Merindukan Pesantren Berkemajuan

Merindukan Pesantren Berkemajuan

Dr Muhbib Abdul Wahab MAg, Ketua Prodi Magister Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah

Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang merupakan hasil akomodasi dan kerarifan kulturan antara Islam dan budaya nasional. Karena memang pesantren didirikan dan dikembangkan sebagai institusi pendidikan Islam yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam universal dan budaya lokal (nusantara).

Secara historis, pesantren didirikan untuk sosialisasi, akselerasi, dan aktualisasi dakwah Islam di wilayah Nusantara, sekaligus menjadi pusat kaderisasi ulama. Akan tetapi, dalam perkembangannya, pesantren tampil melampaui peran tradisionalnya, bukan hanya sebagai pusat pendidikan Islam, benteng pendidikan karakter, dan pusat kaderisasi ulama, tetapi juga menjadi lembaga pemberdayaan sosial ekonomi, pusat pengembangan budaya. Bahkan di tahun politik, pesantren menjadi “target perebutan suara” dalam kontestasi kekuasaan politik melalui pileg, pilkada atau pilpres.

Muhammadiyah dan Sanad Kepesantrenan

Sebagai organisasi sosial keagamaan modern, pendirian Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan sanad kepesantrenan. KH. Ahmad Dahlan, pendiri dan Ketua Umum pertama Muhammadiyah (1912-1922), adalah alumni pesantren, karena memang pernah “nyantri” kepada KH. Saleh Darat Semarang dan berguru kepada Syeikh Nawawi al-Bantani, Syeikh Mahfuz at-Tirmasi, dan Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi di Haramayn. Dahlan juga pernah “mengaji” tafsir al-Manar karya mujaddid Muhammad Abduh dan muridnya, Muhammad Rasyid Ridha, bahkan Dahlan juga mengikuti perkembangan dunia Islam melalui jurnal al-Urwat al-Wutsqa yang juga diterbitkan oleh Abduh.

Di masa awal kepemimpinannya (1918), Dahlan juga mendirikan al-Qism al-Arqa, lembaga pendidikan berasrama, atau pesantren modern yang kemudian dikembangkan menjadi Madrasah Mu’allimin (putera) dan Mu’allimat (puteri) Yogyakarta. Pesantren atau madrasah ini didesain dan dikembangkan sebagai “sekolah kader”: pusat kaderisasi calon ulama, pemimpin, dan pendidik umat dan bangsa. Hingga saat ini, baik Mu’allimin maupun Mu’allimat tetap menjadi pesantren unggulan Muhammadiyah yang dinilai sukses dalam mencetak kader dan tokoh Muhammadiyah.

Akan tetapi dalam perkembangan historisnya, Muhammadiyah cenderung mengembangkan amal usaha di bidang pendidikan dengan sistem persekolahan, daripada sistem pendidikan pesantren. Fakta sejarah membuktikan bahwa, menurut Ahmad Najib Burhani dalam Muhammadiyah Jawa (2016), Muhammadiyah diakui memiliki “kisah sukses dan terpercaya” dalam pengembangan dan pemajuan pendidikan (schooling) dari TK hingga PTM/PTA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah), dakwah (preaching), kesehatan (healing), dan kesejahteraan umat (welfaring). Bahkan, Muhammadiyah berhasil mengembangkan rumah sakit dan pendidikan tinggi dengan berbagai capaian prestasinya membanggakan, seperti: akreditasi A (Unggul) yang diraih oleh Uhamka, UMY, UMM, UAD, UMS, UMJ, dan UMSU.

Sayangnya, Muhammadiyah belum dipandang “sukses” mengembangkan sistem pendidikan pesantren. Bahkan dalam 20 tahun terakhir, Muhammadiyah mengalami krisis kader ulama. Sepeninggal KH. Azhar Basyir (1990-1995), Muhammadiyah tidak lagi dipimpin “ulama”, melainkan para sarjana atau akademisi. Dan salah satu penyebab krisis ulama tersebut adalah terlambatnya kaderisasi ulama melalui lembaga pendidikan pesantren yang holistik integratif, sebagaimana dahulu dikembangkan Dahlan.

Menyadari krisis dan kelangkaan ulama yang lahir dari “rahim” Muhammadiyah, pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Universitas Muhammadiyah Makassar diputuskan pendirian Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah (LP2 PPM). Menarik dicermati, dalam 5 tahun terakhir, pesantren Muhammadiyah (selanjutnya disebut pesantrenMu) mengalami perkembangan sangat pesat. Sebelum LP2 PPM dibentuk, jumlah pesantrenMu yang terdata pada Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) (2015) hanyalah 127 buah. Jumlah tersebut mengalami perkembangan sangat menggembirakan, karena pada Oktober 2022 pesantrenMu berjumlah 440 buah. Artinya, dalam 6 tahun terakhir pertumbuhan pesantrenMu mencapai 247%, dengan rata-rata pertambahan sebanyak 37,4 buah pesantren setiap tahun atau 3,1 pesantren setiap bulan.

PesantrenMu kini mengalami banyak perubahan, baik secara keilmuan, manajemen, maupun orientasi pembelajarannya. Selain menggunakan sistem kelas seperti madrasah dan sekolah pada umumnya, pesantrenMu juga membelajarkan mata pelajaran umum, seperti: Sains, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi, Ekonomi, dan Bahasa Inggris.  Jika di masa lalu kurikulum pesantren cenderung bertumpu pada “keilmuan kiai”, bahkan buku-buku ajar yang digunakan tergantung “selera kiai”, maka pesantrenMu mulai mengadopsi sistem pendidikan modern, dengan standardisasi kurikulumnya.

Selain itu, pesantrenMu juga banyak melakukan pemberdayaan potensi ekonominya. Di berbagai pesantrenMu terdapat amal usaha yang berkembang dinamis, sehingga dapat menjadikan pesantrenMu mandiri secara ekonomi, bahkan memberdayakan ekonomi warga masyarakat sekitar. Misalnya saja, kemandirian ekonomi pesantrenMu itu dikembangkan oleh MBS (Muhammadiyah Boarding School) Prambanan Yogyakarta, IMBS (International Muhammadiyah Boarding School) Miftahul Ulum Pekajangan Pekalongan, Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, dan Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan. Jadi, secara manajerial dan institusional, pesantrenMu memiliki visi, misi, dan orientasi menjadi pesantren berkemajuan.

Menuju Pesantren Berkemajuan

Sejatinya, pesantren itu unik dan menarik, dengan wajahnya yang khas, bersahaja, dan autentik: religius, moderat, sederhana, penuh persaudaraan, rendah hati (humble), mandiri, harmoni, bersahabat, dan guyup (akrab dan egaliter). Pendidikan pesantren itu khas Indonesia, sekaligus merupakan aset bangsa yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kekhasan, karakteristik, kebinekaan, dan kekayaan mental spiritual dan moralnya, sekaligus karena peran santri dan para kiainya dalam berbagai aktivitas kehidupan sosial keummatan dan kebangsaan menunjukkan komitmen keislaman dan kebangsaan yang tinggi dan tidak diragukan lagi.

Meskipun ada sejumlah kecil pesantren yang memiliki lulusan berideologi “garis keras”, namun secara sosio-historis, pesantren umumnya merepresentrasikan moderasi Islam (religious mederation, wasathiyyah al-Islam, atau Islam wasathi), wajah Islam Indonesia yang moderat dan rahmatan lil ‘ālamīn. Dengan kata lain, pesantren arus utama (mainstream) merupakan representasi wasathiyyah (moderasi) Islam yang tumbuh dan berkembang sebagai benteng terdepan dalam pembangunan mental spiritual dan karakter bangsa, termasuk pesantrenMu.

Dalam tujuh tahun terakhir, Muhammadiyah sangat serius mengembangkan sistem pendidikan pesantren. Muhammadiyah merasa terpanggil untuk menekuni pemajuan sistem pendidikan pesantren karena pengalaman dan kesuksesan Muhammadiyah selama ini dalam mengelola dan mengembangan sistem madrasah dan sekolah perlu ditransformasi dalam pengelolaan pesantren berkemajuan.

Beberapa pesantren Muhammadiyah yang lahir pra-kemerdekaan, seperti: Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta (1918) terbukti berperan menjadi pesantren yang sukses melakukan kaderisasi ulama, zuama’ (pemimpin), dan pendidik. Namun dewasa ini, Mu’allimin dan Mu’allimat mulai “dikritisi” dan dipertanyakan karena lulusan keduanya tidak banyak yang menjadi ulama maupun pemimpin persyarikatan, apalagi pemimpin bangsa.

Oleh karena itu, untuk kaderisasi ulama, PP Muhammadiyah kemudian mengambil langkah cepat dan strategis dengan mendirikan PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah) yang diintegrasikan dengan sejumlah PTM, seperti: UMY, UAD, UMM, dan UMS. Disertasi Ahmad Fihri, Reformulasi Kaderisasi Ulama Muhamamdiyah (2022) menjelaskan bahwa PUTM didesain untuk menyiapkan ulama tarjih yang memiliki lima kompetensi: tafaqquh fi ad-din (penguasaan ilmu agama), keulamaan, dakwah, Pendidikan, dan kepemimpinan Islami.

Akan tetapi, langkah tersebut dinilai belum sukses dan menghasilkan kader ulama sebagaimana yang diharapkan. Karena itu, eksistensi pesantrenMu diharapkan menjadi “penabur benih” keulamaan, kependidikan, dan kepemimpinan yang kelak dikembangkan dan dimatangkan ketika lulusan pesantrenMu menempuh pendidikan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Saat ini pesantrenMu ditopang oleh PUPM (Pendidikan Ustadz Pesantren Muhammadiyah) yang telah dilaunching pada Juli 2022 lalu di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Benih-benih calon ulama dan pemimpin masa depan umat dan bangsa itu memang harus dipersiapkan sedemikian rupa, by grand design, karena jika Muhammadiyah tidak mempersiapkan kadernya, tidak mustahil amal usaha Muhammadiyah akan “direbut” dan dikuasai oleh orang lain. Beberapa kasus perebutan amal usaha, seperti masjid di Cengkareng dan Rumah Sakit Islam di Purwokerto, ternyata menjadi persoalan tersendiri. Selain karena lambat dan minimnya kader persyarikatan, juga karena lemahnya kompetensi keilmuan dan keulamaan kader.

Belajar dari plus-minus pesantren tradisional, pesantrenMu berupaya mengembangkan model dan brand pesantrenMu berkemajuan. Pertanyaannya: “Mengapa pesantrenMu harus berkemajuan?” Apa ukuran berkemajuan yang diharapkan dapat diwujudkan oleh pesantrenMu sehingga mampu menjawab tantangan era digital?

Dalam konteks ini, menjadi sebuah keniscayaan epistemologis dan ideologis, bahwa pesantrenMu perlu melakukan reorientasi dan standardisasi pesantrenMu sesuai paham keagamaan dan spirit tajdid Muhammadiyah, sehingga pesantrenMu menjadi berkemajuan, mandiri, berbasis manajemen modern, dan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Salah satu branding yang dikembangkan adalah MBS (Muhammadiyah Boarding School) dan Trensains (Pesantren Sains) Darul Ihsan Muhammadiyah di Sragen Jawa Tengah yang dimotori oleh Prof. Dr. Agus Purwanto.

Pendirian Trensains ini diharapkan tidak hanya mampu mengintegrasikan ilmu agama dan sains, tetapi juga menjadi “role model” pesantren masa depan yang berkemajuan dengan keunggulan holistik integratif: imtak dan ipteks. Trensains merupakan model pendidikan pesantren modern yang dapat melengkapi kekurangan sistem pendidikan pesantren yang ada, berorientasi kepada pengembangan budaya bangsa yang berbudaya unggul di bidang agama dan sains,  tanpa dikotami keilmuan, karena bersumber sama: Allah al-Haqq, dengan integrasi teks (wahyu) dan konteks (alam semesta dan kehidupan sosial umat manusia).

Trensains juga merupakan proyek peradaban Indonesia berkemajuan dan berkeadaban, bahkan mungkin di dunia Islam, dengan mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dan sains kealaman (natural sciences) modern. Ciri utama Trensains adalah mengkaji dan meneliti ayat-ayat semesta yang terkandung di dalam Alquran dan Hadis, berikut interaksi antara agama dan sains dengan pendekatan ilmiah dan holistik-integratif. Bahkan Trensains menjadi “ngetren” dan “keren” karena standar kompetensi lulusannya tidak hanya mahir dan lancar berbahasa Arab dan Inggris, tetapi juga mumpuni sains modern seperti: Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, dan sebagainya, sehingga lulusannya dapat diterima sebagai mahasiswa berprestasi di PT ternama seperti: UI, UGM, ITB, Undip, ITS, dan sebagainya, termasuk lulus meraih beasiswa studi di kampus luar negeri, baik di Timur Tengah maupun Barat.

Trensains didesain menjadi pilot project atau pesantren model yang diproyeksikan tidak hanya menjadi pesantren berkemajuan, tetapi juga menjadi basis pembangunan peradaban bangsa yang berkeunggulan dalam prestasi duniawi dan ukhrawi. Santrinya menjadi shalih dan muslih (melakukan inovasi), alim (expert), muta’allim (terpelajar, well educated), mu’allim (berkompetensi menjadi pendidik) sekaligus mujtahid (bisa berijtihad, berinovasi).

Selain itu, Trensains juga membekali para santri kajian tentang al-Qur’an, dan tafsir, tafsir ilmi, hadits dan ilmu hadits, sejarah sains dan biografi para ilmuwan, filsafat sains, sains dan problem ketuhanan (sains lama dan sains baru), agama dan sains, Islamisasi sains, saintifikasi Islam, sains Islam, dan mathematic Wolfram. Santri Trensains juga dibudayakan menghafal al-Qur’an, utamanya ayat-ayat kauniyyah, membaca, berdiskusi, dan mahir presentasi dalam berbagai forum diskusi dan seminar keilmuan. Oleh karena itu, pesantrenMu berkemajuan tidak hanya dilengkapi fasilitas belajar yang memadai dan modern, seperti: ruang belajar ber-AC, laboratorium Bahasa, laboratorium komputer, laboratorium MIPA yang modern dan menjadi pusat riset dan pengembangan sains modern.

Di era digital yang penuh kompetisi regional dan global yang serba cepat dan pesat, aktualisasi pesantrenMu berkemajuan merupakan sebuah keniscayaan, karena sistem pendidikan Islam ke depan yang sangat dibutuhkan umat dan bangsa adalah sistem pendidikan holistik integratif, bukan pendidikan dikotomik dan parsial. Kompetensi lulusan yang diharapkan dapat memenuhi tantangan masa depan adalah kompetensi yang memadukan antara kualitas iman-ilmu-amal-akhlak. Trensains sebagai prototipe pesantrenMu berkemajuan tidak saja berupaya mengintegrasikan pemahaman ayat-ayat Quraniyyah dan ayat-ayat kauniyyah sebagai “kurikulum kehidupan” santri, tetapi juga menghadirkan keseimbangan antara dimensi intelektual, mental spiritual, kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial kemanusiaan.

Jika pesantren pada umumnya telah banyak melahirkan ”ulama syariah”, maka trensains diproyeksikan dapat menyiapkan para saintis Muslim yang berintegritas moral yang tinggi. Transains berkonsentrasi melahirkan ulama Ayat-Ayat Semesta (AAS) yang memiliki spesialisasi di bidang sains kealaman, teknolog dan dokter yang memiliki basis Alquran dan al-hadits yang kokoh, kedalaman filosofis dan keluhuran akhlak. Dengan demikian, spirit Trensains sebagai model pesanteren berkemajuan adalah menyiapkan para santri menjadi ulama AAS yang dapat mencapai derajat khasyyah (takut, taat, dan dekat kepada Allah SWT): “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS Fathir [35]: 28).

Ulama dengan kualifikasi dan kompetensi integrasi keislaman, keilmuan, keadaban, dan keindonesiaan yang mumpuni saat ini tergolong langka, padahal eksistensi dan perannya sangat diperlukan dalam membangun kepribadian bangsa dan peradaban masa depan. Ulama syariah dan ulama AAS perlu bersinergi memajukan pendidikan pesantrenMu. Budaya yang dikembangkan Trensains yang sarat dengan diskusi dan nalar ayat-ayat semesta, kebebasan berpendapat dan mengembangkan gagasan, dan sistem pembelajarannya berbahasa Arab dan Inggris merupakan modal intelektual, mental, dan sosio-kultural berharga untuk menumbuh-kembangkan budaya mutu keilmuan, penelitian, inovasi dan temuan-temuan baru di bidang sains dan teknologi.

PesantrenMu, model Trensains dan lainnya, idealnya dikelola dan dikembangkan dengan manajemen modern, dengan sentuhan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih, dan didesain sebagai pusat kaderisasi ulama plus, yaitu plus mencerdaskan dan mencerahkan anak bangsa. Pesantren berkemajuan harus menjadi pusat kajian dan pengembangan Islam rahmatan li al-‘ālamīn, pusat percontohan peneguhan budaya hidup damai, harmoni, toleransi, dan inovasi. Tidak boleh, pesantren mengajarkan doktrin pemaksaan kehendak, ideologi kekerasan, fisik, psikis maupun seksual, terorisme, dan sebagainya.

Berbasis filosofi iqra’ bismi Rabbik, pesantrenMu berkemajuan diharapkan dapat memajukan budaya riset dan produktivitas ilmiah. Ayat-ayat qur’aniyyah dan ayat-ayat kawniyyah (alam semesta) dikaji dan dipahami secara holistik integratif. Kurikulum pendidikan mulai dari pendidikan pesantrenMu tidak lagi mengenal dikotomi antara ilmu agama dan sains modern. Di dalam Alquran sendiri terdapat tidak kurang dari 800 ayat yang berbicara tentang alam semesta, seperti: matahari, bumi, bulan, bintang, langit, tumbuhan, hewan, gunung, awan, hujan, dan sebagainya yang belum sepenuhnya dikaji dan dikembangkan secara holistik integratif melalui riset serius, terprogram, dan berkelanjutan.

Jika dalam kurikulum pesantrenMu, pendidikan iman dipadukan dengan pendidikan ilmu (sains), maka integrasi keduanya diharapkan dapat membuahkan amal saleh (kinerja yang baik). Pendidikan iman dan ilmu akan membentuk manusia beramal saleh, baik saleh personal, intelektual maupun saleh sosial dan kultural. Bahkan pendidikan iman dan ilmu diharapkan membuahkan kinerja, karya, dan prestasi keilmuan dan kemanusiaan yang bervisi pemajuan peradaban bangsa.

Pendidikan holistik integratif dalam pesantrenMu itu berbasis masjid sebagai simbol persatuan dan pusat pembangunan peradaban. Karena masjid merupakan rukun utama pesantrenMu. Pesantren tanpa masjid ibarat badan tanpa ruh. Masjid sebagai basis pendidikan pesantren mengajarkan pentingnya kesucian hati, pikiran, dan badan. Integrasi ketiga kesucian ini merupakan pangkal pendidikan mental spiritual yang harus diaktualisasikan dalam bentuk gerakan literasi dan kesalehan multidimensi: kesalehan intelektual, moral, sosial, kultural, finansial, dan kesalehan digital.

PesantrenMu berkemajuan dengan branding Trensains dan Muhammadiyah Boarding School (MBS) menawarkan “kurikulum kehidupan terpadu” selama 24 jam/hari bagi para santrinya. Mereka tidak hanya dididik untuk belajar menguasai ilmu agama dan sains, tetapi juga belajar bersikap dan berkarakter positif, sekaligus berlatih hidup bersama (learn to life together), belajar menerima perbedaan, mengaktualisasikan dirinya sendiri (self actualization), dan belajar melestarikan lingkungan (go green), pola hidup bersih dan sehat.

Kita merindukan pesantrenMu berkemajuan yang dapat diandalkan menjadi sebuah sistem pendidikan Islam berasrama yang “unggul dalam penguasaan ipteks” (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) dan “kokoh dalam internalisasi imtak” (iman dan takwa), sehingga dapat berimplikasi positif terhadap aktualisasi dan akselerasi Islam berkemajuan di Nusantara tercinta. Semoga!