Konsolidasi Media Kian Menjamur

Konsolidasi Media Kian Menjamur

Reporter: Adjri Septiani

Gedung Fidikom, BERITA UIN Online- Beberapa tahun belakangan perkembangan media massa di Indonesia sangat pesat. Berbagai chanel televisi, frekuensi radio, surat kabar dan media massa lain tumbuh menjamur. Hal ini mendorong para pengusaha media massa untuk melakukan konsolidasi media atau pengelompokan perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama, baik secara horizontal maupun vertikal.

Menurut dosen FISIP UI Dr Ade Armando pada kuliah umum bertajuk “Jurnalisme ditengah Tsunami Informasi” di Gedung Teater lantai dua Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Rabu (30/11), dalam beberapa tahun terakhir bahkan telah terjadi konsolidasi media.

Media televisi, katanya, kini menjadi primadona khalayak yang menyajikan banyak pilihan. Di Indonesia terdapat sedikitnya 10 stasiun TV swasta, satu di antaranya stasiun TV publik, dan puluhan stasiun TV lokal. Pilihan audien diperlengkap lagi dengan hadirnya PAY-TV atau yang dikenal dengan TV kabel. Pilihan lain dari media massa adalah radio, surat kabar, majalah, film dan media online.

Konsolidasi media memberikan dampak positif bagi perusahaan yang melaksanakan konsolidasi. Di antaranya adalah efesiensi proses produksi, meningkatkan daya tawar di hadapan pengiklan dan pemasok program, dan sinergi.

Namun konsolidasi menimbulkan dampak persaingan. Hal ini tentu saja berdampak paling terasa pada industri pertelevisian yang bergantung pada pemasukan iklan. Sedangkan para pengiklan menginginkan rating tinggi dari setiap perusahaan media yang menjadi partner-nya.

Karena itu, menurut Ade Armando, akhir dari konsolidasi media adalah pengiklan yang menginginkan audien belanja produk mereka. “Seharusnya media menyiarkan berita yang sarat dengan informasi,  tetapi karena pengiklan menginginkan produknya dibeli oleh masyarakat yang mampu, maka media jarang yang menyiarkan tentang kehidupan orang miskin, dan kerusuhan,” ungkapnya.

 

Â