Mahasiswa KPI Belajar Jurnalistik di “Tangsel Pos”

Mahasiswa KPI Belajar Jurnalistik di “Tangsel Pos”

[caption id="attachment_14746" align="alignleft" width="300"]Sejumah mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi foto bersama seusai mengadakan kunjungan jurnalistik ke kantor redaksi harian Tangsel Pos, Selasa (6/12). (Foto: Dok BERITA UIN Online) Sejumah mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi foto bersama seusai mengadakan kunjungan jurnalistik ke kantor redaksi harian Tangsel Pos, Selasa (6/12). (Foto: Dok BERITA UIN Online)[/caption]

Tangsel, BERITA UIN Online – Guna menambah pengetahuan serta pengalaman mahasiswa di bidang jurnalistik dan media massa, sejumlah mahasiswa Progran Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi mengunjungi kantor redaksi harian Tangsel Pos, salah satu anak perusahaan Jawa Pos Grup, di kawasan ITC Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (6/12). Kunjungan tersebut sekaligus guna menindaklanjuti hasil kerja sama antara UIN Jakarta dan Tangsel Pos yang diteken beberapa waktu lalu.

Rombongan diterima General Manager Tangsel Pos Atho Al Rahman dan Manajer Iklan dan Pemasaran Firdaus. Selama kunjungan, para mahasiswa mendapatkan penjelasan langsung mengenai produksi media, mulai dari hasil liputan, penulisan naskah, hingga proses produksi berbentuk media cetak. Juga dijelaskan mengenai tata kelola pemasaran dan iklan.

“Kunjungan ke media massa ini untuk memberikan bekal tambahan bagi para mahasiswa dalam bidang jurnalistik sesuai yang mereka pelajari di kelas,” ujar Nanang Syaikhu, dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik yang mendampingi rombongan tersebut.

Menurut Nanang, sebagai calon jurnalis, mahasiswa perlu memahami seluk beluk media massa, khususnya media cetak. Hal itu bertujuan agar mahasiswa dapat menyerap pengalaman langsung dari para pelaku media sehingga kelak menjadi bekal saat bekerja.

Selain itu, imbuh Nanang, mahasiswa juga dapat menimba pengalaman dari para jurnalis bagaimana mencari, memperoleh, dan menulis berita sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik dan kode etik jurnalistik. Dengan demikian, mahasiswa tak hanya paham secara teori tetapi juga mampu mengimplementasikannya di lapangan kerja jurnalistik.

“Kalau cuma teori cukup baca buku. Tapi yang penting itu praktiknya, mampu tidak mahasiswa meliput dan menulis berita sesuai kode etik atau kaidahnya,” jelasnya.

Sementara itu, bos Tangsel Pos Atho Al Rahman mengatakan, jika kelak menjadi jurnalis, mahasiswa harus paham mengenai proses kerja jurnalistik. Di ranah profesi ini, katanya, tantangan yang dihadapi cukup besar. Misalnya bagaimana menghadapi narasumber, mencari data di lapangan, atau mengusut suatu kasus dengan cara investigasi.

“Nah, semua itu membutuhkan kemampuan dan kepiawaian seorang jurnalis. Jika tidak profesional dan piawai, hasilnya cuma dua: dapat informasi tapi tidak akurat atau tidak dapat sama sekali,” ujarnya.

Karena itu, menurut Atho, Sebagai pewarta berita, seorang jurnalis di antaranya harus memiliki mental dan fisik yang kuat. Hal terpentng lainnya adalah bagaimana seorang jurnalis menaati kode etik jurnalistiknya.

“Kode etik itu dibuat sebagai rambu agar para jurnalis tidak salah menulis atau menyiarkan berita. Jika salah maka akibatnya fatal karena akan berurusan dengan hukum,”  tegasnya. (ns)