Melepas Gelisah

Melepas Gelisah

oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Syihabuddin Ahmad Ibn Hajar al-Asqalani dalam al-Munabbihat ‘ala al-Isti’dadi li Yaumil Ma’ad mengutip perkataan Umar Ibn al-Khaththab, “Gelisah terhadap dunia menggelapkan hati dan gelisah terhadap akhirat menerangi hati”. Menurut Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam Nashaih al-‘Ibad, gelisah yang dimaksud adalah bersedih dalam urusan yang berkaitan dengan dunia. Hal ini membuat hati seseorang menjadi gelap. Sebaliknya bersedih dalam urusan yang berkaitan dengan akhirat membuat hati menjadi terang. Gelap yang dimaksud baik oleh Umar maupun Syaikh Nawawi di atas adalah tidak dapat berpikir secara rasional dan tidak ada keinginan di dalam hati untuk melaksanakan segala yang Allah perintahkan. Urusan yang berkaitan dengan dunia adalah semua aktivitas yang dilakukan karena memperturutkan nafsu. Misalnya, ingin kaya dan dipuja. Ingin pandai untuk mendapatkan gengsi secara sosial. Termasuk ingin menjabat agar bisa menguasai hajat hidup orang banyak. Selanjutnya, urusan yang berkaitan dengan akhirat itu tidak hanya salat, puasa, zakat, dan haji. Bekerja untuk menafkahi keluarga sangat terkait erat dengan akhirat. Termasuk belajar hingga jadi sarjana. Pun mengikuti kompetisi politik untuk suatu jabatan tertentu yang didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat. Tegasnya untuk soal minimnya ibadah yang dipersembahkan kepada Allah, hendaknya seseorang harus merasa gelisah dan bersedih. Namun untuk masalah kekurangan harta benda dan kekuasaan, tidak patut seseorang merasa gelisah dan bersedih. Untuk bisa melepas gelisah karena urusan dunia, ada satu doa yang Nabi SAW ajarkan, seperti ditulis oleh Imam Tirmidzi dalam kitab haditsnya. Inilah doa itu: “Ya Allah, jangan jadikan dunia sebagai kegelisahan terbesar kami. Jangan (jadikan dunia) sebagai target utama ilmu kami”. Dunia memang tidak layak membuat seseorang gelisah. Apalagi dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman “Dan sungguh kehidupan akhirat itu lebih baik bagimu ketimbang kehidupan dunia” (QS. al-Dhuha/93: 4). Begitu juga dalam surat al-A’la/87 ayat 17: “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih bekal”.(samm//mf)