Mensos: Tantangan Revolusi Industri 4.0, Manusia Digantikan Tenaga Robot

Mensos: Tantangan Revolusi Industri 4.0, Manusia Digantikan Tenaga Robot

Auditorium, BERITA UIN Online – Salah satu tantangan ke depan yang dihadirkan oleh revolusi Industri 4.0 bagi pembangunan kesejahteraan sosial adalah pengangguran massal akibat tenaga manusia digantikan oleh robot dan algoritma. Industri 4.0 mengarah ke digitalisasi yang membutuhkan kerja otak daripada kerja otot sehingga blue collar atau buruh kasar akan digeser oleh white collar yang lebih mengedepankan intelejensi. Akibatnya, sebagian masyarakat akan tertinggal karena lapangan pekerjaan yang tumbuh berkembang semakin memerlukan kapasitas intelektual yang memadai.

Hal itu dikemukakan Menteri Sosial (Mensos) RI Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kuliah umum bertajuk “Memperkuat Ketahanan Desa dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0” di Auditorium Harun Nasution, Senin (22/7/2019). Kuliah umum digelar Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) UIN Jakarta dalam rangka pelepasan peserta kuliah kerja nyata (KKN) tahun 2019.

Tantangan tersebut, menurut politisi Partai Golkar itu, harus dapat diantisipasi dengan transformasi pasar kerja dengan mempertimbangkan perubahan iklim bisnis dan industri dan kebutuhan keterampilan.

Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah keterampilan dan kompetensi sumber daya manusia harus tetap secara konsisten ditingkatkan sesuai kebutuhan pasar kerja yang semakin lama semakin pesat berkembang.

“Perhatian besar dalam hal ini patut diberikan kepada masyarakat perdesaan yang umumnya tanpa intelektualitas dan keterampilan yang memadai sehingga sangat rentan tereksklusi akibat tidak adanya peluang untuk mengakses lapangan pekerjaan,” katanya.

Mencermati tantangan tersebut, Mensos mengatakan bahwa membangun sebuah kerangka kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial yang inklusif bagi masyarakat perdesaan menjadi penting.

“Ada dua alur yang saling terkait dalam respon ini, yang keduanya terkait dengan komitmen kita untuk mengurangi angka kemiskinan dalam jangka panjang dan merespon bagaimana masyarakat bawah mampu terlibat dalam persaingan tenaga kerja di era industri 4.0,” ujarnya.

Dihadapkan pada tantangan dan kebutuhan membangun daya tahan masyarakat secara berkelanjutan di era Industri 4.0 ini, perlu dilakukan upaya-upaya untuk menghadirkan kelembagaan yang kapabel dan SDM yang kompeten. Segenap Sivitas Akademika di perguruan tinggi, tidak terkecuali UIN Jakarta, sebagai bagian dari sokoguru pembangunan Indonesia diharapkan dapat berperan secara nyata turut aktif membangun jati diri bangsa. Dengan predikat cendekiawan atau intelektual, kaum terpelajar diharapkan mampu mengambil peran secara proaktif dalam momentum revolusi industri 4.0.

Selain pengajaran dan penelitian, Tri Darma Pendidikan menuntut sivitas academika untuk melakukan pengabdian di dalam masyarakat. Program pengabdian masyarakat seperti KKN sangat penting diintensifkan. Namun, kampus juga dapat mulai mengembangkan konsep yang berkelanjutan bagi pembangunan masyarakat khususnya di perdesaan dan membangun suatu semangat akademik untuk mencetak pekerja-pekerja sosial (social workers) yang handal.

“Kampus juga diharapkan menyediakan kurikulum yang menumbuhkan watak yang inklusif, yaitu mencetak mahasiswa yang mempunyai sensitivitas terhadap masalah-masalah kesejahteraan sosial di dalam masyarakat,” katanya. (ns)