Mengais Rejeki di Musim Wisuda

Mengais Rejeki di Musim Wisuda

“Bunga…bunga…bunga..!” teriak Ana Monica (19).  Suaranya hampir tenggelam di antara riuh rendah suara ratusan orang yang memadati areal sekitar Auditorium Utama saat digelar upacara Wisuda Sarjana ke-77, Sabtu (17/10).

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) itu mengisi momen wisuda dengan menjajakan bunga. Ia berkeliling menghampiri para pengunjung acara wisuda dengan harapan mereka akan membeli puluhan rangkaian bunga yang dijualnya.

Bunga memang khas dengan acara wisuda. Pasalnya, bunga menjadi salah satu souvenir yang tak dapat ditinggalankan pada momen wisuda. Para pengunjung wisuda biasanya memberikan bunga kepada para wisudawan-wisudawati sebagai tanda ucapan selamat. Tak heran, jika saat upacara wisuda berlangsung, muncul puluhan pedangang bunga “kagetan” di kampus UIN. Salah satunya Ana Monica tadi.

“Saya jualan dari jam delapan pagi, alhamdulillah sekarang sudah laku 11 tangkai bunga,” tutur Ana ketika ditemui UIN Online sekitar pukul 10.00 WIB.

Meski masih banyak bunga yang belum terjual, tapi Ana tidak patah arang. Ia terus berkeliling menghampiri para pengunjung wisuda.  “Bunga…bunga…bunga…, murah lho… cuma lima ribu,” begitu salah satu rayuannya pada calon pembeli.

Bagi mahasiswa semester tiga ini, menjual bunga tidak membuatnya malu. Berjualan malah bisa menambah uang sakunya. Tapi tentu saja perlu perjuangan. “Saya harus pintar-intar merayu calon pembeli. Soalnya banyak juga teman-teman mahasiswa lain yang berdagang bunga,” keluh Ana.

Ana menceritakan, bunga yang dijualnya didapat dari membeli bunga yang belum dirangkai. Ia bersama teman-temannya merangkainya sehingga bisa dijual per tangkai. Ana berharap bunga yang dijualnya terjual semua, sehingga ia pun bisa meraup untung yang lumayan.

Selain Ana, mahasiswa yang ikut berjualan bunga adalah Syafii (21). Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) FITK  ini, menjual bunga lebih mahal dibanding Ana, yaitu sebesar Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per tangkainya. Kendati lebih mahal, Syafii yang telah tiga kali menjalani profesi “dadakan” ini,  mengaku banyak pengunjung yang membeli bunganya.

“Tapi, saya harus berjuang lebih keras dan lebih semangat menawarkan bunga-bunga ini. Apalagi pedagangnya sekarang lebih banyak. Jadi kita harus benar-benar ekstra semangat menjualnya,” kata  Syafii.

Selain untuk menambah uang saku, berjualan bunga bagi Syafii dan Ana merupakan latihan keberanian menghadapi banyak orang. “Saya juga belajar bagaimana menawarkan seseorang untuk membeli dan latihan berkomunikasi dengan baik,” kata Ana yang juga diamini Syafii. [Jaenudin Ishaq]