Memprioritaskan Orang Lain

Memprioritaskan Orang Lain

oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam sebuah hadits yang ditulis oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi SAW bersabda, “Salah seorang dari kalian tidak dikatakan beriman hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. Hadits ini relevan dengan firman Allah SWT, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. al-Hujurat/49: 10). Terkait dengan hal ini, Syaikh Ahmad al-Fasyani dalam al-Majalis al-Saniyah menulis, “Relakanlah untuk orang lain apa saja yang kamu relakan untuk dirimu sendiri”. Inilah ajaran Islam mengenai memprioritaskan orang lain atau al-itsar. Seperti yang ditulis Syaikh Ahmad al-Fasyani, spektrum makna al-itsar itu terdiri dari, Pertama, itsar dalam soal berbagi makanan. Kedua, itsar dalam hal berbagi minuman. Ketiga, itsar dalam soal berkorban jiwa dan nyawa. Keempat, itsar dalam mengorbankan hidup buat orang lain. Allah berfirman, “Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (QS. al-Hasyr/59: 9). Secara sosio-historis, orang-orang Anshar adalah orang yang sangat hebat perilaku itsarnya kepada orang-orang Muhajirin hingga diabadikan Tuhan dalam sejumlah ayat dalam al-Qur’an. Kaum Anshar adalah nama yang menempel pada dua suku di Madinah , yakni Aus dan Khazraj. Inilah pujian Nabi SAW kepada mereka, “Tanda keimanan adalah cinta kepada kaum Anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar” (HR. Bukhari). Menurut Anas bin Malik dalam hadits Imam Bukhari, nama Anshar adalah Allah SWT yang memberikannya. Terkait dengan ayat ke-9 dalam surah al-Hasyr di atas, Syaikh Ahmad al-Fasyani dalam al-Majalis al-Saniyah menuliskan sebuah cerita yang melatar-belakanginya. Diceritakan bahwa seorang sahabat Nabi SAW ada yang menghadiahi kepala kambing panggang. “Sebenarnya ada saudaraku yang lebih membutuhkan makanan ini ketimbang aku”. Namun di luar dugaan, ketika ia mengirimkan makanan itu kepada saudaranya, saudaranya juga mengirimkannya kepada orang lain. Menurut Syaikh Ahmad al-Fasyani, tak henti-hentinya makanan itu dikirimkan dari satu orang kepada orang yang lain lagi. Makanan itu akhirnya silih-berganti diberikan kepada banyak orang hingga terkirim ke tujuh penerima. Sekali lagi sungguh di luar dugaan, makanan itu kembali kepada orang yang pertama kali memberikannya. Terkait peristiwa langka ini, maka Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (QS. al-Hasyr/59: 9). Ada lagi cerita lainnya dibalik sebab diturunkannya surah al-Hasyr ayat 9 di atas. Diceritakan bahwa ayat itu turunkan terkait dengan tamu Nabi SAW. Semula Nabi SAW mengutus seorang sahabat ke rumah salah seorang isteri beliau untuk menyiapkan makanan buat sang tamu. Namun didapat jawaban dari isteri Nabi SAW bahwa tidak ada yang bisa dikonsumsi kecuali air. Kemudian di hadapan para sahabatnya, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang memuliakan tamuku malam ini, maka ia akan memperoleh balasan berupa surga”. Mendengar hal itu, ada seorang sahabat yang spontan menyanggupi. Sejurus, ia mengajak tamu Nabi SAW itu ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia berkata kepada isterinya, “Muliakanlah tamu Rasulullah”. Lalu isterinya bilang, “Tak ada yang kita miliki, kecuali makanan untuk anak-anak”. Ia berkata, “Siapkan saja makanan itu, perbaiki lampu, dan tidurkan anak-anak kendati mereka merasa lapar”. Dengan sigap isterinya melakukannya. Pada saat makanan sudah siap, ia bertingkah seperti memperbaiki lampu padahal justru memadamkannya. Dalam gelap yang disengaja, mereka mengajak tamu Nabi SAW itu untuk makan bersama. Kedua orang suami-isteri itu menampilkan diri mereka seolah-seolah sedang makan bersama. Usai memuliakan sang tamu, keduanya tertidur dalam keadaan perut lapar. Besok paginya, ketika kedua orang suami-isteri bertemu Nabi SAW, beliau bersabda, “Allah SWT tersenyum demi menyaksikan perbuatan kalian”. Nabi SAW juga bertutur, “Karena perbuatan kalian, Allah SWT menurunkan ayat ini (QS. al-Hasyr/59: 9)”.(sam/mf)