Kultum Ramadhan: Puasa Mengasah Empati dan Melatih Diri Berbuat Adil

Kultum Ramadhan: Puasa Mengasah Empati dan Melatih Diri Berbuat Adil

Masjid al-Jami’ah SC, BERITA UIN Online— Puasa bukan semata ritual ibadah yang diwajibkan kepada seluruh kaum Muslimin, bukan pula hanya menahan lapar dan haus dari pagi hingga petang, lebih dari itu, dengan berpuasa, kita dilatih untuk bagaimana berempati serta berbuat adil terhadap pribadi dan orang lain.

Demikian simpulan umum dari kuliah tujuh menit (kultum) Ramadhan yang disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Jakarta, Suparto, Selasa (21/05), di Masjid Al-Jami’ah Student Center (SC) kampus I UIN Jakarta.

Dalam ceramahnya tersebut, Suparto menegaskan bahwa dengan berpuasa, manusia dilatih untuk mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan dzalim, baik yang membatalkan puasa secara dzahir mau pun bathin (pahala puasa).

“Puasa menuntun kita untuk berbuat adil terhadap sesama. Adil dalam artian meletakkan, memberikan sesuatu sesuai tempatnya atau ukurannya serta melakukan sesuatu sesuai moralitasnya. Puasa merupakan momentum pembelajaran akhlak manusia,” jelas Suparto.

Selain itu, Suparto menambahkan, puasa juga mampu mengikis kesombongan manusia. Di mana, jika melihat dari apa yang dirasakan oleh orang yang berpuasa, berupa haus dan lapar, maka hal tersebut mampu menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.

“Dengan puasa, kita menjadi tahu apa yang dirasakan saudara-saudara kita yang masih kekurangan, terutama pangan. Dengan demikian, maka seyogyanya kita berbagi kepada sesama,” tutur Suparto.

Sebagai sivitas akademika, lanjut Suparto, baik dosen, karyawan, maupun mahasiswa, hendaknya berusaha untuk berbuat adil. Disiplin, keseimbangan antara hak dan kewajiban, belajar dengan giat bukan hanya menuntut nilai yang memuaskan, merupakan sipat adil yang harus diaplikasikan dalam kehidupan kita sebagai kaum Muslim di lingkungan kampus UIN Jakarta.

“Semoga, puasa kita ini bukan semata menahan haus dan lapar, akan tetapi menjadi tabungan amal baik kita di akhirat kelak. Tak kalah penting, ke depan, kita semua mampu menjadi manusia-manusia yang adil, dan senantiasa empati terhadap lingkungan sekitarnya,” tandas Suparto sekaligus menutup ceramahnya. (lrf)