Memahami Gender dalam Prespektif Islam

Memahami Gender dalam Prespektif Islam

Ruang Diorama, BERITA UIN Online— Islam merupakan agama yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya. Islam telah mengatur mengenai kesetaraan dan keadilan gender. Islam bukan agama yang mendiskriminasi permepaun, namun sebaliknya Islam sangat menghormati perempuan karena kehadiran Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan.

Demikian disampaikan Prof Dr Zaitunah Subhan, Ketua Komisi II Lembaga Sensor Film Indonesia sekaligus Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta pada perkuliahan perdana kelas gender dan anak angkatan empat sekaligus bedah bukunya Al Qur’an dan Perempuan di Ruang Diorama UIN Jakarta, Kamis (18/05/2017).

“Sejak dua dasawarsa terakhir, isu gender menjadi bahasan yang menarik di berbagai seminar dan kajian. Terdapat dua makna dalam istilah gender, pertama gender dalam arti biologis, yaitu pemberian dari Tuhan mengenai jenis kelamin, anatomi fisik, reproduksi, hormon, dan karekteristik biologis lainnya. Selanjutnya gender dalam arti non biologis, yaitu perbedaan laki-laki dan perempuan dalam konstruksi atau penelian masyarakat yang dapat berubah”, jelas Zaitunah.

Ditambahkan Zaitunah, dalam studi wanita terdapat konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan akibat dari bentukan dan budaya masyarakat.

“Pandangan yang terjadi di masyarakat laki-laki digambarkan dengan sifat maskulin seperti rasional, tegar, keras, berani, dan sebagainya. Perempuan dengan sifat feminim, seperti lembut, emosional, penakut, penyayang, dan sebagainya. Penilaian masyarakat menanggap bahwa maskulin dinilai positif dan lebih unggul,” jelas Zaitunah.

Zaitunah menambahkan, maka dari diperlukan kesetaraan dan keadilan gender, karena salah satu misi dari islam adalah membebaskan manusia dari ketidakadilan dan islam menekankan keadilan dalam semua aspek kehidupan.

“Kitab suci Al-Qur’an yang pertamakali mengumandangkan pembelaan atas hak-hak perempuan. Tidak ditemukan satu ayatpun tentang keutamaan seseorang karena faktor jenis kelamin, kuturnan, dan suku bangsa,” jelas Zaitunah.

Zaitunah memaparkan bahwa islam datang merubah budaya dan tradisi patriakhi bangsa arab dengan cara yang revolusioner. “Rasulullah SAW dikenal dengan sosok yang sangat menghargai perempuan, merombak budaya yang menyudutkan posisi perempuan menjadi bermartabat, dan laki-laki diperintah untuk berlaku adil dan bijak, berbuat baik, dan melindungi perempaun,” paparnya. (Farah/zm/ar)