pada tahun 2016 dirinya juga mengaku pernah ikut audisi di event yang sama. Namun, saat itu ia harus gagal masuk sebagai peserta kontes. Namun, kegagalan pertama itu tak membuatnya harus patah semangat. Buktinya, wanita cantik berkulit putih dengan berat badan 49 kilogram dan tinggi badan 164 sentimeter ini, kembali ikut audisi di Jakarta dan berhasil lolos.

“Saya berkeyakinan bahwa Allah akan selalu memberi kemudahan untuk meraih mimpi saya menjadi putri muslimah Indonesia di ajang Sunsilk Hijab Hunt ini,” tutur Muna yang juga mantan finalis Aksi Indosiar tahun 1915 itu. (ns)