Menag Buka Pionir VIII PTKIN di Aceh

Menag Buka Pionir VIII PTKIN di Aceh

[caption id="attachment_17699" align="alignleft" width="300"] Pementasan drama kolosal tentang tragedi tsunami Aceh oleh para mahasiswa pada pembukaan Pionir VIII PTKIN se-Indonesia di kampus UIN Banda Aceh, Rabu (26/4/2017).[/caption]

Banda Aceh, BERITA UIN Online – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka kegiatan Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni, dan Riset (Pionir) ke VIII Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia di kampus UIN Arraniry Banda Aceh, Rabu (26/4/2017). Pembukaan diawali dengan tarian kolosal persembahan mahasiswa UIN Banda Aceh dan drama tragedi tsunami yang sempat melanda Aceh tahun 2004 silam.

Turut hadir pada pembukaan tersebut Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama Prof Dr Nizar, Sekretaris Daerah Provinsi Aceh Drs Dermawan MM, Ketua Forum Rektor PTKIN se-Indonesia yang juga Rektor UIN Jakarta Prof Dr Dede Rosyada, dan para rektor PTKIN se-Indonesia.

Menag dalam sambutannya mengatakan, Pionir merupakan ajang penyelenggaraan kompetisi keilmuan, olahraga, seni, dan riset nasional. Pionir diharapkan mampu meningkatkan pembinaan keilmuan dan mencari mahasiswa unggul, baik dalam prestasi akademik maupun keolahragaan, seni dan riset. Bahkan yang lebih penting lagi, Pionir dapat memperkuat tali silaturahim dan kerukunan antarmahasiswa se-Indonesia, khususnya mahasiswa PTKIN. Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai sarana stragis dalam mengembangkan tradisi riset, olahraga, dan seni di kalangan mahasiswa.

“Saya berharap melalui kegiatan Pionir ini akan muncul para olahragawan, seniman, dan peneliti muda yang ahli di bidangnya agar berkontribusi kepada pembangunan bangsa kita. PTKIN juga diharapkan menjadi tempat berseminya para atlet dan seniman yang dibutuhkan pada event-event nasional dan internasional untuk mengharumkan nama bangsa dan negara,” katanya.

Menag menandaskan, Pionir tak lain sebagai ajang untuk menajamkan intelektualitas, pola pikir, serta menajamkan emosional dan moral mahasiswa, termasuk olahrasa dan penempaan fisik olahraga mahasiswa. Dalam bahasa agama dikenai sebagai zikir, pikir, dan amal saleh, sehingga menjadi satu kesatuan manusia, baik sebagai hamba maupun sebagai khalifatullah.

Pionir ke VIII di Aceh bagi mahasiswa, menurut Menag, memberi arti penting dan strategis untuk memperkjuat komitmen persatuan, kerukunan, dan menjaga kebhinekaan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu para mahasiswa dari Sabang sampai Merauke bertemu untuk saling asah dan saling asuh. Mereka menunjukkan keunggulannya masing-masing, bukan demi daerahnya semata, namun yang lebih utama demi kepentingan yang lebih besar, yaitu Indonesia.

“Transformasi kelembagaan dari IAIN menjadi UIN kini menjadi momentum strategis. PTKIN tak hanya mencetak para ahli agama, tapi juga mencetak para profesional dan tenaga terampil yang siap pakai dan berkontribusi pada pembangunan, salah satunya pembangunan di bidang olahraga seni dan penelitian.

Menag juga berharap bahwa di masa mendatang akan banyak atlet yang menjuarai PON, Asian Games, dan SEA Games yang berasal dari UIN, IAIN, dan STAIN. Pionir, katanya, harus dijadikan sebagai langkah ikhtiar untuk mengembangkan bakat dan minat serta memupuk kasadaran tentang pentingnya olahraga dan seni di kalangan sivitas akademika PTKIN.

“Mahasiswa juga harus memiliki semangat untuk berlatih sebagai peneliti muda melalui bimbingan para dosen dan guru besar yang ahli di  bidangnya. Hal ini agar mahasiswa sejak dini mampu mengurai masalah-masalah kehidupan dengan basis riset yang terpercaya,” ungkapnya.

Pionir ke VIII di UIN Banda Aceh diikuti oleh sedikitnya 2.200 peserta dan 1.500 official dari 56 PTKIN di seluruh Indonesia. Sementara pertandingan yang akan diperlombakan sebanyak 24 cabang olahraga (cabor)/lomba, seperti futsal, catur, MTQ, debat bahasa, dan riset. (ns)