Lokakarya Pembina Pramuka PTKIN Hasilkan Sejumlah Rekomendasi Penting

Lokakarya Pembina Pramuka PTKIN Hasilkan Sejumlah Rekomendasi Penting

 

[caption id="attachment_12806" align="alignleft" width="300"]Suasana pembukaan Lokakarya Pembina Pramuka Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/8) malam. (Foto: Istimewa) Suasana pembukaan Lokakarya Pembina Pramuka Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Jumat (26/8) malam. (Foto: Istimewa)[/caption]

Bandung, BERITA UIN Online –Lokakarya Pembina Pramuka Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat, resmi ditutup Kepala Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Kemahasiswaan Kementerian Agama Dra Siti Sakdiyah MPd, Sabtu (27/8) malam. Selain menghasilkan sejumlah rekomendasi penting, peserta Lokakarya juga menyepakati pembentukan forum pembina sebagai wadah komunikasi.

Lokakarya diikuti oleh 60 peserta dari 37 perwakilan PTKIN (UIN/IAIN/STAIN) di seluruh Indonesia. Para peserta bersepakat, kegiatan kepramukaan di kampus PTKIN harus segera dibenahi dan didorong untuk terus berkembang, baik secara kualitas maupun kuantitas. Menurut Ketua Panitia Lokakarya Nanang Syaikhu, pembenahan pramuka di kampus PTKIN  penting segera dilakukan karena akan berdampak pada kegiatan kepramukan secara nasional.

“Jika masih banyak masalah, sulit bagi gugus depan yang berpangkalan di kampus perguruan tinggi untuk maju dan berkembang, apalagi berkualitas,” katanya.

Karena itu, tambah Nanang, penyelenggaraan lokakarya yang diikuti para pembina PTKIN di seluruh Indonesia merupakan momentum penting agar kegiatan pramuka di kampus tak ketinggalan. Mereka tak sekadar membicarakan masa depan kegiatan pramuka, tetapi juga merumuskan sejumlah masalah penting lain terkait administrasi, organisasi, sumber daya manusia, dan finansial.

“Lokakarya ini muaranya memang untuk memperkuat kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia, baik peserta didik maupun pembina,” jelasnya.

Dalam lokakarya yang berlangsung selama dua hari (26-28 Agustus) itu, peserta di antaranya telah berhasil merumuskan beberapa rekomendasi penting. Rekomendasi itu selanjutnya akan diserahkan kepada para pemangku kepentingan, dalam hal ini pimpinan di masing-masing PTKIN, Kementerian Agama, dan Kwartir Nasional.

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan, antara lain, pimpinan PTKIN diminta segera mendorong para pembinanya meningkatkan kualitas dengan mengikuti berbagai kursus kepramukaan, memasukkan kepramukaan sebagai salah satu mata kuliah wajib di fakultas tarbiyah di seluruh PTKIN, dan memberikan bantuan finansial bagi para pembina aktif yang dialokasikan secara khusus dalam DIPA Diktis atau melalui alokasi khusus dari dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) minimal 10 persen. Rekomendasi lainnya adalah penyelenggaraan orientasi kepramukaan bagi para wakil rektor/ketua bidang kemahasiswaan dan perlunya perubahan aturan tingkat minimal usia Pandega mahasiwa PTKIN dari 21 tahun menjadi 19 tahun.

“Dalam rekomendasi itu juga, peserta Lokakarya di antaranya meminta Kwarnas menginstruksikan kepada Kwarda/Kwarcab di seluruh Indonesia untuk lebih memperhatikan eksistensi dan potensi gugus depan di PTKIN,” kata Nanang.

Ia menambahkan, hasil lokakartya tersebut akan diberikan kepada tiga stakeholders utama, yakni pimpinan masing-masing PTKIN di seluruh Indonesia, Direktur Pendidikan Tinggi Islam, dan pimpinan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. “Mudah-mudahan semua keputusan hasil lokakarya dapat ditindaklanjuti segera oleh ketiga pimpinan tersebut,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama, peserta Lokakarya juga menyepakati dibentuknya forum pembina PTKIN se-Indonesia. Forum tersebut berfungsi selain sebagai wadah komunikasi antarpembina, juga sebagai fasilitator bagi peningkatan kualitas para pembina, termasuk peserta didiknya. Ketua Forum adalah Nanang Syaikhu dari UIN Jakarta yang akan menjabat sejak terpilihnya hingga 2020 mendatang. (ns)