Masih rangkaian Milad, FAH adakan Seminar Nasional

Masih rangkaian Milad, FAH adakan Seminar Nasional

Gd. Pustiknas, Berita UIN OnlineDewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) mengadakan Seminar Nasional dengan tema Politik Kebudayaan Islam; Dulu dan Masa Kini pada, Kamis (02/11), bertempat di NICT TIK UIN Jakarta.

Kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian Milad FAH ke-57 ini, menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya Haidar Baghir (Penulis Buku dan Peneliti LIPI), Tommy Christommy Ph D (Dosen FIB UI), Jajang Jahroni Ph D (Dosen FAH UIN Jakarta), dan Dr R Yaniah Wardani MA (Wakil Dekan Bagian Kemahasiswaa FAH), serta segenap sivitas akademika FAH UIN Jakarta, juga tamu undangan.

Menurut Darsita MA selaku Ketua Pelaksana Milad FAH ini, bahwa acara tersebut  masih bagian dari rangkaian Milad FAH. “Acara yang dilaksanakan sejak tangal 25 Oktober 2017 ini telah melaksanakan Festival Budaya Asia Tenggara yang diisi perlombaan antar mahasiswa, seminar internasional yang dilaksaakan kemarin, dan hari ini Seminar Nasionalnya,” jelasnya.

Sedangkan menurut Yaniah, sebagai intelektual muslim kita mempunyai tanggung jawab besar terhadap kelangsungan peradaban Islam di masa mendatang, namun untuk mengambil sikap secara kongkrit hal ini tergantung sejauh mana kita mampu menyikapi peradaban dan kebudayaan Islam yang lalu dan kini.

“karena begitu pentingnya, seorang Iqbal menggolangkan sebagai salah satu bentuk sumber keilmuan. Beliau mengatakan bahwa sejarah adalah sejenis gramafon besar yang di dalamnya suara bangsa-bangsa terekam,” ujarnya.

Di tempat yang sama, dalam penjelasannya, Jajang mengatakan bahwa dalam berbagai pembahasan peradaban Islam terjadi simpang-siur yang terkait dengan perbedaan antara peradaban dan kebudayaan, oleh karena itu penulis perlu memberi batasan-batasan agar dalam pembahasan ini sampai pada tujuannya yaitu merefleksi peradaban Islam; dulu, kini dan esok.

”Kata peradaban (Indonesia) sering kali absurd dengan kata kebudayaan. Sehingga dalam hal ini peradaban mempunyai dua makna yaitu: proses menjadi beradab, suatu bentuk masyarakat yang sudah maju yang ditandai dengan gejala kemajuan di bidang sosial-politik, seni-budaya dan teknologi,” jelas Jajang.

Masih dalam acara tersebut, Haidar menjelaskan bahwa sejarah Islam masa lalu, tentu saja tidak semuannya indah dan selalu berada dalam kemajuan dan keemasan. Namun demikian, secara umum dapat dinyatakan bahwa, umat masa khilafah betul-betul dikagumi sekaligus disegani oleh musuh-musuh Islam. Bahkan selalu dijadikan rujukan dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan.

“Dengan kata lain, umat Islam waktu itu mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, baik bidang pembangunan, ilmu pengetahuan, maupun kebudayaan,” ungkapnya. (lrf/sf)