KESIBUKAN PENGHUNI SURGA

KESIBUKAN PENGHUNI SURGA

Oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan pasangan-pasangan mereka berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan” (QS. Yasin/36: 55-56).

Menurut Syaikh Hamami Zadah dalam Tafsir Surah Yasin, kesibukan penghuni surga itu beraneka rupa. Pertama, mereka tidak lagi peduli dengan penghuni neraka dan segala siksa yang ada yang ada di sana.

Kesibukan dalam konteks ini berarti para penghuni surga lupa terhadap berbagai siksa yang dialami oleh penghuni neraka. Dengan demikian, para penghuni surga tidak merasa takut melihat keberadaan penghuni neraka. Bagi Syaikh Hamami Zadah sendiri, penghuni surga yang memiliki sanak keluarga di neraka, maka dibuat sedemikian rupa sehingga mereka melupakannya. Tujukan agar penghuni surga tidak resah melihat keadaan mereka.

Kedua, dikutip dari Ibnu Abbas, kesibukan penghuni surga adalah memecah selaput keperawanan para gadis di bawah teduhnya pepohonan di tepian sungai di sisi Allah SWT Yang Maha Merajai dan Pemaksa.

Ketiga, Menurut Ibnu Kaisan, seperti yang dikutip oleh Syaikh Hamami Zadah, kesibukan penghuni surga adalah saling mengunjungi satu sama lain. Bisa jadi yang dikunjungi adalah orang-orang yang dicintai saat di dunia.

Penggalan ayat “bersenang-senang” di atas, dapat dimaknai “bersantai dengan gembira”. Imam al-Dhahak memaknainya bahwa para penghuni surga merasa kagum dengan apa yang mereka rasakan (nikmat surga).

Dari pembicaraan di atas, tampaknya surga itu adalah materi seperti yang diyakini oleh Imam al-Ghazali. Pendapat ini ditentang oleh Ibnu Rusyd yang mengatakan bahwa surga itu immateri atau kenikmatan spiritual.

Berikutnya, yang merasakan kenikmatan surga itu adalah raga manusia seperti halnya saat di dunia. Padahal, kata Ibnu Rusyd, karena surga itu immateri maka seharusnya yang meraskan kenikmatan itu adalah ruh bukan jasad.

Namun, Imam al-Ghazali berargumen, apa susahnya bagi Allah SWT membangkitkan manusia ruh dan jasad. Artinya, kenikmatan surga tidak hanya dirasakan oleh ruh semata namun juga oleh jasad sehingga berasa sempurna.*(sam/mf)