Membeli Surga

Membeli Surga

oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bersumber dari Abu Hurairah, ia mengaku mendengar Nabi SAW bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga”. Para sahabat bertanya, “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah” (HR. Bukhari). Namun Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. al-Baqarah/2: 218). Jadi, amal ibadah seseorang memancing munculnya rahmat dan karunia Allah. Rahmat dan karunia Allah inilah yang kemudian memasukkan seseorang ke dalam surga. Oleh karena itu, “Berlomba-lombalah kamu (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Itulah karunia Allah ….”(QS. al-Hadid/57: 21). Inilah kenikmatan surga itu, “Bidadari-bidadari surga berkulit putih bersih dan bermata indah. Bidadari -bidadari itu putih bersih bagaikan mutiara-mutiara yang bejejer rapi. Semua itu sebagai balasan bagi orang-orang mukmin atas amal sholih yang mereka kerjakan di dunia”(QS. al-Waqi’ah/56: 22-24). Jalaluddin al-Suyuthi dalam karyanya Asbab al-Nuzul menceritakan tentang seorang kaya dermawan yang berhasil membeli surga. Awalnya, diceritakan bahwa ada seorang laki-laki kaya yang memiliki sebotong pohon kurma yang dahannya menjuntai ke pekarangan rumah seorang laki-laki miskin yang memiliki banyak anak. Namun ketika beberapa butir kurma itu jatuh dan diambil oleh anak-anak orang miskin, pemilik pohon kurma malah mengambil kembali kurma itu padahal tengah dalam genggaman mereka. Tak hanya itu, kurma yang sudah berada di dalam mulut anak-anak orang miskin tadi dikeluarkan dengan paksa. Laki-laki miskin itu berinisiatif mengadukan yang mereka alami kepada Nabi SAW. Nabi SAW menerima pengaduannya. Suatu hari, Rasulullah SAW bertemu dengan pemilik pohon kurma yang kikir seraya beliau berkata, “Berikanlah pohon kurmamu kepadaku yang dahannya menjuntai ke pekarangan rumah seorang laki-laki miskin yang memiliki banyak anak”. Nabi SAW menawarkan, “Sebagai imbalannya engkau akan mendapatkan surga yang di dalamnya terdapat sebatang pohon kurma’. Namun laki-laki kaya itu bilang, “hanya seperti itukah penawaranmu?”. Kemudian laki-laki kaya yang kikir itu pergi begitu saja meninggalkan Nabi SAW. Rupanya, percakapan mereka didengar oleh seorang laki-laki yang kebetulan melintas di tempat yang sama. Laki-laki itu bergegas menghampiri Nabi SAW dan berujar, “Wahai Rasulullah, apakah imbalan tersebut juga berlaku untukku jika aku berhasil mendapatkannya dan menyerahkannya kepadamu?” Rasulullah SAW menjawab, “Iya”. Tak membuang waktu, laki-laki yang juga kaya dan banyak memiliki pohon kurma itu lantas bertandang kepada pemilik pohon kurma yang dahannya menjuntai ke pekarangan rumah orang miskin. Setelah bertemu, ia bertanya, “Apakah kamu bersedia menjualnya?”. Laki-laki yang kikir menjawab, “Tidak. Kecuali jika aku diberi apa yang aku mau”. Laki-laki yang mau membeli tadi bertanya, “berapa imbalan yang kamu mau?” Laki-laki yang kikir bilang, “Empat puluh pohon kurma”. Laki-laki yang mau membeli tadi berujar, “Permintaannmu itu sungguh terlalu tinggi”. “Baiklah, aku setuju membelinya dengan empat puluh pohon kurma”, ujarnya tegas.Usai mendatangkan saksi dan bertransaksi, lantas ia bergegas menemui Nabi SAW. Setiba di hadapan Nabi SAW, laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, sesunggguhnya pohon kurma itu sekarang telah menjadi milikku dan aku akan memberikannya kepadamu”. Nabi SAW juga bergegas ke rumah laki-laki miskin yang banyak memiliki anak. Beliau bersabda, “Pohon kurma ini sekarang menjadi milikmu dan keluargamu”. Alhasil, orang miskin tadi menjadi pemilik baru pohon kurma yang berbuah lebat dan seorang laki-laki yang memberinya mendapatkan surga yang di dalamnya terdapat sebatang pohon kurma juga. Menurut sebagian ulama, cerita inilah yang kemudian menjadi latar belakang turunnya surah al-Lail/92 ayat 5-11. Allah berfirman, “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa”. Jadi, masih ada waktu untuk membeli surga dengan berbuat baik yang memancing rahmat dan karuni-Nya.*(sam/mf)