Makna Hijrah di Masa Pandemi

Makna Hijrah di Masa Pandemi

Oleh Prof. Dr. Amany Lubis, MA

Ajaran Islam adalah kaffah atau komprehensif, maka di dalam ajaran Islam sudah mengatur semua sisi kehidupan manusia. Bahkan hukum yang berlaku pada alam semesta itu sudah ada dalam ajaran Islam khususnya al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan bahwa Risalah Nabi Muhammad adalah risalah terakhir dan Nabi terakhir.

Alquran adalah petunjuk untuk manusia sepanjang masa, sampai akhir hayat nanti. Untuk itu, kita meyakini bahwa ilmu pengetahuan semuanya sudah ada isyaratnya dalam Alquran. Dari ilmu manusia dari mana pun, merupakan karunia dari Allah SWT, pemberian dari Allah.

Ilmu ada di mana pun, di pelosok dunia mana pun. Dari kutub utara ke kutub selatan, barat, timur, dan seluruh penjuru angin mata angin. Itu adalah ilmu dari Allah sehingga ummat Islam boleh mengambil dan mengadopsi ilmu itu, dari mana pun. Selama itu mendukung untuk kesejahteraan kehidupan manusia, penambahan pengetahuan bagi manusia, sehingga bisa memberi solusi bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.

Jadi begitu komprehensifnya ajaran Islam sehingga memberi petunjuk dan hidayah bagi kebahagiaan kehidupan di dunia dan juga di akhirat nanti. Jadi itulah kaffahnya. Komprehensif karena mencakup dunia dan akhirat, mencakup dunia alam ide dan alam realita, mencakup hal yang metafisik, dan fisik. Maka itu namanya komprehensif.

Tinggal manusia, bagaimana memanfaatkan dan mengembangkannya, itulah peran manusia. Untuk itu, nalar manusia harus terus dikembangkan. Bukan hanya berasal dari satu cabang ilmu, tapi harus diintegrasikan, sehingga ilmu pengetahuan berkembang. Kehidupan manusia bisa menjadi lebih nyaman dan lebih maju dengan hasil peradaban manusia, serta hasil pikiran dari manusia.

Jadi, alam spiritual tidak lepas dari alam fisik manusia dan tubuh manusia. Ada badan, ada jasmani, ada fisik yang didalamnya ada rohani, dan ada mental. Maka harus terus dikembangkan sejalan dengan perjalanan usia kita. Tetapi kalau kita makin tua, maka spiritual kita tidak tua renta, karena jiwa kita adalah bagian pancaran dari ruh Ilahi.

Allah SWT menjadikan keberadaan ruh dan jiwa dalam jasad manusia, ada ajalnya, ada batas waktunya. Maka kapan saja dicabut atau dilengkapkan umurnya, kehidupannya di dunia, lalu berpindah ke alam lain. Nah, spiritual dalam Islam itu sangat indah karena rohani itu merupakan perpaduan antara petunjuk ilahi dan upaya manusia.

Firman Allah SWT dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 1-3 menunjukkan spiritualitas harus berdasarkan tauhid yang ditunjukkan kepada Allah. Hidayahnya itu melalui al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, dan itu menjadi hudan (petunjuk) bagi orang-orang yang bertakwa (muttaqien).

Kemudian pada ayat 3 kita diminta untuk bertakwa, yaitu harus menjalankan ritual-ritual yang bersifat fisik seperti shalat. Begitu pun dengan yang ghaib, seperti alam kubur, jin, dan sebagainya. Kita harus mempercayai keberadaan itu semua. Secara fisik, kita harus menjalankan shalat. Kecuali yang sakit, tentu dengan isyarat. Itu merupakan aktivitas fisik yang harus dilaksanakan sebagai warga masyarakat secara umum.

Kemudian kelanjutannya, membayar zakat. Bagaimana kita punya harta dan bisa membayar zakat kalau kita tidak bekerja? Berarti kegiatan fisik menyatu betul dengan amal ibadah. Kita bekerja memperoleh hasil ekonomi karena kita harus menyedekahkan sebagian dari harta kita lillahita'ala untuk membantu orang fakir dan lain. Ini tandanya bahwa kita harus mementingkan spiritualitas.

Kemudian doa. Kalau tidak ada doa, hanya mengandalkan upaya dan rasional dari manusia saja, suatu waktu akan buntu. Doa memberikan kita optimisme dan harapan kita berupa hidayah. Ilmu pengetahuan itu bisa diperoleh dari mana saja, sambil kita berdoa. Kita akan memperoleh hasil yakni penemuan-penemuan baru yang bisa memberi solusi bagi kehidupan kita. Berdoa sangat penting sebagai jembatan antara yang suci dan rohani, serta penyerahan diri kita secara total kepada Allah SWT.

Sistem PJJ (pembelajaran jarak jauh) di masa pandemi hampir berlaku di seluruh dunia. Menurut saya, ini mengejutkan. Mengagetkan kita semua. Kita dipaksa menggunakan gadget, IT, untuk pembinaan, dan transfer ilmu. Di awal memang kita ragu bahwa PJJ bisa memberi transfer ilmu sebagaimana pertemuan di kelas atau perkuliahan. Tetapi, setelah berjalan dua tahun kita melaksanakan PJJ, banyak penelitian mengatakan, ternyata otak manusia bertransformasi.

Masa pandemi membuktikan bahwa Allah SWT punya maksud dan tujuan tertentu untuk peradaban manusia semuanya. Bukan hanya di satu wilayah, tetapi seluruh dunia. Ini maksudnya adalah sesuatu yang dulunya sulit bagi negara-negara tertentu, tetapi ternyata sekarang diperingatkan oleh Allah SWT banyak hal. Kita harus bertransformasi.

Dalam dunia pendidikan harus segera menggunakan dunia maya, smart gadget, dan IT, mulai dari tingkat SD sampai perkuliahan. Ternyata manusia mampu setelah empat semester berjalan PJJ seperti ini. Otak manusia mampu bertransformasi dan banyak yang mengatakan berhasil hampir 85 persen.

Mungkin yang tidak berhasil karena sulit mendapatkan internet. Ke depan, kita memahami bahwa ini mungkin peringatan dari Allah agar kita memiliki sikap korektif, yang tadinya permisif, menerima saja. Ternyata kita harus mengoreksi.

Kemudian kita harus berpandangan futuristic bahwa pendidikan ini harus kokoh di masa mendatang, tidak mengandalkan pertemuan langsung di kelas, tapi harus blended learning atau pendidikan hibrida harus sudah kita laksanakan.

Demikian juga dalam hukum Islam sudah berganti cara-cara beribadah, muamalah, sudah berubah pandangan kita tentang yang tadinya tidak bisa diubah sebagai hal, ternyata sekarang bisa berubah karena pandemi. Pandemi ini membahayakan kita semua, maka protokol kesehatan harus diterapkan.

Salat Jumat, salat Tarawih di bulan puasa, salat Idul Fitri, salat Idul Adha, kita lakukan di rumah bersama keluarga. Tidak ramai-ramai. Itulah transformasi adaptasi yang harus kita lakukan di masa pandemi.

Indonesia Emas harus kita capai. Indonesia harus berkibar hingga ratusan tahun ke depan. Berkibar hingga 100 tahun, 300, 400, hingga 500 tahun. Itu mungkin tercapai karena banyak rakyat kita mau membangun negerinya. Syaratnya, harus bersatu padu, tidak bercerai-berai, kemudian jangan ada yang hanya berpangku tangan, sehingga tidak merusak hasil pembangunan yang sudah ada.

Kita kembangkan ilmu pengetahuan sosial dan juga teknologi. Banyak rakyat kita yang mampu, buktinya mereka bekerja di perusahaan Jerman di Korea, di Amerika, dan sebagainya, banyak sekali sarjana Indonesia. Inilah syaratnya, yaitu semua harus ada di dalam Indonesia, jangan lagi ada di luar (negeri) dan diberi kesempatan berkiprah di Indonesia.

Syaratnya lagi, kita harus menghormati kebhinekaan yang ada di Indonesia. Kebhinekaan ini merupakan kekuatan sehingga kita harus saling menghormati. Kemudian menjaga lingkungan hidup di Indonesia, baik hutan, air, tanah, udara, alam yang ada, dan flora-fauna yang ada. Ini rumah kita bersama, ibu pertiwi harus dijaga.

Ke depan kita harapkan peradaban Islam adanya di Asia Tenggara. Indonesia sangat dinanti oleh ummat Islam di mana pun. Kalau saya bepergian ke luar negeri, mereka sangat mengagumi Indonesia. Mereka mengatakan 'karunia Allah sangat banyak di Indonesia', maka kita harus bersyukur bahwa Indonesia menjadi harapan bagi seluruh dunia.

Maka jangan sampai ada perang saudara, perang suku, atau perang karena perebutan sumber daya alam, Indonesia harus kita jaga dan kita makmurkan. Maju terus Indonesia untuk peradaban manusia.

Alqur'an mengisahkan kita tentang 10 pesan Lukmanul Hakim kepada anaknya. Menurut saya itu sangat aktual dan relevan ya. Di antaranya pertama, jangan menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun, karena kekuatan iman akan menjadikan kita kuat menghadapi tantangan zaman, kuat menghadapi banyak masalah.

Kedua, berbakti kepada orang tua kepada orang tua. Berbakti kepada orang tua inilah kunci dari kesuksesan kita di masa-masa mendatang. Tanpa ridha orang tua, maka Allah pun tidak ridha kepada kita.

Generasi muda ke depan harus menjaga perintah Allah, artinya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua itu harus dijaga. Generasi muda harus menjaga shalat karena shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.

Generasi muda harus mengenal hal yang baik dan buruk, berdiri tegak di antara kaum muda lainnya, saling mengasihi dan tidak boleh sombong harus rendah hati, punya adab berbicara, dan lainnya. Jadi inilah hal-hal yang harus kita pegang. Insya Allah, dengan begitu, generasi muda akan tetap eksis dan maju bersama.* (ns)