Meretas Jalan Damai di Ambon

Meretas Jalan Damai di Ambon

 

SEBANYAK 1.500 peserta mengikuti Perkemahan Wirakarya X Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (UIN/IAIN/STAIN) se-Indonesia di Ambon pada 21-30 November 2011. UIN Jakarta, sebagai salah satu PTAIN di bawah Kementerian Agama, ikut menjadi saksi sejarah peretasan jalan damai di kota berteluk yang pernah berkonflik sosial itu.

Bendera panji, berlogokan PW X PTAIN, sudah dikibarkan di Bumi Perkemahan Al-Mulk di kawasan kampus IAIN Ambon pada 21 November 2011. Wakil Menteri Agama Prof Dr Nasaruddin Umar, yang menjadi pembina upacara pembukaan, pun menyerahkan cangkul kepada perwakilan peserta sebagai tanda dimulainya kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Lalu, tepuk pramuka bergemuruh di lokasi yang dihadiri Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dan Walikota Ambon Richard Louhenapessy itu.

Ribuan peserta Pramuka Pandega mahasiswa yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia, sejak hari pertama pembukaan hingga penutupan pada 30 November 2011, tak sepi dengan kegiatan, baik fisik maupun non-fisik. Mereka mengabdi silih berganti. Sarana umum (termasuk masjid dan gereja), permukiman penduduk, serta infrastruktur jalan, menjadi sasaran utama perhelatan yang digelar Kementerian Agama dua tahunan itu.

Peserta UIN Jakarta, terdiri atas 22 mahasiswa, dua pembina pendamping, serta seorang pimpinan kontingen, ikut ambil bagian. Mereka bergabung dengan ribuan peserta lain untuk misi yang sama: meretas jalan damai di Ambon. “PW X di Kota Ambon harus menjadi momentum terciptanya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera selamanya,” ujar Prof Dr Dedi Jubaedi, Pejabat Sementara Rektor IAIN Ambon di Jakarta sepekan sebelum PW X digelar.

Sebagai tuan rumah helat akbar penyelenggaraan PW X PTAIN tahun 2011 ini, IAIN Ambon harus menjadi terdepan dalam peretasan jalan damai bagi warga yang pernah berkonflik, terutama tahun 1999, yang melibatkan dua kelompok beragama: Islam dan Kristen. “Karena itu, dalam kegiatan (PW X) ini kami melibatkan sejumlah masyarakat Kristen, baik dalam kepanitiaan maupun pengisi kegiatan,” lanjutnya.

Hal serupa juga dikemukakan Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, maupun Wakil Menteri Agama, Prof Dr Nasaruddin Umar, saat keduanya memberi sambutan pada upacara pembukaan.

“Hidup rukun dan membangun kota Ambon yang lebih baik harus menjadi skala prioritas dari program pemerintah daerah maupun pusat. Kita tunjukkan kepada masyarakat Ambon dan Maluku, bahkan masyarakat Indonesia dan dunia internasional, bahwa Ambon telah damai dan aman,” kata Karel yang disambut tepuk tangan meriah peserta upacara.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof Dr. Muhammad Ali kepada wartawan di Ambon menyatakan, pelaksanaan PW X PTAIN 2011 di IAIN Ambon agar dijadikan sebagai arena untuk merajut kebersamaan di bumi Maluku. Adanya kebersamaan antarsemua komponen bangsa, karena dalam kegiatan ini bukan hanya melibatkan mahasiswa Islam tapi juga non-agama Islam, hadir untuk membangun bangsa yang kokoh. Kemenag harus menjadikan Gerakan Pramuka sebagai salah satu bentuk pendidikan untuk membangun karakter bangsa. Karena lewat kegiatan ini semua pramuka bisa menjadi penerus bangsa.

“Insya Alalh saya optimis apa yang sudah terjadi di Maluku saat ini juga akan terjadi pada kegiatan PW lainnya di Indonesia,” ujarnya.

Selain melakukan berbagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat, para peserta juga mengadakan Karnaval Budaya Nusantara dengan mengelilingi kota Ambon. Dalam Karnaval itu pula, peserta mendeklrasikan “Antikekerasan” yang dipusatkan di Monumen Gong Perdamaian  Dunia di jantung kota Ambon. Monumen yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 November 2009 itu sebelumnya merupakan lokasi terminal Pelita yang terbakar saat konflik sosial di Maluku dan Ambon tahun 1999.

PW X PTAIN se-Indonesia ditutup Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag Prof Dr Dede Rosyada. Sedangkan pembina upacara dilakukan Wakil Gubernur Maluku Said Assagaff. (Nanang Syaikhu)