Membangun Kembali Santri Berkarakter

Membangun Kembali Santri Berkarakter

Oleh Prof. Dr. Amany Lubis, MA

Hari ini kita bersama-sama merayakan Hari Santri Nasional yang bertepatan dengan hari Jumat, 22 Oktober 2021. Kita tentu harus menyambut bahagia karena para santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Santri yang mampu membangun peradaban dunia. Untuk membangkitkan peradaban bangsa tersebut sedikitnya ada 10 hal penting yang harus kita jadikan pegangan bagi kaum santri.

Peringatan Hari Santri Nasional saat ini sesungguhnya merupakan bagian dari pembangunan bangsa Indnesia. Kita memiliki banyak pesantren dan santri. Jumlah pesantren di Indonesia saat ini, menurut data Kementerian Agama, mencapai lebih dari 35.000 buah dan tersebar di seluruh peloksok Tanah Air. Tentu saja jumlah pesantren yang cukup bayak tersebut sangat berjasa karena mampu membangun karakter para santri yang tawadlu kepada para kyainya atau gurunya di saat menuntut ilmu. Akhlak yang baik ini tentu harus kita lestarikan karena sangat sesuai dengan ajaran Islam. Meski kini kita berada di era digital dan semua santri berfokus kepada sistem pembelajaran secara daring, namun tidak berarti santri tidak menghormati para kyai atau gurunya, karena kyai dan gurulah yang telah membina dan menasehati kita semua.

Karakteristik santri di antaranya mampu menghargai keberagaman dan santri yang membangun negeri dengan penuh rasa nasionalisme tinggi, karena para santri adalah pejuang di bebagai bidang kehidupan.

Santri adalah penuntut ilmu, minal mahdi ilal lahdi, dan tanpa putus mengamalkan ilmu serta menuntut ilmu. Sekarang ini para santri bukan hanya belajar ilmu agama saja melainkan juga  sudah banyak yang menjadi insinyur, menjadi dokter, menjadi dosen, menjadi pilot, dan sebagainmya. Inilah keunggulan sumber daya santri di Indonesia dengan pesantrennya. Jadi santri bukan hanya menuntut ilmu tetapi juga memberi keteladanan yang kuat.

Kesepuluh karakter santri itu adalah penuntut ilmu, kerja sama yang saling mendukung, keteladanan, kepemimpinan, pengorbanan, konstruktif dalam berpikir, persuasif dalam memberi argumentasi, suka memberi baik morial maupun materil, dan suka melayani. Ciri-ciri santri inilah yang harus ditanamkan bagi kaum santri.

Saya teringat kisah Lukmanul Hakim saat menasehati anaknya. Nasehat Lukmanul Hakim itu di antaranya agar kita bisa memiliki rasa kasih sayang kepada sesama sehingga kita dikasihi orang lain, berdiam diri untuk dari berbicara yang tidak baik agar selamat, seperti menyebarkan hoaks dan kebohongan. Kemudian bertutur kata yang baik sehingga kita dapat meraih lebih banyak kebaikan dan apabila kita mengatakan yang bathil tentu akan berdosa.

Nasehat Lukmanul Hakim yang lain adalah kalau kita tertawa harus dengan sebab yang baik, sehingga tertawa dan tersenyum itu dapat menjadi sedekah. Jangan berjalan di muka bumi dengan sombong atau tanpa sopan santun atau tidak beradab, karena boleh jadi akan ada orang lain yang sakit hati dengan kita, dan jangan  mencari tahu pada hal-hal yang bukan menjadi urusan kita. Nah, nilai-nilai akhlak atau karakter tersebut tentu sudah biasa dilakukan oleh para santri dalam kehidupan sehari-hari di pesantren.

Oleh karena itu, di Hari Santri Nasional ini, mari kita teguhkan kembali untuk membangun karakter santri menuju peradaban Indonesia yang bermartabat, berkadilan, dan berkeadaban. Bukan hanya dalam lisan tapi juga harus diwujudkan secara nyata dalam amaliyah kita sehari-hari, sehingga kita benar benar menjadi santri yang berkarakter. Selamat merayankan Hari Santri Nasional 2021. (ns)